Kamis, 16 Juni 2022

Mitos ke-14 Mengobati Mata Merah dengan Air Kencing

 

Pernahkah Anda mendengar informasi tentang penggunaan air kencing untuk mengobati penyakit? Di Indonesia, terutama di daerah pedesaan, terapi ini kerap dilakukan untuk mengobati mata merah karena infeksi konjungtiva. Konon katanya, mata yang sakit ketika ditetesi air kencing akan sembuh meskipun membutuhkan waktu lama. Menurut Anda, apakah informasi ini benar atau hanya sekedar mitos?

 

Air kencing sebagai obat tradisional

Meminum, mengoleskan, meneteskan kencing manusia maupun hewan untuk tujuan pengobatan telah dilakukan oleh banyak orang di dunia sejak dahulu. Ini adalah salah satu pengobatan tradisional dan alami yang dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, seperti asma, artritis, alergi, jerawat, kanker, rambut rontok, mata merah, dan lainnya. Selain itu sebagai obat topikal (dioleh/ditetes) urin dianggap berguna untuk mengobati luka, rambut rontok dan mata merah. Bahkan jaman dahulu kabarnya pengobatan seperti ini sangat populer, bukan hanya di Indonesia namun di Afrika, Mesir, India, China, maupun Amerika. Metode pengobatan dengan menggunakan air kencing sering dikenal dengan istilah terapi urin.

Terapi Urin adalah sebutan untuk penggunaan air kencing (urin) untuk pengobatan. Urin/ air seni/ air kencing adalah produk sisa dari tubuh kita yang disaring melalui ginjal. Tidak ada bukti ilmiah yang kuat penggunaan urin untuk terapi kesehatan, baik itu diminum, maupun hanya dioles atau ditetes. Urin yang diproduksi oleh tubuh adalah zat sisa yang memang harus dikeluarkan tubuh karena bisa mengandung racun yang berbahaya bagi tubuh.

Kandungan urin sebagian besarnya adalah air. Paling banyak urea (25g/dL), dan asam urat (1gr/dL), kreatinin (1.5g), elektrolit (10g/dL sebagian besar NaCl), fosfat dan asam organik (3g/dL), hanya sedikit sekali yang mengandung protein (40-80 mg/dL, kebanyakan adalah albumin, dan hanya sejumlah kecil antibodi atau enzim), berbagai jenis hormon (tidak harus aktif), glukosa, dan vitamin yang larut dalam air. Selain itu urin bisa memiliki kandungan yang berbahaya termasuk bakteri, obat-obatan, atau bahan kimia.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ogunshe (2010) menunjukkan situasi yang berbeda dengan saat ini. Pada penelitian tersebut penggunaan urin mausia atau sapi untuk terapi medis dilakukan karena rendahnya tingkat ekonomi, di mana obat-obatan modern sangat mahal sementara masyarakat sangat miskin. Terapi ini menjadi populer karena tingginya tingkat kemiskinan tersebut.

Ogunshe juga meneliti kandungan mikroba pada urin yaitu dengan mengambil sampel urin dari sapi dan anak sehat usia 5-11 tahun. Hasilnya terdapat 116 bakteri yang terisolasi (jumlah anak=77, sapi= 39). Bakteri tersebut adalah Bacillus (10.4%; 5.1%), Staphylococcus (2.6%; 2.6%), Citrobacter (3.9%; 12.8%), Escherichia coli (36.4%; 23.1%), Klebsiella (7.8%; 12.8%), Proteus (18.2%; 23.1%), Pseudomonas (9.1%; 2.6%), Salmonella (3.9%; 5.1%) dan Shigella (7.8%; 12.8%).

Selain bakteri pathogen ditemukan dalam urin, Ogunshe juga menilai resistensi antibiotik terhadap bakteri tersebut dimana didapatkan hasil resistensi yang tinggi terhadap bakteri gram positif (50,01%) dan gram-negatif.

 

Potensi Bahaya Terapi Urin

1.      Urin adalah produk sisa

Urin itu produk sisa dari tubuh kita. Ginjal yang kita miliki dengan cerdas bisa menyaring zat-zat yang masih berguna oleh tubuh dan yang tidak berguna. Mengonsumsi urin bisa menimbulkan masalah kesehatan yang berat.

2.      Urin tidak steril dan teradapat bakteri di dalamnya

Urin bersifat steril saat diproduksi oleh ginjal, namun ketika ia keluar dari tubuh, biasanya akan terkontaminasi. Sangat jarang urin yang steril sehingga bisa digunakan untuk dioleskan di atas luka atau di konsumsi. Kandungan bakteri dalam urin dan kemungkinan resistensi antibiotik yang sangat berbahaya jika dikonsumsi.

3.      Beracun

Sistem pembuangan urin bekerja secara spesifik untuk mengeluarkan racun dalam tubuh. jika racun tersebut dikonsumsi lagi makan akan berpotensi merusak ginjal.

4.      Konsumsi urin bisa menyebabkan diare, lemas, demam, dan nyeri otot dan gejala ini meningkat sejalan dengan banyaknya urin yang dikonsumsi.

 

Kita sering melihat di film-film survival yang dramatis, tokohnya mengonsumsi air kencingnya sendiri untuk mengatasi dehidrasi. Padahal air yang dikeluarkan lewat kencing maupun keringat mengandung banyak garam. Proses fisiologis tubuh ini akan menjaga kandungan elektrolit dalam tubuh. Jika seseorang langsung mengonsumsi urin yang terjadi adalah tubuhnya semakin dehidrasi karena cairan dalam sel akan keluar lebih banyak.

 

Simpulan:

Air kencing tidak mengandung kebaikan apapun untuk menyembuhkan terutama penyakit mata. Bahkan air seni bisa mengiritasi dan menginfeksi mata. Tidak ada penelitian yang menjelaskan penggunaan urin untuk terapi penyakit apapun. Mata merah adalah penyakit yang bisa sembuh sendiri tanpa terapi apapun. Masih ada banyak cara yang lebih baik dan lebih enak untuk meningkatkan kesehatan seseorang dan menyembukan penyakit.

 

Jadi, di jaman modern yang akses informasi begitu banyak dan mudah, maka mulai lah berpikir berbasis bukti. Tidak bijak jika masih mengikuti terapi tradisional yang tidak jelas manfaatnya bahkan justru menimbulkan banyak kerugian untuk tubuh.

 

Referensi:

Ogunshe AA, Fawole AO, Ajayi VA. Microbial evaluation and public health implications of urine as alternative therapy in clinical pediatric cases: health implication of urine therapy. Pan Afr Med J. 2010;5:12. Published 2010 May 25. doi:10.4314/pamj.v5i1.56188

Loeffler JM. The golden fountain--is urine the miracle drug no one told you about?. Pan Afr Med J. 2010;5:13. Published 2010 May 25.

Beth Israel Lahey Health. Winchester Hospital. accessed 16 Juni 2022. available at https://www.winchesterhospital.org/health-library/article?id=161688

Brennan D. Are There Health Benefits to Drinking Urine? Published 22 Oktober 2020, diakses tanggal 16 Juni 2022 https://www.webmd.com/diet/health-benefits-drinking-urine

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah mampir. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.

Tips Membuat Infografis dengan Canva

Hallo teman-teman… Apa kabarnya nih? Semoga sehat selalu ya… nah, teman-teman di sini adakah yang suka mendesain? Jaman now , desain itu tid...