Bulan Ramadhan tinggal menghitung hari, semoga kita semua disampaikan pada bulan yang mulia ini.
Angan-angan manusia itu panjang, namun mungkin saja usianya
tidak sepanjang angannya. Kemarin saya diingatkan kembali untuk lebih mawas
diri terhadap kematian. Bukan kah kematian itu sebaik-baik pengingat? Saat saya sedang jaga hari Ahad pagi, ada
seorang ibu histeris membawa anaknya yang berdarah-darah. Si anak datang dengan
keadaan lethargis (kalau dalam bahasa awamnya “keple”), sesampainya di IGD si
anak kejang-kejang. Naas, nyawanya tidak tertolong. Keluarganya membawa hasil
lab dengan angka leukosit (menilai adanya infeksi bakteri) sampai 40rb, padahal
normalnya 6-10 ribu saja. Dan angka trombosit
hanya 38ribu. Kondisi dengue shock syndrome (DSS) disertai sepsis berat
dengan encephalopati dengue. Si anak juga mengalami perdarahan saluran cerna,
kemungkinan lain dari sebab kematiannya bisa jadi terdapat aspirasi. Allahu a’lam.
Yang menjadi poin dari kisah tersebut adalah, ketika si ibu
menangis ia mengatakan bahwa anaknya sudah membeli baju lebaran (padahal belum
mulai bulan puasa).
Ini menjadi tamparan dan pengingat keras untuk diri saya
sendiri. Bahwa benarlah angan kita itu sungguh panjang, padahal mungkin jatah
usia kita tidak sampai ke angan kita tersebut. Itulah salah satu alasan agar
kita menjadi orang yang “be present”. Hadir penuh di hari itu. Melakukan banyak
hal yang bermanfaat untuk bekal kita di yaumil akhir.
Banyak orang mempersiapkan diri untuk hal-hal yang belum
pasti akan dialaminya. Namun kita semua lupa untuk mempersiapkan diri untuk “the
day after” yang pasti akan terjadi.
Namun, untuk istiqomah pada dewasa ini memang tidak mudah. Lingkungan
yang tidak mendukung, banyaknya distraksi, dan paparan media sosial yang
membuat kita terus melihat keatas dalam urusan dunia. Untuk itu lah disebutkan
bahwa di akhir zaman nanti orang yang yang memegang sunnah itu seperti memegang
bara api. Terkena uap apinya saja sudah kepanasan, apalah jika baranya yang
harus dipegang?
“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang
teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi no.
2260. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Saya menulis bukan untuk menggurui, tentu saja saya pun masih
penuntut ilmu. Tulisan ini hanya sebagai pengingat untuks saya nantinya, ketika
mungkin suatu saat saya sedang futu.
Barakallahu fiikum.
Sumber
https://rumaysho.com/10479-mereka-yang-memegang-bara-api.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah mampir. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.