Selasa, 29 Maret 2022

Konsep Rezeki

Sore tadi saya dan suami iseng jalan kaki ke Indomaret untuk membeli mie instan. Di tengah jalan ada kang bakso yang lagi ngejualin bakso kelilingnya. Dari aromanya memang tidak sesedap itu, tapi suami tetiba ngajak jajan bakso.

“Kalau pulang dari Indomaret kang baksonya masih ada, berarti masih rezeki kita dan rezeki kang bakso, ya!”

Aku hanya mengiyakan.

Di Indomaret kami berbelanja cukup lama, karena banyak barang yang diskon dan memang sedang butuh (FYI tadi aku beli lada bubuk merek Koepoe yang biasanya 37 ribuan, tadi hanya 21 ribu dapat dua! Alias 11 reboan. Yey!). setelah dari IRT memang sereceh itu bahagianya. Yang biasa apa-apa ada di rumah, setelah berumah tangga segalanya harus diatur sendiri, menggunakan uang sendiri.

Back to topic.

Akhirnya setelah selesai berbelanja, kami pun pulang. Kang baksonya sudah tidak ada di tempat semula. Dia sudah sampai di Cluster tempat tinggal kami.

“Di panggil aja, Beb, kalau kamu emang mau beli bakso,”

“Enggak, ah. Sesuai dengan komitmen awal, kalo masih ketemu lagi baru beli,” jawabnya tenang, “tenang saja, semua rezeki kita itu sudah dicatat di Lauhul Mahfudz. Tidak akan tertukar. Jika masih rejeki pasti ketemu”

Dan benar saja, kang bakso itu justru berhenti di depan perumahan kami.

Satu hal yang aku jadi teringat yaitu tentang konsep rezeki. Rezeki kita sungguh tidak akan pernah tertukar pada siapa pun. Maka benarlah apa yang dikatakan Umar bin Khattab:

"Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku. ( Umar bin Khattab radhiyallahu anhu)

Sepatutnya kita meniru beliau. Oh, kita kadang memang paham, tapi dalam pelaksanaannya terkadang kita masih saja menngkhawatirkan rejeki kita. Takut diambil orang lain lah, takut rejeki dipatok ayam lah. Bisa jadi memang rejekinya seolah diambil orang lain oleh karena kita sendiri tidak mengambil sebab dalam memperoleh rejeki.

To the point, dalam masalah rejeki ini, jika kita mengetahui konsepnya sebagaimana yang dituturkan oleh Umar bin Khattab radiyallahu anhu, maka hati kita tidak lagi merasa was-was. Ketika satu pintu rejeki tertutup, maka percayalah ada pintu rejeki yang lain yang akan terbuka untuk kita, selama kita tidak menyerah dalam mengambil sebab dan merasa legowo dengan hal yang bukan menjadi rejeki kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah mampir. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.

Tips Membuat Infografis dengan Canva

Hallo teman-teman… Apa kabarnya nih? Semoga sehat selalu ya… nah, teman-teman di sini adakah yang suka mendesain? Jaman now , desain itu tid...