Minggu, 12 Juni 2022

Mitos ke-11 Makan Nanas Menyebabkan Keputihan


Nanas adalah buah yang banyak ditemui di Indonesia. Namun, buah yang memiliki rasa manis dan sedikit asam ini banyak di jauhi oleh wanita karena dianggap sebagai biang kerok terjadinya keputihan pada wanita. Apakah hal tersebut benar?

Buah nanas (Ananas comosus) banyak mengandung zat gizi antara lain vitamin A, vitamin C, vitamin B6, kalsium, fosfor, magnesium, besi, natrium, kalium, folat, dekstrosa, sukrosa (gula tebu), serta enzim bromelin (bromelain) yang merupakan 95% campuran protease sistein, yang dapat menghidrolisis protein (proteolisis) dan tahan terhadap panas. Enzim bromelin memiliki efek abortifikasi, yakni menghambat implantasi, meningkatkan kontraksi uterus, dan memiliki efek embriotoksik. Enzim bromelin meningkatkan kadar prostaglandin yang dapat memicu kontraksi uterus pada ibu hamil.

Bromelin juga memiliki manfaat bagi tubuh, diantaranya bagi sistem cardiovaskular bromelin melindungi atau meminimalkan keparahan angina pektoris dan transient ischemik attack (TIA). Bromelin menghancurkan plak kolesterol dan menunjukan sebuah aktivitas fibrinolitik yang poten. Kombinasi bromelin dan nutrisi lainnya mampu melawan iskemia atau reperfusi pada otot. Selain fungsi diatas, bromelin juga memiliki efek pada penyakit osteoarthritis, yakni terjadi pengurangan rasa sakit dan menurunnya inflamasi.

Disamping kelebihan dan kekurangan buah nanas, tidak ada studi yang menjelaskan hubungan terjadinya keputihan pada wanita yang disebabkan oleh konsumsi buah nanas. Lalu mengapa wanita bisa terjadi keputihan?

 

Apa itu keputihan?

Keputihan atau fluor albus adalah kondisi di mana keluarnya cairan dari oragan intim wanita (vagina). Pada kondisi normal, vagian akan menghasilkan lendir dalam jumlah tertentu. Lendir tersebut berfungsi untuk menjaga kondisi keasaman dalam vagina (pH normal vagina 3,5-4,5) sekaligus mencegah iritasi. Selain itu, di area bagian vagina terdapat banyak flora normal, yaitu sekelompok bakteri baik yang berfungsi menghasilkan lendir. Flora normal meliputi Corynebacterium, Bacteroides, Peptostreptococcus, Gardnerella, Mycoplasma, dan Candida spp

Keputihan sendiri bukan lah suatu penyakit, melainkan manifestasi dari hampir semua penyakit kandungan. Namun memang ada jenis keputihan yang disebabkan oleh infeksi, baik oleh bakteri, jamur, maupun parasit. Keputihan ini disebut patologis dan dapat  menyerang  wanita  mulai dari usia muda, usia reproduksi sehat maupun  usia  tua  dan  tidak  mengenal  tingkat  pendidikan,  ekonomi  dan  sosial  budaya.  

 

Penyebab Keputihan

Keputihan sering dikaitkan dengan ketidakseimbangan pH vagina. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya keputihan:

·         Kurangnya personal hygene:

Cara membersihkan organ kewanitaan yang salah, penggunaan handuk bersama, frekuensi penggunaan pembalut dan pantyliner yang kurang tepat, jarang memotong bulu kemaluan, pakaian dalam yang ketat, tidak menyerap keringat, lembab dan jarang menggantinya, dan penggunaan air yang kurang higienis dengan keadaan lingkungan yang kotor.

·         Akibat adanya kuman di daerah vagina yaitu Bacterial vaginosis, andidiasis, parasit (Trichomonas, Clamydia, gonorrhoea).

·         Benda asing: tampon yang dimasukan ke vagina

·         Iritan: parfum, deodoran, sabun mandi, produk feminine hygene

·         Atrofi Vagina (penipisan, pengeringan dinding vagina yang disebabkan oleh kuranganya hormon estrogen pada wanita usia menopause)

·         Fistula

·         Tumor di vulva, vagina, cervix, endometrium

·         Trauma

·         Kehamilan

·         Bergonta-ganti pasangan seksual

·         Memiliki penyakit sistemik seperti diabetes yang tidak terkontrol

 

Gejala Keputihan

Keputihan normal ciri-cirinya tidak berwarna (bening), tidak terlalu banyak, namun produksi bisa meningkat saat terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur). Keputihan patologis ciri-cirinya berwarna (putih, kuning seperti keju, hijau), berbau, perubahan konsistensi dan volume, kadang disertai gatal, nyeri, disuria (nyeri saat buang air kecil), nyeri panggul, perdarahan di luar menstruasi atau perdarahan setelah berhubungan seksual.

Beberapa gejala keputihan patologis berdasarkan penyebabnya:

·         Bakterial vaginosis: cairan yang keluar tipis, berwarna putih/abu-abu, bau seperti ikan. Tidak ada tanda inflamasi maupun nyeri.

