Nanas
adalah buah yang banyak ditemui di Indonesia. Namun, buah yang memiliki rasa
manis dan sedikit asam ini banyak di jauhi oleh wanita karena dianggap sebagai
biang kerok terjadinya keputihan pada wanita. Apakah hal tersebut benar?
Buah
nanas (Ananas comosus) banyak mengandung zat gizi antara lain vitamin A,
vitamin C, vitamin B6, kalsium, fosfor, magnesium, besi, natrium, kalium,
folat, dekstrosa, sukrosa (gula tebu), serta enzim bromelin (bromelain)
yang merupakan 95% campuran protease sistein, yang dapat menghidrolisis protein
(proteolisis) dan tahan terhadap panas. Enzim bromelin memiliki efek
abortifikasi, yakni menghambat implantasi, meningkatkan kontraksi uterus, dan
memiliki efek embriotoksik. Enzim bromelin meningkatkan kadar prostaglandin
yang dapat memicu kontraksi uterus pada ibu hamil.
Bromelin
juga memiliki manfaat bagi tubuh, diantaranya bagi sistem cardiovaskular
bromelin melindungi atau meminimalkan keparahan angina pektoris dan transient
ischemik attack (TIA). Bromelin menghancurkan plak kolesterol dan
menunjukan sebuah aktivitas fibrinolitik yang poten. Kombinasi bromelin dan
nutrisi lainnya mampu melawan iskemia atau reperfusi pada otot. Selain fungsi
diatas, bromelin juga memiliki efek pada penyakit osteoarthritis, yakni terjadi
pengurangan rasa sakit dan menurunnya inflamasi.
Disamping
kelebihan dan kekurangan buah nanas, tidak ada studi yang menjelaskan hubungan
terjadinya keputihan pada wanita yang disebabkan oleh konsumsi buah nanas. Lalu
mengapa wanita bisa terjadi keputihan?
Apa
itu keputihan?
Keputihan
atau fluor albus adalah kondisi di mana keluarnya cairan dari oragan
intim wanita (vagina). Pada kondisi normal, vagian akan menghasilkan lendir
dalam jumlah tertentu. Lendir tersebut berfungsi untuk menjaga kondisi keasaman
dalam vagina (pH normal vagina 3,5-4,5) sekaligus mencegah iritasi. Selain itu,
di area bagian vagina terdapat banyak flora normal, yaitu sekelompok bakteri
baik yang berfungsi menghasilkan lendir. Flora normal meliputi Corynebacterium,
Bacteroides, Peptostreptococcus, Gardnerella, Mycoplasma, dan Candida spp
Keputihan
sendiri bukan lah suatu penyakit, melainkan manifestasi dari hampir semua
penyakit kandungan. Namun memang ada jenis keputihan yang disebabkan oleh
infeksi, baik oleh bakteri, jamur, maupun parasit. Keputihan ini disebut
patologis dan dapat menyerang wanita
mulai dari usia muda, usia reproduksi sehat maupun usia
tua dan tidak
mengenal tingkat pendidikan,
ekonomi dan sosial
budaya.
Penyebab
Keputihan
Keputihan
sering dikaitkan dengan ketidakseimbangan pH vagina. Beberapa hal yang
menyebabkan terjadinya keputihan:
·
Kurangnya personal hygene:
Cara
membersihkan organ kewanitaan yang salah, penggunaan handuk bersama, frekuensi
penggunaan pembalut dan pantyliner yang kurang tepat, jarang memotong
bulu kemaluan, pakaian dalam yang ketat, tidak menyerap keringat, lembab dan
jarang menggantinya, dan penggunaan air yang kurang higienis dengan keadaan
lingkungan yang kotor.
·
Akibat adanya kuman di daerah vagina yaitu
Bacterial vaginosis, andidiasis, parasit (Trichomonas,
Clamydia, gonorrhoea).
·
Benda asing: tampon yang dimasukan ke
vagina
·
Iritan: parfum, deodoran, sabun mandi,
produk feminine hygene
·
Atrofi Vagina (penipisan, pengeringan dinding
vagina yang disebabkan oleh kuranganya hormon estrogen pada wanita usia
menopause)
·
Fistula
·
Tumor di vulva, vagina, cervix,
endometrium
·
Trauma
·
Kehamilan
·
Bergonta-ganti pasangan seksual
·
Memiliki penyakit sistemik seperti
diabetes yang tidak terkontrol
Gejala
Keputihan
Keputihan
normal ciri-cirinya tidak berwarna (bening), tidak terlalu banyak, namun
produksi bisa meningkat saat terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur).
Keputihan patologis ciri-cirinya berwarna (putih, kuning seperti keju, hijau),
berbau, perubahan konsistensi dan volume, kadang disertai gatal, nyeri, disuria
(nyeri saat buang air kecil), nyeri panggul, perdarahan di luar menstruasi atau
perdarahan setelah berhubungan seksual.
Beberapa
gejala keputihan patologis berdasarkan penyebabnya:
·
Bakterial vaginosis: cairan yang keluar tipis,
berwarna putih/abu-abu, bau seperti ikan. Tidak ada tanda inflamasi maupun
nyeri.
