Kebanyakan dari kita melupakan bahwa ada Dzat yang menggenggam takdir kita. Ia menggenggam dengan tangan-Nya yang bahkan mentakwilnya pun tidak diperbolehkan.
Kita terkadang sadar, kita berdoa memohon yang terbaik menurut Allah. Tapi dalam kenyataan yang berjalan, terkadang standar baik menurut Allah tidak sampai pada pemahaman kita.
Saya punya cerita, tentang seorang guru saya sewaktu sekolah profesi.
Beliau orang yang Alim insyaAllah. Tawadhu, cerdas, dan saya sungguh mengaguminya.
Suatu ketika beliau cerita tentang perjalanan beliau menjadi dokter spesialis. Saya lupa cerita jelasnya bagaimana, mohon maaf jika ada salah ingatan, karena kejadiannya sudah berlangsung kurang lebih 4 tahun yang lalu.
Beliau bercerita bahwa dulu saat beliau masih menjadi dokter umum di suatu daerah di Wonogiri, beliau tinggal bersama istri dan anaknya. Penghasilannya waktu itu sangat pas pasan. Beliau bahkan rela bekerja 24/7 shift demi membawa pulang 350ribu rupiah di jamannya. Bukan uang yang besar mengingat kejadian itu masih berlangsung di awal abad 20an.
Apa beliau mengeluh?
Apa istrinya mengeluh?
Tentu tidak.
Beliau mengajarkan saya suatu doa yang sangat indah, yang sampai saat ini masih saya amalkan. Semoga menjadi jariyah untuk beliau.
Doa ini diambil dari QS Al mu'minun: 29.
رَّبِّ أَنزِلْنِى مُنزَلًا مُّبَارَكًا وَأَنتَ خَيْرُ ٱلْمُنزِلِينَ
“Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi, dan Engkau adalah sebaik-baik pemberi tempat.”
"Kamu tahu dek, saat saya ingin mengeluh, saya ingat doa ini. Doa ini selalu saya baca setiap selesai sholat. Jika saya merasa lelah yang saya ingat saya sudah meminta pada Allah untuk memberikan saya tempat uang diberkahi. Maka apapun yang terjadi pada saya saat ini, penghasilan saya, pekerjaan saya, tempat tinggal saya, adalah tempat-tempat yang Allah berkahi."
MasyaAllah tabarakallah.
Air mata selalu membumbung setiap kali saya mengingat cerita beliau. Merasa diri sama sekali tidak ada apa-apanya dalam beramal. Lebih banyak mengeluhkan apa yang belum dimiliki alih alih bersyukur pada apa yang sudah dimiliki.
FYI, beliau ini juga orang yang selalu istiqomah menyelesaikan satu hari satu juz. Suatu ketika beliau sedang menyetir dan mendekati maghrib. Baliau teringat di tengah sibuknya beliau hari itu, beliau menganaktirikan membaca kalam Allah. Segera beliau tepi kan mobilnya dan membaca Alquran di menit itu juga.
MasyaAllah masyaAllah.
Untuk beliau yang tidak ingin saya sebutkan namanya, semoga Allah menjaga amalan beliau dari riya, menerima amalan-amalannya. Dan setiap doa amalan harian beliau yang menjadi inspirasi saya semoga menjadi amal jariyah untuk beliau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah mampir. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.