Menunda pekerjaan atau prokastinasi sering dilakukan oleh banyak orang. Piers Still, Penulis The Procrastination Exponantion, mengatakan jika kamu merasa suka prokrastinasi /menunda-nunda, mungkin kamu termasuk dalam 95% orang di dunia yang mengaku pernah menunda mengerjakan tugas atau pekerjaan mereka.
Bagi
ibu rumah tangga, saat bangun tidur di pagi hari pikirannya langsung
terbagi-bagi oleh banyaknya perkerjaan yang harus dilakukan di hari itu:
menyiapkan sarapan, mencuci baju, menyetrika, dan lainnya. Namun, alih-alih
mulai mengerjakannya terkadang mereka justru mengerjakan pekerjaan lain yang
kurang esensial, seperti rebahan sembari scrolling media sosial,
misalnya. Awalnya mungkin hanya lima menit, kemudian waktu terus bergulir dan
tanpa terasa berjam-jam dilewati tanpa produktivitas. Kemudian ibu baru
menyadari bahwa cucian piring di rumah ternyata sudah beranak pinak memenuhi
tempat cuci piring.
Rasanya
hampir setiap orang mungkin pernah menjadi prokrastinator. Prokrastinasi
diartikan sebagai kecenderungan menunda pekerjaan penting yang seharusnya
diselesaikan dalam jangka waktu tertentu dan menggantinya dengan pekerjaan yang
tidak produktif.
Sebuah
studi psikologi menyebutkan bahwa prokastinasi berhubungan dengan low self
esteem (pikiran, perasaan dan pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri),
self control dan self confidence.
Prokrastinator
sebenarnya sedang menipu diri sendiri, mereka menganggap bahwa bekerja di bawah
tekanan waktu justru lebih optimal, atau beranggapan masih memiliki banyak
waktu. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa prokrastinator memiliki stress
level lebih rendah dari pada yang bukan prokrastinator, hal ini didasarkan
pada lamanya waktu terpapar stress yang dialami prokrastinator lebih sedikit
dibanding yang bukan. Namun, kinerja yang dihasilkan cenderung lebih buruk. Prokastinasi
kronis dapat berefek buruk pada seseorang.
Ada berbagai macam penyebab seseorang menunda
pekerjaan, diantaranya:
1. Kurang
memprioritaskan pekerjaan karena deadline masih lama.
2. Merasa
tidak memiliki kemampuan atau merasa kesulitan menyelesaikan tugas tersebut atau
tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan pekerjaannya karena kurangnya
arahan.
3. Kecenderungan
untuk hanya melakukan kegiatan yang menyenangkan saja untuk menghindari
perasaan negatif yang timbul.
Bagaimana
jika ibu rumah tangga yang sering menunda pekerjaan?
Bisa
dibayangkan, bahwa pekerjaan domestik rumah tangga tidak ada habisnya. Rasanya
24 jam waktu yang tersedia mungkin saja masih kurang. Menunda pekerjaan
tidaklah menyelesaikan masalah. , hanya menyingkirkan sejenak sampai akhirnya
sadar Kembali bahwa pekerjaan justru bertambah banyak.
Lalu,
apakah prokrastinasi ini dilakukan oleh orang-orang malas? Tidak selalu
Bagi
sebagian orang mereka sadar mereka sedang menunda pekerjaan, namun bagi
Sebagian yang lain mungkin tidak. Tidak semua orang yang menunda pekerjaan
disebut sebagai prokrastinator, menurut Joseph Ferrari, seorang professor psikologi
di DePaul University. Seorang prokrastinator sejati mereka tidak memiliki
prioritas. Mereka terlalu lama memikirkan bagimana mengerjakan tugas, sedangkan
rasa malas lebih merujuk pada sikap apatis, tidak aktif, dan enggan melakukan tindakan
atas pekerjaan dan kewajibannya.
Prokrastinator
hanya akan melakukan pekerjaan yang menurut mereka menyenangkan, namun itu
hanya kesenangan sementara. Saat ia Kembali, ia baru menyadari bahwa ada banyak
tugas yang belum selesai. Kebanyakan berdalih the power of kepepet akan
memberikan tambahan energi dalam mengerjakannya.
Dampak
menunda pekerjaan:
1. Pekerjaan
akan menumpuk karena tidak dikerjakan sesuai dengan waktu semestinya sehingga
memicu stress.
2. Produktivias
berkurang
3. Pekerjaan
lain ikut tertunda
4. Kehilangan
waktu dan kesempatan
5. Menurunkan
rasa percaya diri
Beberapa
cara yang bisa ibu lakukan:
1. Memaafkan
diri sendiri karena telah menunda pekerjaan.
2. Kenali
penyebab kita melakukan prokrastinasi
3. Buat
prioritas.
4. Memiliki
komitmen.
5. Jauhkan
distraksi atau kegiatan yang lebih menarik dan menyenangkan.
6. Kerjakan
dulu, nikmati prosesnya.
7. Berikan
penghargaan untuk diri sendiri.
Nah
itu lah beberapa cara mengatasi kebiasaan menunda pekerjaan. Semoga bermanfaat,
ya!
- Ferrari, J. R., Johnson, J. L., & McCown,
W. G. (1995). Procrastination and task avoidance: Theory, research, and
treatment. New York: Plenum.
- Tice, D. M., & Baumeister, R. F. (1997).
Longitudinal study of procrastination, performance, stress, and health:
The costs and benefits of dawdling. Psychological Science, 8, 454-458.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah mampir. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.