·         Vaginal candidiasis: tidak berbau, berwarna putih, tampak kemerahan saat pemeriksaan, edema vagina, ekskoriasi pada vulva.

·         Tricomonas: biasanya berwarna kuning-hijau, seperti berbusa, bau seperti ikan. Inflamasi pada vulva dan vagina, serviks kemerahan (strawberry appeareance)

·         Cervicitis karena clamidya: cervix inflamasi, mudah berdarah, cairan mukopurulen (kental bernanah)

 

Pencegahan Keputihan:

Keputihan sering diawali karena buruknya personal hygene, maka perlu meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan. Membiasakan  mencuci  tangan  dengan sabun  dan  memotong  kuku  tangan  ketika  mulai  tumbuh  panjang  sangat  penting  untuk  mencegah  berpindahnya bakteri dari tangan ke organ kewanitaan. Cara membersihkan organ kewanitaan yang benar yaitu dari arah depan ke belakang dimaksudkan agar bakteri dari anus tidak masuk ke dalam vagina.  Hal tersebut diimbangi dengan penggunaan air yang bersih yang berasal dari air yang mengalir bukan yang menggenang yang dapat tercemar oleh lingkungan sekitar. 

Menjaga vagina agar tidak lembab merupakan salah satu cara untuk mencegah terbentuknya lingkungan yang baik untuk berkembang biaknya bakteri maupun jamur. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengeringkan vagina dengan pribadi maupun tisu lembut.  Penggunaan bahan celana dalam dari katun yang dapat menyerap keringat, tidak ketat, dan sering mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari atau segera saat merasa basah. Selain itu, mencukur bulu kemaluan secara rutin dengan gunting pribadi dan steril dapat mencegah tidak terlalu lembab dan mencegah bakteri, jamur, maupun parasit yang bersarang pada bulu kemaluan.

Penggunaan pembalut yang berbau  harum  dan  mengandung  gel  tidak  diperkenankan  karena  hal  tersebut  dapat  memicu  terjadinya  iritasi  bahkan  kanker  pada  organ  kewanitaan.  Memilih pembalut yang lembut dan menggantinya sesering mungkin setiap 4 jam sekali sangat membantu dalam pencegahan infeksi. Hal tersebut dikarenakan darah merupakan tempat yang baik untuk bakteri bersarang. Namun, penggunaan panty liner rutin tidak disarankan karena  dapat  menyebabkan  iritasi pada organ kewanitaan.

Tidak diperbolehkan membersihkan organ kewanitaan dengan sabun mandi maupun antiseptik atau sampo karena  dapat  mengganggu  keseimbangan PH dan flora normal yang ada pada vagina.

Tidak berganti-ganti pasangan seksual untuk menghindari penyakit menular seksual.

Jika seseorang mengalami gejala keputihan patologis, segera kunjungi dokter Anda untuk mendapatkan terapi lebih lanjut. Sebaiknya tidak mengobati sendiri karena penyebab keputihan banyak, tidak semua selesai dengan pemberian antibiotik.

 

Simpulan

Keputihan tidak ada hubungannya dengan mengonsumsi buah nanas. Bagi wanita yang tidak sedang hamil tri mester pertama tidak mengapa jika ingin memakan nanas. Nanas pun memiliki kandungan gizi yang banyak. Keputihan paling sering disebabkan karena kondisi kebersihan diri yang kurang. Untuk itu pentingnya mulai memperbaiki perilaku hidup bersih dan sehat.  

 

Referensi:

Saleh SN, Agustin A, Muzayyana M, Akbar H. Edukasi Pemanfaatan Hasil Olahan Buah Nanas Bagi Mahasiswi Usia Subur di Institut Kesehatan Dan Teknologi Graha Medika. Community Engagement and Emergence Journal (CEEJ). 2021 Dec 29;2(3):52-6.

Silaban I, Rahmanisa S. Pengaruh Enzim Bromelin Buah Nanas (Ananas comosusL.) terhadap Awal Kehamilan. Jurnal Majority. 2016 Oct 1;5(4):80-5.

Airaodion, Augustine & Okoroukwu, Victor & Ogbuagu, Emmanuel & Ogbuagu, Uloaku. (2019). In Vitro and In vivo Evaluation of Ananas comosus Fruit (Pineapple) on Abortion/Miscarriage in Wistar Rats. 11. 69-75.

Nikmah, U. S., & Widyasih, H. (2018). Personal Hygiene Habits dan Kejadian Flour Albus Patologis pada Santriwati PP AL-Munawwir, Yogyakarta. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 14(1), 36-43. Retrieved from https://journal.unhas.ac.id/index.php/mkmi/article/view/3714

Rao VL, Mahmood T. Vaginal discharge. Obstetric, Gynaecology and Reproductive Medicine. Volume 30, Issue 1, 11 - 18 DOI: https://doi.org/10.1016/j.ogrm.2019.10.004  available post https://www.obstetrics-gynaecology-journal.com/article/S1751-7214(19)30206-4/fulltext

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah mampir. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.

Tips Membuat Infografis dengan Canva

Hallo teman-teman… Apa kabarnya nih? Semoga sehat selalu ya… nah, teman-teman di sini adakah yang suka mendesain? Jaman now , desain itu tid...