·
Vaginal candidiasis: tidak berbau,
berwarna putih, tampak kemerahan saat pemeriksaan, edema vagina, ekskoriasi
pada vulva.
·
Tricomonas: biasanya berwarna
kuning-hijau, seperti berbusa, bau seperti ikan. Inflamasi pada vulva dan
vagina, serviks kemerahan (strawberry appeareance)
·
Cervicitis karena clamidya: cervix
inflamasi, mudah berdarah, cairan mukopurulen (kental bernanah)
Pencegahan
Keputihan:
Keputihan
sering diawali karena buruknya personal hygene, maka perlu meningkatkan
kebersihan diri dan lingkungan. Membiasakan
mencuci tangan dengan sabun
dan memotong kuku
tangan ketika mulai
tumbuh panjang sangat
penting untuk mencegah
berpindahnya bakteri dari tangan ke organ kewanitaan. Cara membersihkan
organ kewanitaan yang benar yaitu dari arah depan ke belakang dimaksudkan agar
bakteri dari anus tidak masuk ke dalam vagina.
Hal tersebut diimbangi dengan penggunaan air yang bersih yang berasal
dari air yang mengalir bukan yang menggenang yang dapat tercemar oleh
lingkungan sekitar.
Menjaga
vagina agar tidak lembab merupakan salah satu cara untuk mencegah terbentuknya
lingkungan yang baik untuk berkembang biaknya bakteri maupun jamur. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan cara mengeringkan vagina dengan pribadi maupun tisu
lembut. Penggunaan bahan celana dalam
dari katun yang dapat menyerap keringat, tidak ketat, dan sering mengganti celana
dalam minimal 2 kali sehari atau segera saat merasa basah. Selain itu, mencukur
bulu kemaluan secara rutin dengan gunting pribadi dan steril dapat mencegah tidak
terlalu lembab dan mencegah bakteri, jamur, maupun parasit yang bersarang pada
bulu kemaluan.
Penggunaan
pembalut yang berbau harum dan
mengandung gel tidak
diperkenankan karena hal
tersebut dapat memicu
terjadinya iritasi bahkan
kanker pada organ
kewanitaan. Memilih pembalut yang
lembut dan menggantinya sesering mungkin setiap 4 jam sekali sangat membantu dalam
pencegahan infeksi. Hal tersebut dikarenakan darah merupakan tempat yang baik
untuk bakteri bersarang. Namun, penggunaan panty liner rutin tidak
disarankan karena dapat menyebabkan
iritasi pada organ kewanitaan.
Tidak
diperbolehkan membersihkan organ kewanitaan dengan sabun mandi maupun
antiseptik atau sampo karena dapat mengganggu
keseimbangan PH dan flora normal yang ada pada vagina.
Tidak
berganti-ganti pasangan seksual untuk menghindari penyakit menular seksual.
Jika
seseorang mengalami gejala keputihan patologis, segera kunjungi dokter Anda
untuk mendapatkan terapi lebih lanjut. Sebaiknya tidak mengobati sendiri karena
penyebab keputihan banyak, tidak semua selesai dengan pemberian antibiotik.
Simpulan
Keputihan
tidak ada hubungannya dengan mengonsumsi buah nanas. Bagi wanita yang tidak
sedang hamil tri mester pertama tidak mengapa jika ingin memakan nanas. Nanas pun
memiliki kandungan gizi yang banyak. Keputihan paling sering disebabkan karena kondisi
kebersihan diri yang kurang. Untuk itu pentingnya mulai memperbaiki perilaku hidup
bersih dan sehat.
Referensi:
Saleh SN, Agustin A, Muzayyana M, Akbar H.
Edukasi Pemanfaatan Hasil Olahan Buah Nanas Bagi Mahasiswi Usia Subur di
Institut Kesehatan Dan Teknologi Graha Medika. Community Engagement and
Emergence Journal (CEEJ). 2021 Dec 29;2(3):52-6.
Silaban I, Rahmanisa S. Pengaruh Enzim Bromelin
Buah Nanas (Ananas comosusL.) terhadap Awal Kehamilan. Jurnal Majority. 2016
Oct 1;5(4):80-5.
Airaodion,
Augustine & Okoroukwu, Victor & Ogbuagu, Emmanuel & Ogbuagu,
Uloaku. (2019). In Vitro and In vivo Evaluation of Ananas comosus Fruit
(Pineapple) on Abortion/Miscarriage in Wistar Rats. 11. 69-75.
Nikmah,
U. S., & Widyasih, H. (2018). Personal Hygiene Habits dan Kejadian Flour
Albus Patologis pada Santriwati PP AL-Munawwir, Yogyakarta. Media Kesehatan
Masyarakat Indonesia, 14(1), 36-43. Retrieved from https://journal.unhas.ac.id/index.php/mkmi/article/view/3714
Rao
VL, Mahmood T. Vaginal discharge. Obstetric, Gynaecology and Reproductive
Medicine. Volume 30, Issue 1, 11 - 18 DOI: https://doi.org/10.1016/j.ogrm.2019.10.004 available post https://www.obstetrics-gynaecology-journal.com/article/S1751-7214(19)30206-4/fulltext
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah mampir. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.