Akhir-akhir ini di dunia ilustrasi sedang ramai orang menjadi microstocker. Microstocker diartikan sebagai seseorang menjual gambarnya baik itu berupa raster maupun vektor di microstock. Tidak Cuma gambar, bahkan foto pun bisa dijual di sana. Orang-orang berlomba-lomba membuat portofolio gambarnya lewat mikrostok ini. Alasannya simple, untuk mendapat penghasilan, syukur-syukur berupa passive income yang sifatnya longlast. Berakit-rakit kehulu, kipasan duit kemudian.
Namun, saking banyaknya, terkadang keadaan seperti itu menjadi
sebuah toksik untuk beberapa orang. Aku mungkin termasuk salah satu yang terkena
toksik tersebut. Emangnya toksik gimana?
Yang tadinya aku sendiri memiliki my path, my destiny In
this illustration world, tanpa sadar aku numpang jalan di rel kereta orang
lain. Semua jadi terlhat bias. Salah-salah bisa menimbulkan iri dengki
alih-alih meningkatkan kapasitas diri. Dengan memposting hasil earning yang
yang didapat, banyaknya elemen yang telah terupload, Sebagian orang mungkin ada
yang jadi semakin semangat untuk menggambar, namun Sebagian yang lain mungkin
justru sebaliknya. Tidak menikmati prosesnya sendiri, dan merasa tertatih
mengejar ketertinggalannya.
Aku pernah membaca status salah seorang ustadzah kurang
lebih intinya begini: memang, dengan membagikan nikmat kita kepada orang lain
ada kecenderungan membuat orang lain yang sakit hatinya semakin merasa hasad. Namun,
sejatinya kita sendiri pun ketika melihat orang lain mendapat nikmat, seharusnya
kita melatih hati kita untuk tidak hasad.
That’s it!
Kalua dilihat dari kacamata yang berbeda ternyata, hal
tersebut justru menuai perspektif yang lain bukan?
Sering-seringlah melatih diri untuk berpikir positif terhadap
orang lain. Engkau tidak tau bagaimana di balik perjuangannya hingga sampai ke
titik itu, makan jika engkau tidak ingin berempati terhadapnya, setidaknya
berempatilah terhadap dirimu sendiri. Dengan berpikir positif, kau bisa
menganggap kejadian itu justru sebagai ajang Latihan dirimu untuk tidak hasad
terhadap orang lain. Coba bayangkan, berapa kali dalam sehari engkau bisa
berlatih? Tentu banyak bukan?
Selain itu, aku rasa kita juga perlu memiliki lingkungan
yang positif. Berteman lah dengan orang-orang yang pertengahan. Ia tidak melulu
memamerkan apa yang sudah dicapai, namun hasil karyanya lah yang berbicara. Timbang
mengomparasikan diri dengan orang lain, lebih baik mengomparasikan diri yang
sekarang dengan diri yang dahulu. Selamat mencoba!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah mampir. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.