Sabtu, 25 Juni 2022

Konsumsi MSG Bikin Bodoh?

 

Dewasa ini, banyak orang mengaitkan kebodohan dengan konsumsi MSG atau micin. Mereka bahkan membuat istilah “Generasi Micin” untuk menggambarkan generasi bodoh yang terlalu banyak konsumsi micin.  Penggunaan MSG sebagai bahan tambahan pangan (BTP) memang masih menjadi pro dan kontra. Namun benar kah, MSG atau micin menyebabkan kebodohan?

MSG (monosodium glutamate) atau micin adalah bumbu penyedap yang sudah sejak lama digunakan di dapur-dapur rumah tangga. Molekul ini diidentifikasi beberapa ratus tahun yang lalu sebagai rasa dasar kelima yaitu gurih (umami). MSG meningkatkan intensitas keempat rasa dasar yaitu rasa manis, asam, asin, dan pahit. Asam L-glutamat pada MSG merupakan komponen utama dari sebagian besar makanan yang mengandung asam amino alami seperti daging, ikan, keju cheddar dan sayur (tomat, jamur, kentang, kol, brokoli).  Sekitar 20% berat tubuh kita adalah protein dan glutamat dan paling banyak terdapat di otak dan otot.

Rasa umami pada MSG ini pertama kali dianggap sebagai rasa yang dominan di Asia dan kemudian di budaya Barat. Faktanya MSG memang terasa lebih enak. Konsumsi MSG akan meningkatkan sekresi air liur. Itulah mengapa makanan cenderung dinilai tubuh sebagai makanan yang membuat air liur menetes. Namun, tidak semua jenis makanan bisa ditambah rasa umami ini, seperti pada makanan manis maupun makanan berbumbu tajam (rendang misalnya).

 

Batas Aman Konsumsi MSG

MSG termasuk dalam BTP aditif. Meskipun demikian MSG telah mendapatkan ijin edar di Indonesia melalui Permenkes No. 033 tahun 2012 tentang makanan aditif. Artinya, MSG cukup aman dikonsumsi. Dari segi legislasi, Food Drug Administration (FDA) mengkategorikan MSG sebagai bahan tambahan pangan dengan kategori GRASS (Generally Recognized as Safe) pada tahun 1958 bersama dengan garam, cuka, dan baking powder.  Bisa dikatakan, MSG sama tingkat keamanannya dengan garam, cuka, ataupun baking powder.

Asupan harian yang dapat diterima (Acceptable Daily Intake- ADI) adalah jumlah maksimam BTP dalam mg/kgbb yang dapat dikonsumsi setiap hari selama hidup tanpa menimbulkan efek merugikan pada kesehatan. Komite dunia yang mengurusi masalah makanan aditif (JECFA) menyatakan bahwa ADI pada glutamat, baik dalam bentuk asam ataupun garam (MSG), adalah not specified (artinya, tidak ada batasan khusus dalam konsumsi MSG, kita dapat menggunakan secukupnya).

Meskipun demikian, Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) merekomendasikan konsumsi MSG dalam sehari tidak melebihi 10 mg/kgBB atau 0,1 gram.KgBB. jika berat seseorang 60 kg, maka ia hanya bileh mengonsumsi MSG 6gram atau setara setengah sendok teh dalan sehari.

 

Apakah konsumsi MSG membuat kita bodoh?

Sodium maupun glutamat secara umum tidak membahayakan bagi tubuh, apalagi menyebabkan kebodohan. Berbagai studi membuktikan bahwa konsumsi MSG hingga 3 gram per hari tidak menimbulkan efek samping yang bermakna bagi kesehatan. Selain itu juga tidak terbukti menyebabkan penurunan tingkat intelegensi.

Penelitian membuktikan kerusakan otak akibat MSG memiliki beberapa kelemahan, diantaranya yaitu menggunakan subjek tikus atau primata (selain manusia) dengan dosis tinggi yang tidak mungkin terjadi pada manusia, dan diberikan dengan cara suntikan, bukan dikonsumsi dari makanan.

MSG aman untuk semua tahap siklus hidup. Tidak ada perubahan fungsi sistem saraf atau konsentrasi darah yang ditemukan. Tubuh manusia tidak membedakan antara glutamat alami dalam makanan dengan glutamat tambahan. MSG yang ditambahkan jauh lebih rendah daripada asupan glutamat makanan harian dari sumber alami. Dengan demikian, sulit untuk mengaitkan peran MSG yang dikonsumsi harian dengan kerusasakan otak.

Sejauh ini belum ada penelitian yang membuktikan bahwa MSG berbahaya terhadap otak. Dan berbagai badan kesehatan seluruh dunia sepakat bahwa MSG aman dikonsumsi selama tidak berlebihan.

 

Simpulan

Konsumsi MSG tidak membuat orang menjadi bodoh. Meskipun demikian, MSG juga tidak memberikan manfaat tertentu bagi kesehatan. MSG hanya berfungsi untuk menambah cita rasa makanan, sehingga membantu meningkatkan selera makan.

Referensi:

Zanfirescu A, Ungurianu A, Tsatsakis AM, et al. A review of the alleged health hazards of monosodium glutamate [published correction appears in Compr Rev Food Sci Food Saf. 2020 Jul;19(4):2330]. Compr Rev Food Sci Food Saf. 2019;18(4):1111-1134. doi:10.1111/1541-4337.12448

Balai POM. 2021. Penggunaan MSG dalam makanan. diakses tanggal 25 Juni 2022 dari https://www.pom.go.id/new/view/more/berita/22029/Penggunaan-SG-dalam-Makanan.html

Walker R, Lupien JR. The safety evaluation of monosodium glutamate. J Nutr. 2000 Apr;130(4S Suppl):1049S-52S. doi: 10.1093/jn/130.4.1049S. PMID: 10736380.

Nutrifood Research Center. 2014. Buka Fakta! 101 Mitos Kesehatan. PT Gramedia Pustaka Utama.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah mampir. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.

Tips Membuat Infografis dengan Canva

Hallo teman-teman… Apa kabarnya nih? Semoga sehat selalu ya… nah, teman-teman di sini adakah yang suka mendesain? Jaman now , desain itu tid...