Rabu, 23 Agustus 2023

Bahaya Obstructive Sleep Apnea (OSA)

Assalamualaikum teman-teman.

Kembali lagi dengan artikel Kesehatan umum di blog avianirifki. Ada nggak sih teman-teman di sini yang tidur selalu mendengkur atau mengorok? Kebanyakan orang mengira mengorok adalah pertanda seseorang telah tidur pulas. Padahal mengorok saat tidur bisa menjadi tanda bahaya, loh? Mengorok bisa menjadi tanda bahwa seseorang sedang mengidap gangguan Obstructive Sleep Apnea (OSA). Wah, apa itu OSA? Dan apa saja bahayanya? Yuk, kita simak bersama ulasan berikut!


Pengertian OSA


Obstructive sleep apnea

sleep apnea syndrome
sumber: freepik/corbacserdar

OSA (Obstructive Sleep Apnea) adalah kondisi di mana otot dilator di saluran napas atas mengalami relaksasi sehingga dapat mengendur dan lemas. Hal ini terjadi pada orang yang sedang tidur terlentang. Normalnya otot ini kontraksi, yaitu untuk mempertahankan jalan napas. Namun, pada OSA, ototnya terlalu lemas sehingga mengakibatkan penyempitan dan hambatan saluran napas.


Keadaan ini bisa membuat penderita OSA sesak napas yang tidak normal atau jeda bernapas saat tidur, terbangun mendadak di tengah dengkuran, dan terbatuk. Gangguan ini 85% disebabkan oleh OSA. Hayoo… apakah Teman-teman mengalaminya? Atau pasangan Teman-teman? Jangan lupa dicek, ya!



Apa yang akan terjadi saat OSA?


OSA terjadi Ketika ada obstruksi (hambatan) jalan napas bagian atas. Hambatan ini menyebabkan penghentian aliran udara baik Sebagian atau sepenuhnya selama menarik napas.

Jika kondisi ini berulang maka akan mengakibatkan hypopnea (berkurangnya aliran udara ke paru) atau apnea (tidak ada aliran udara ke paru), sehingga kandungan oksigen di dalam darah menurun. Saat oksigen turun, otak akan memerintahkan tubuh untuk bangun agar bisa bernapas Kembali. OSA biasanya berlangsung selama 10 detik.

OSA sering terjadi pada 25% orang dewasa di Amerika. Laki-laki lebih sering mengalami OSA dibandingkan Wanita. Sayangnya, banyak yang tidak menyadari gangguan ini sehingga tidak terdiagnosis dan tidak diterapi.


Faktor yang memperparah OSA

Ada beberapa faktor yang memperparah terjadinya obstructive sleep apnea, yaitu:

1. Obesitas


Jaringan lemak berlebih, terutama di bagian leher, dapat membuat saluran napas bagian atas menyempit dan menganggu seseorang saat bernapas. Pasien overweight 2x lebih berisiko mengalami OSA, dan orang yang obesitas 4x lebih berisiko mengalami OSA.

2. Mengonsumsi obat penenang

Ada beberapa jenis obat penenang yang efeknya membuat relaksasi saluran otot di saluran napas atas.

3. Adanya kelainan struktur leher dalam

Hal ini yang paling sering terjadi, yaitu kelainan struktur leher dalam misalnya ada kelenjar amandel yang besar atau kelenjar adenoid yang membesar. Sehingga terdapat obstruksi di jalan napas atasnya.

4. Hidung tersumbat missal karena polip atau sebab lainnya
5. Merokok

Merokok bisa memicu timbulnya inflamasi dan penumpukan cairan di saluran napas atas. Hal ini tentu kan membuat hambatan udara di saluran napas atas yang berakibat terjadinya OSA.

6. Mengkonsumsi minuman keras
7. Gangguan medis

Sebuah studi memperkirakan prevalensi OSA terjadi pada 73-82% penderita hipertensi, 76-85% pasien dengan atrial fibrilasi (gangguan irama jantung), 65-85% pda pasien diabetes melitus dan 71-77% pada pasien yang menjalani operasi bariatric (operasi yang membantu pembedahan untuk menurunkan berat badan).



Gejala OSA

Tak kenal maka tak sayang. Ada beberapa gejala sleep apnea yang wajib kita ketahui dan waspadai. Tanda khas OSA adalah kebiasaan mendengkur saat tidur. Mendengkur terjadi pada 50-60% pasien OSA dan apnea yang disaksikan selama tidur.

Selain mendengkur saat tidur, pengidap OSA juga mengalami gejala yang lainnya, seperti:
  1. Sering terbangun karena terengah-engah atau tersedak, atau bangun tanpa gejala yang menyertai. Berdasarkan penelitian sistematik review, gasping dan chocking paling sering terjadi pada OSA, sedangkan mendengkur adalah gejala yang kurang spesifik.
  2. Bernapas dengan berat dan berisik
  3. Mengantuk sepanjang hari
  4. Salah satu efek dari OSA adalah penderita tidak mendapatkan tidur yang berkualitas. Hal ini terjadi pada 90% penderita OSA.
  5. Dan beberapa gejala lain seperti lemah, letih dan kurang energi, gangguan pencernaan (GERD) saat malam hari, mudah marah, dan depresi.

