Pernahkah
Anda mendengar informasi tentang penggunaan air kencing untuk mengobati
penyakit? Di Indonesia, terutama di daerah pedesaan, terapi ini kerap dilakukan
untuk mengobati mata merah karena infeksi konjungtiva. Konon katanya, mata yang
sakit ketika ditetesi air kencing akan sembuh meskipun membutuhkan waktu lama. Menurut
Anda, apakah informasi ini benar atau hanya sekedar mitos?
Air
kencing sebagai obat tradisional
Meminum,
mengoleskan, meneteskan kencing manusia maupun hewan untuk tujuan pengobatan telah
dilakukan oleh banyak orang di dunia sejak dahulu. Ini adalah salah satu
pengobatan tradisional dan alami yang dipercaya dapat menyembuhkan berbagai
macam penyakit, seperti asma, artritis, alergi, jerawat, kanker, rambut rontok,
mata merah, dan lainnya. Selain itu sebagai obat topikal (dioleh/ditetes) urin
dianggap berguna untuk mengobati luka, rambut rontok dan mata merah. Bahkan jaman
dahulu kabarnya pengobatan seperti ini sangat populer, bukan hanya di Indonesia
namun di Afrika, Mesir, India, China, maupun Amerika. Metode pengobatan dengan
menggunakan air kencing sering dikenal dengan istilah terapi urin.
Terapi
Urin adalah sebutan untuk penggunaan air kencing (urin) untuk pengobatan. Urin/
air seni/ air kencing adalah produk sisa dari tubuh kita yang disaring melalui
ginjal. Tidak ada bukti ilmiah yang kuat penggunaan urin untuk terapi
kesehatan, baik itu diminum, maupun hanya dioles atau ditetes. Urin yang diproduksi
oleh tubuh adalah zat sisa yang memang harus dikeluarkan tubuh karena bisa mengandung
racun yang berbahaya bagi tubuh.
Kandungan
urin sebagian besarnya adalah air. Paling banyak urea (25g/dL), dan asam urat
(1gr/dL), kreatinin (1.5g), elektrolit (10g/dL sebagian besar NaCl), fosfat dan
asam organik (3g/dL), hanya sedikit sekali yang mengandung protein (40-80
mg/dL, kebanyakan adalah albumin, dan hanya sejumlah kecil antibodi atau
enzim), berbagai jenis hormon (tidak harus aktif), glukosa, dan vitamin yang
larut dalam air. Selain itu urin bisa memiliki kandungan yang berbahaya
termasuk bakteri, obat-obatan, atau bahan kimia.
Sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Ogunshe (2010) menunjukkan situasi yang berbeda
dengan saat ini. Pada penelitian tersebut penggunaan urin mausia atau sapi untuk
terapi medis dilakukan karena rendahnya tingkat ekonomi, di mana obat-obatan
modern sangat mahal sementara masyarakat sangat miskin. Terapi ini menjadi populer
karena tingginya tingkat kemiskinan tersebut.
Ogunshe
juga meneliti kandungan mikroba pada urin yaitu dengan mengambil sampel urin
dari sapi dan anak sehat usia 5-11 tahun. Hasilnya terdapat 116 bakteri yang
terisolasi (jumlah anak=77, sapi= 39). Bakteri tersebut adalah Bacillus
(10.4%; 5.1%), Staphylococcus (2.6%; 2.6%), Citrobacter (3.9%;
12.8%), Escherichia coli (36.4%; 23.1%), Klebsiella (7.8%;
12.8%), Proteus (18.2%; 23.1%), Pseudomonas (9.1%; 2.6%), Salmonella
(3.9%; 5.1%) dan Shigella (7.8%; 12.8%).
Selain
bakteri pathogen ditemukan dalam urin, Ogunshe juga menilai resistensi antibiotik
terhadap bakteri tersebut dimana didapatkan hasil resistensi yang tinggi
terhadap bakteri gram positif (50,01%) dan gram-negatif.
Potensi
Bahaya Terapi Urin
1. Urin
adalah produk sisa
Urin
itu produk sisa dari tubuh kita. Ginjal yang kita miliki dengan cerdas bisa menyaring
zat-zat yang masih berguna oleh tubuh dan yang tidak berguna. Mengonsumsi urin
bisa menimbulkan masalah kesehatan yang berat.
2. Urin
tidak steril dan teradapat bakteri di dalamnya
Urin
bersifat steril saat diproduksi oleh ginjal, namun ketika ia keluar dari tubuh,
biasanya akan terkontaminasi. Sangat jarang urin yang steril sehingga bisa
digunakan untuk dioleskan di atas luka atau di konsumsi. Kandungan bakteri
dalam urin dan kemungkinan resistensi antibiotik yang sangat berbahaya jika
dikonsumsi.
3. Beracun
Sistem
pembuangan urin bekerja secara spesifik untuk mengeluarkan racun dalam tubuh. jika
racun tersebut dikonsumsi lagi makan akan berpotensi merusak ginjal.
4. Konsumsi
urin bisa menyebabkan diare, lemas, demam, dan nyeri otot dan gejala ini meningkat
sejalan dengan banyaknya urin yang dikonsumsi.
Kita
sering melihat di film-film survival yang dramatis, tokohnya mengonsumsi air
kencingnya sendiri untuk mengatasi dehidrasi. Padahal air yang dikeluarkan lewat
kencing maupun keringat mengandung banyak garam. Proses fisiologis tubuh ini
akan menjaga kandungan elektrolit dalam tubuh. Jika seseorang langsung
mengonsumsi urin yang terjadi adalah tubuhnya semakin dehidrasi karena cairan dalam
sel akan keluar lebih banyak.
Simpulan:
Air
kencing tidak mengandung kebaikan apapun untuk menyembuhkan terutama penyakit mata.
Bahkan air seni bisa mengiritasi dan menginfeksi mata. Tidak ada penelitian
yang menjelaskan penggunaan urin untuk terapi penyakit apapun. Mata merah adalah
penyakit yang bisa sembuh sendiri tanpa terapi apapun. Masih ada banyak cara
yang lebih baik dan lebih enak untuk meningkatkan kesehatan seseorang dan
menyembukan penyakit.
Jadi,
di jaman modern yang akses informasi begitu banyak dan mudah, maka mulai lah
berpikir berbasis bukti. Tidak bijak jika masih mengikuti terapi tradisional
yang tidak jelas manfaatnya bahkan justru menimbulkan banyak kerugian untuk
tubuh.
Referensi:
Ogunshe
AA, Fawole AO, Ajayi VA. Microbial evaluation and public health implications of
urine as alternative therapy in clinical pediatric cases: health implication of
urine therapy. Pan Afr Med J. 2010;5:12. Published 2010 May 25. doi:10.4314/pamj.v5i1.56188
Loeffler
JM. The golden fountain--is urine the miracle drug no one told you about?. Pan
Afr Med J. 2010;5:13. Published 2010 May 25.
Beth
Israel Lahey Health. Winchester Hospital. accessed 16 Juni 2022. available at https://www.winchesterhospital.org/health-library/article?id=161688
Brennan
D. Are There Health Benefits to Drinking Urine? Published 22 Oktober 2020, diakses
tanggal 16 Juni 2022 https://www.webmd.com/diet/health-benefits-drinking-urine
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah mampir. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.