Senin, 06 Juni 2022

Mitos 6: Makan Biji Jambu menyebabkan Usus Buntu?

 

Hayoo, siapa yang dulu panik saat tertelan biji jambu? Orang-orang di sekitar kita sering kali menakut-nakuti dengan mitos bahwa biji jambu akan mengakibatkan usus buntu. Benarkah biji jambu menyebabkan usus buntu?

Jawabannya tidak benar. Usus buntu tidak disebabkan oleh karena kita makan biji jambu. Pada dasarnya semua makanan yang masuk ke dalam tubuh kita akan dihancurkan terlebih dahulu oleh asam lambung dan juga enzim pencernaan di lambung. Apalagi biji jambu berukuran kecl sehingga tidak mungkin menyumbat usus buntu.

Usus buntu atau appendic terletak jauh dari lambung, makanan harus melewati usus dua belas jari dan usus halus terlebih dahulu. Selain itu biji yang sengaja atau tidak sengaja kita makan tidak akan ujug-ujug mampir ke usus buntu dan membuat peradangan di sana.

 

Terus apa, dong, penyebab usus buntu?

Sebelumnya yuk kita berkenalan dulu dengan usus buntu atau dalam istilah medisnya appendicitis.

Usus buntu atau apendiks adalah bagian dari usus besar (caecum) terletak di ujung caecum. Ukuranya hanya sebesar jari kelingking yang terletak di perut bagian kanan bawah. Peradangan pada usus buntu disebut sebagai appendicitis. Appendicitis adalah inflamasi/ peradangan pada vermiform apendix (umbai cacing/ usus buntu). Appendicitis merupakan penyebab paling sering akut abdomen.

 

Apa penyebab usus buntu?

Penyebab usus buntu adalah adanya sumbatan pada permukaan apendiks. Sumbatan ini bisa berbentuk apendicolith (feses/BAB yang mengeras dan tertahan), pembesaran kelenjar limfe, infeksi, tumor atau beberapa penyebab mekanik lainnya. Namun, penyebab pasti dari penyakit usus buntu yang akut tidak diketahui. Saat appendiks tersumbat, bakteri akan membuat kolonisasi di tempat tersebut dan menyebabkan inflamasi, perforasi dan membentuk abses.

 

Faktor predisposisi

Usus buntu sering terjadi pada usia 5-45 tahun, dengan rata-rata pada usia 28 tahun. Insidensinya cukup sering. Laki-laki lebih berisiko terkena usus buntu dan lebih sering mengalami komplikasi.

 

Gejala yang mungkin dialami:

Nyeri yang tiba-tiba di perut bagian kanan bawah. Kebanyakan pasien merasa tidak nyaman di pusar pada awalnya dan kemudian menetap di perut kanan bawah. Keluhan nyeri memberat saat berjalan atau batuk. Nafsu makan berkurang/ anoreksia, mual dan muntah, demam (terjadi pada 40% pasien), diare atau susah BAB, lemas, sering kencing.

Apendisitis akut bisa terjadi komplikasi maupun tidak. Kompliasi terjadi ketika usus buntu pecah yang menyebabkan infeksi menyeluruh di perut (peritonitis) atau terdiri dari kantong nanah di perut. Laki-laki lebih sering terjadi komplikasi appendisitis.

Usus buntu yang meradang, akan membengkak, dinding apendix akan mengalami iskemi dan terjadi kematian jaringan. Ketika terjadi inflamasi dan nekrosis, apendiks memiliki kemungkinan akan pecah/perforasi sehingga mengakibatkan abses dan peritonitis.

 

Selain dari gejala, diagnosis appendisits juga ditentungkan dari hasil labroratorium darah dengan adanya peningkatan sel darah putih.,

 

Bagaimana penanganan usus buntu?

Usus buntu jika didiagnosis dan diterapi lebih awal, memiliki prognosis yang baik. Namun, jika sudah terjadi abses atau peritonitis mungkin membutuhkan operasi segera.

Terapi yang paling umum adalah dengan pembedahan/ operasi, bisa laparoskopi/ laparotomi tergantung kondisi appendiksnya. Namun, ada juga (meskipun jarang) pasien dengan akut appendisitis tanpa komplikasi biasanya dokter akan memberikan terapi dengan antibiotik. Namun jika appendisitis yang sudah mengalami komplikasi bahkan jatuh pada keadaan sepsis, selain pemberian antibotik, pasien juga harus dioperasi segera untuk mengangkat usus buntu tersebut.

Selain tindakan pembedahan, dokter juga akan memberikan obat-obatan seperti antibiotik dan anti nyeri.

Untuk mencegahnya, Anda dianjurkan mengonsumsi makanan tinggi serat, rutin berolahraga dan minum air putih yang cukup.

 

 

Referensi:

Jones MW, Lopez RA, Deppen JG. Appendicitis. [Updated 2022 May 1]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK493193/

Di Saverio, S., Podda, M., De Simone, B. et al. Diagnosis and treatment of acute appendicitis: 2020 update of the WSES Jerusalem guidelines. World J Emerg Surg 15, 27 (2020). https://doi.org/10.1186/s13017-020-00306-3

Walter K. Acute Appendicitis. JAMA. 2021;326(22):2339. doi:10.1001/jama.2021.20410

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah mampir. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.

Tips Membuat Infografis dengan Canva

Hallo teman-teman… Apa kabarnya nih? Semoga sehat selalu ya… nah, teman-teman di sini adakah yang suka mendesain? Jaman now , desain itu tid...