Hayoo,
siapa yang dulu panik saat tertelan biji jambu? Orang-orang di sekitar kita sering
kali menakut-nakuti dengan mitos bahwa biji jambu akan mengakibatkan usus buntu.
Benarkah biji jambu menyebabkan usus buntu?
Jawabannya
tidak benar. Usus buntu tidak disebabkan oleh karena kita makan biji jambu. Pada
dasarnya semua makanan yang masuk ke dalam tubuh kita akan dihancurkan terlebih
dahulu oleh asam lambung dan juga enzim pencernaan di lambung. Apalagi biji
jambu berukuran kecl sehingga tidak mungkin menyumbat usus buntu.
Usus
buntu atau appendic terletak jauh dari lambung, makanan harus melewati usus dua
belas jari dan usus halus terlebih dahulu. Selain itu biji yang sengaja atau
tidak sengaja kita makan tidak akan ujug-ujug mampir ke usus buntu dan membuat
peradangan di sana.
Terus
apa, dong, penyebab usus buntu?
Sebelumnya
yuk kita berkenalan dulu dengan usus buntu atau dalam istilah medisnya appendicitis.
Usus
buntu atau apendiks adalah bagian dari usus besar (caecum) terletak di ujung
caecum. Ukuranya hanya sebesar jari kelingking yang terletak di perut bagian
kanan bawah. Peradangan pada usus buntu disebut sebagai appendicitis. Appendicitis
adalah inflamasi/ peradangan pada vermiform apendix (umbai cacing/ usus buntu).
Appendicitis merupakan penyebab paling sering akut abdomen.
Apa
penyebab usus buntu?
Penyebab
usus buntu adalah adanya sumbatan pada permukaan apendiks. Sumbatan ini bisa berbentuk
apendicolith (feses/BAB yang mengeras dan tertahan), pembesaran kelenjar limfe,
infeksi, tumor atau beberapa penyebab mekanik lainnya. Namun, penyebab pasti
dari penyakit usus buntu yang akut tidak diketahui. Saat appendiks tersumbat,
bakteri akan membuat kolonisasi di tempat tersebut dan menyebabkan inflamasi,
perforasi dan membentuk abses.
Faktor
predisposisi
Usus
buntu sering terjadi pada usia 5-45 tahun, dengan rata-rata pada usia 28 tahun.
Insidensinya cukup sering. Laki-laki lebih berisiko terkena usus buntu dan
lebih sering mengalami komplikasi.
Gejala
yang mungkin dialami:
Nyeri
yang tiba-tiba di perut bagian kanan bawah. Kebanyakan pasien merasa tidak
nyaman di pusar pada awalnya dan kemudian menetap di perut kanan bawah. Keluhan
nyeri memberat saat berjalan atau batuk. Nafsu makan berkurang/ anoreksia, mual
dan muntah, demam (terjadi pada 40% pasien), diare atau susah BAB, lemas,
sering kencing.
Apendisitis
akut bisa terjadi komplikasi maupun tidak. Kompliasi terjadi ketika usus buntu
pecah yang menyebabkan infeksi menyeluruh di perut (peritonitis) atau terdiri
dari kantong nanah di perut. Laki-laki lebih sering terjadi komplikasi appendisitis.
Usus
buntu yang meradang, akan membengkak, dinding apendix akan mengalami iskemi dan
terjadi kematian jaringan. Ketika terjadi inflamasi dan nekrosis, apendiks
memiliki kemungkinan akan pecah/perforasi sehingga mengakibatkan abses dan
peritonitis.
Selain
dari gejala, diagnosis appendisits juga ditentungkan dari hasil labroratorium
darah dengan adanya peningkatan sel darah putih.,
Bagaimana
penanganan usus buntu?
Usus
buntu jika didiagnosis dan diterapi lebih awal, memiliki prognosis yang baik. Namun,
jika sudah terjadi abses atau peritonitis mungkin membutuhkan operasi segera.
Terapi
yang paling umum adalah dengan pembedahan/ operasi, bisa laparoskopi/
laparotomi tergantung kondisi appendiksnya. Namun, ada juga (meskipun jarang)
pasien dengan akut appendisitis tanpa komplikasi biasanya dokter akan memberikan
terapi dengan antibiotik. Namun jika appendisitis yang sudah mengalami
komplikasi bahkan jatuh pada keadaan sepsis, selain pemberian antibotik, pasien
juga harus dioperasi segera untuk mengangkat usus buntu tersebut.
Selain
tindakan pembedahan, dokter juga akan memberikan obat-obatan seperti antibiotik
dan anti nyeri.
Untuk
mencegahnya, Anda dianjurkan mengonsumsi makanan tinggi serat, rutin
berolahraga dan minum air putih yang cukup.
Referensi:
Jones
MW, Lopez RA, Deppen JG. Appendicitis. [Updated 2022 May 1]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK493193/
Di
Saverio, S., Podda, M., De Simone, B. et al. Diagnosis and treatment of acute
appendicitis: 2020 update of the WSES Jerusalem guidelines. World J Emerg Surg
15, 27 (2020). https://doi.org/10.1186/s13017-020-00306-3
Walter
K. Acute Appendicitis. JAMA. 2021;326(22):2339. doi:10.1001/jama.2021.20410
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah mampir. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.