Illustrasi sleep problem
sumber: adobe stock / ann131313.a

Apakah OSA berbahaya?


Ada beberapa bahaya OSA yang harus kita tandai. OSA yang berlangsung lama bisa berakibat buruk bagi kesehatan tubuh. OSA juga berkontribusi menurunkan kualitas hidup, penurunan performa kerja, dan kejadian kecelakaan motor. OSA juga menjadi sebab meningkatkan insidensi hipertensi, diabetes melitus, gangguan irama jantung, gagal jantung, penyakit jantung coroner, stroke, dan kematian

Jika keadaan obstruksi ini dibiarkan, akan terjadi hypopnea dan apnea yang akan menyebabkan perubahan tekanan di dada. Selain itu, keadaan ini mengakibatkan hipoksia (kekurangan oksigen) yang berulang dan gangguan tidur.

Meskipun gangguan pada OSA tidak serta merta membuat seseorang terbangun dari tidurnya, namun hal ini bisa mengakibatkan hiperkapnia (kondisi kadar CO2 yang tinggi di dalam darah) yang akhirnya mengaktifkan system saraf. Inilah yang menyebabkan peningkatan tekanan darah baik akut maupun kronis.

Hormone katekolamin yang meningkat akan menurunkan sensitivitas insulin dan menyebabkan kerusakan sel beta di kelenjar pancreas. Mekanisme ini membuat OSA secara tidak langsung menyebabkan penyakit diabetes melitus.

Episode kekurangan oksigen dalam darah yang berulang juga menyebabkan penyakit pembuluh darah, gangguan metabolism, dan inflamasi.


Lalu, bagaimana cara mengatasi OSA?

Mengingat bahaya yang ditimbulkan oleh OSA, ada beberapa terapi efektif yang bisa mengurangi kejadian OSA, yaitu memperbaiki pola perilaku, penggunaan alat bantu medis dan terapi pembedahan.

  • Perbaikan perilaku meliputi mengurangi konsumsi rokok, alcohol, menghindari tidur tengkurap, berolahraga secara teratur, dan menurunkan berat badan.
  • Penggunaan alat medis untuk menatalaksana OSA bisa berupa Positive Airway Pressure (PAP). Alat ini mengantarkan tekanan melalui masker yang diletakkan di hidung dan mulut. Tekanan ini berfungsi melindungi kolapsnya jalan napas saat menarik napas. Selain PAP, mandibular repositioning device juga cukup efektif.

  • Pembedahan dilakukan jika pasien tidak berefek menggunakan PAP. Operasi tujuannya untuk memodifikasi jaringan yang ada di saluran napas atas.



Penutup

Nah, setelah kita tahu tentang obstructive sleep apnea beserta gejala dan efek bahanya, kira-kira ada nggak nih orang di sekitar teman-teman yang mengalami gejala tersebut? Yuk, kita bantu mereka dengan menerapkan pola hidup sehat, dan mengurangi obesitas. Semoga bermanfaat, ya!



Referensi:

Gottlieb DJ, Punjabi NM. Diagnosis and Management of Obstructive Sleep Apnea: A Review. JAMA. 2020;323(14):1389–1400. doi:10.1001/jama.2020.3514
Osman, A. M., Carter, S. G., Carberry, J. C., & Eckert, D. J. (2018). Obstructive sleep apnea: current perspectives. Nature and science of sleep, 10, 21–34. https://doi.org/10.2147/NSS.S124657
Traci T. Goodchild and David J. Lefer. Obstructive Sleep Apnea The Not-So-Silent Killer published 16 Januari 2020. AHA Journal. https://doi.org/10.1161/CIRCRESAHA.119.316359



5 komentar:

  1. Hu um, dulu ngiranya tidur ngorok itu tanda nyenyaknya tidur, ternyata suatu gangguan, ya, Mbak. Terima kasih info bermanfaat ini, Mbak.

    BalasHapus
  2. Wah jadi paham tentang masalah ini. Ternyata yang kita anggap biasa bisa berbahaya ya.

    BalasHapus
  3. Iyaa ternyata kita enggak boleh meremehkan hal2 kecil yaa

    BalasHapus
  4. Wah kita jadi paham OSA makasih arrikelnya ya mbak

    BalasHapus
  5. Ohh ini toh bahayanya,,,jadi paham apa itu OSA. terima kasih mas

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.

Tips Membuat Infografis dengan Canva

Hallo teman-teman… Apa kabarnya nih? Semoga sehat selalu ya… nah, teman-teman di sini adakah yang suka mendesain? Jaman now , desain itu tid...