Minggu, 27 Maret 2022

 Allah Maha Baik


Ada orang yang menjadikan menulis sebagai terapi diri. 

Pentalur emosi dikala sedih, marah, galau menjadi bahan bakar utama timbulnya kosakata yang terpendam.


Ya, writing is a healer. Namun tidak mutlak. 

Pada beberapa orang justru ketika sedang berada di lonjakan emosi justru tiada satu kata pun mampu dituang dalam tulisan. 


Pernah nggak sih berfikir, terbuat dari apa sih hati ini?

Seperti apa bentuknya? Apakah hati yang di maksud adalah hepar/liver? Atau kah dia sebuah jantung? 


Dulu saya sering berfikir, dari mana datangnya suara hati ini? 

Kenapa kita sibuk berpikir tapi hati sekaligus sibuk berbicara? Keren sekali pembuatnya. 

Dan lebih hebatnya lagi, katanya hati bisa dibolak balik. Kadang menjadi sangat baik, kadang me jadi sangat jahat. Detik ini bersedih, selang beberapa waktu it heals itself. 


Pernah nggak bayangin kalo hati kita ini selalu inget apa yang terjadi padanya. Sedih yang berkepanjangan tanpa ada recovery, atau senang terus terusan, membenci suatu peristiwa terus-terusa. Dan itu berlangsung tanpa henti, tanpa sempat tarik napas untuk sejenak melupakan asa!

Maha Baik Allah yang menjadikan kita lupa. Sehingga kita bisa beristirahat sejenak dari perasaan kita. Walaupun pikiran itu mudah saja di recall.


Begitu juga hati yang penuh dengan hidayah. 

Mudah saja bagi Allah untuk membolak balikkannya.


Nampaknya diri ini sudah lupa bagaimana cara berempati. 


Tidak terasa apa-apa saat orang lain merasa sedih dan mata membrambang. 


Harga sebuah nyawa yang diperjuangkan.


Harga sebuah perasaan yang ingin dijaga. 



Ada yang berusaha keras memperjuangkan, sementara aku menanggapinya hanya sekedarnya. 



Tentang ambisiku. Menginginkannya.


Lalu terpatahkan lantara idealisme yang dia pegang. 


Aku tak tahu.


Kali ini aku hanya ingin mengembalikan sepenuhnya pada pemilik hatiku. 


Yang serius pasti akan bertahan.


Yang tujuannya lillah pasti akan terus memperjuangkan. 


Nampaknya diri ini sudah lupa bagaimana cara berempati. 

Tidak terasa apa-apa saat orang lain merasa sedih dan mata membrambang. 

Harga sebuah nyawa yang diperjuangkan.

Harga sebuah perasaan yang ingin dijaga. 


Ada yang berusaha keras memperjuangkan, sementara aku menanggapinya hanya sekedarnya. 


Tentang ambisiku. Menginginkannya.

Lalu terpatahkan lantara idealisme yang dia pegang. 

Aku tak tahu.

Kali ini aku hanya ingin mengembalikan sepenuhnya pada pemilik hatiku. 

Yang serius pasti akan bertahan.

Yang tujuannya lillah pasti akan terus memperjuangkan. 



Semoga Allah senantiasa memberikan kita hidayah sehingga kita bisa terus istiqomah di jalanNya. Aamiin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah mampir. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.

Tips Membuat Infografis dengan Canva

Hallo teman-teman… Apa kabarnya nih? Semoga sehat selalu ya… nah, teman-teman di sini adakah yang suka mendesain? Jaman now , desain itu tid...