Kamis, 31 Maret 2022

Just Don't Judge Someone

Bismillah


Kita tanpa sadar sering menghakimi orang lain. Melihat seorang bapak-bapak menembus jalan 45 kilometer demi sekantong darah, lalu kita ngejudge : kasihan yaa.... 

Padahal mungkin beliau tidak ingin sikasihani. 

Kan pekerjaannya halal. Hanya berisiko. 


Adalah bapak Dzarqoni. Usianya mungkin baru sekitar setengah abad, tapi perawakannya tampak lebih tua dari usianya. Rambutnya memutih, mukanya tanpak lelah, badan kurus, tapi wajahnya menampakkan keikhlasan. Beliau adalah orang yang bertugas mengambil darah untuk rumah sakit dan klinik di Moga ke kota kabupaten di sekitarnya. Tak cuma sekali beliau menempuh jarak 45 kilometer bahkan lebih (jika stok darah d kabupaten tidak ada, beliau akan mencarikan darah ke kota sebelah yang jaraknya ditambah sekitar 30an kilometer). Tanpa kita sadar mungkin beliau ini lah perpanjangan tangan Allah dalam menolong pasien yang sesungguhnya. Pasien-pasien yang membutuhkan darah untuk menyambung hidup agar bisa terus bekerja di bumi Allah, menyerahkan pengambilan bantuan darah kepada pak Dzarqoni ini.


Malam itu, pukul 10.00 malam, aku baru pertama kali tahu kalau beliau lah kurir darah itu. Membayangkannya pria setengah abad itu menembus jalanan gelap di tengah belantara hutan jati, sendirian dengan motornya. Melawan hawa dingin, demi pekerjaan yang sangat mulia. MasyaAllah. Aku membayangkan beliau adalah ayahandaku. Rasanya hati ini menangis. Meskipun aku tahu beliau tidak ingin dikasihani. Aku yang merasakan sendiri perjalanan 45 kilometer tiap seminggu sekali merasakan betapa jalanan adalah hal yang tidak aman. Sungguh kita berasa sangat dekat dengan kematian saat sedang di jalan. 


Pekerjaan apapun itu, memang yang dicari berkahnya. Lalu aku berkaca pada diri sendiri. Betapa Allah sangat baik padaku. Allah tahu, jika aku menjadi profesi seperti pak Dzarqoni tidak lah sanggup, atau menjadi seorang perawat pun nampaknya tidak sanggup. Betapa Allah memberikan semua hal yang sangat fit buat kita. Tidak akan dibebankan sesuatu yang melebihi kapasitasnya. Sementara aku masih kerap kali mengeluh. Kurang ini, kurang itu. Begitu terus. Padahal banyak hal yang harus di syukuri. 


Barakallah pak Dzarqoni, semoga Allah senantiasa memberkahi pekerjaanmu, menjaga perjalananmu. Terimakasih telah menberikan pemaknaan padaku malam ini. Semoga kita menjadi sebaik baik hamba di dunia ini.


Barakallahu fiikum

Rabu, 30 Maret 2022

Khairan, InsyaAllah

Kebanyakan dari kita melupakan bahwa ada Dzat yang menggenggam takdir kita. Ia menggenggam dengan tangan-Nya yang bahkan mentakwilnya pun tidak diperbolehkan. 


Kita terkadang sadar, kita berdoa memohon yang terbaik menurut Allah. Tapi dalam kenyataan yang berjalan, terkadang standar baik menurut Allah tidak sampai pada pemahaman kita. 


Saya punya cerita, tentang seorang guru saya sewaktu sekolah profesi. 

Beliau orang yang Alim insyaAllah. Tawadhu, cerdas, dan saya sungguh mengaguminya. 

Suatu ketika beliau cerita tentang perjalanan beliau menjadi dokter spesialis. Saya lupa cerita jelasnya bagaimana, mohon maaf jika ada salah ingatan, karena kejadiannya sudah berlangsung kurang lebih 4 tahun yang lalu.


Beliau bercerita bahwa dulu saat beliau masih menjadi dokter umum di suatu daerah di Wonogiri, beliau tinggal bersama istri dan anaknya. Penghasilannya waktu itu sangat pas pasan. Beliau bahkan rela bekerja 24/7 shift demi membawa pulang 350ribu rupiah di jamannya. Bukan uang yang besar mengingat kejadian itu masih berlangsung di awal abad 20an.


Apa beliau mengeluh?

Apa istrinya mengeluh?


Tentu tidak. 


Beliau mengajarkan saya suatu doa yang sangat indah, yang sampai saat ini masih saya amalkan. Semoga menjadi jariyah untuk beliau. 


Doa ini diambil dari QS Al mu'minun: 29. 


رَّبِّ أَنزِلْنِى مُنزَلًا مُّبَارَكًا وَأَنتَ خَيْرُ ٱلْمُنزِلِينَ 


“Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi, dan Engkau adalah sebaik-baik pemberi tempat.”


"Kamu tahu dek, saat saya ingin mengeluh, saya ingat doa ini. Doa ini selalu saya baca setiap selesai sholat. Jika saya merasa lelah yang saya ingat saya sudah meminta pada Allah untuk memberikan saya tempat uang diberkahi. Maka apapun yang terjadi pada saya saat ini, penghasilan saya, pekerjaan saya, tempat tinggal saya, adalah tempat-tempat yang Allah berkahi."


MasyaAllah tabarakallah.


Air mata selalu membumbung setiap kali saya mengingat cerita beliau. Merasa diri sama sekali tidak ada apa-apanya dalam beramal. Lebih banyak mengeluhkan apa yang belum dimiliki alih alih bersyukur pada apa yang sudah dimiliki. 


FYI, beliau ini juga orang yang selalu istiqomah menyelesaikan satu hari satu juz. Suatu ketika beliau sedang menyetir dan mendekati maghrib. Baliau teringat di tengah sibuknya beliau hari itu, beliau menganaktirikan membaca kalam Allah. Segera beliau tepi kan mobilnya dan membaca Alquran di menit itu juga. 


MasyaAllah masyaAllah. 


Untuk beliau yang tidak ingin saya sebutkan namanya, semoga Allah menjaga amalan beliau dari riya, menerima amalan-amalannya. Dan setiap doa amalan harian beliau yang menjadi inspirasi saya semoga menjadi amal jariyah untuk beliau.

Selasa, 29 Maret 2022

Konsep Rezeki

Sore tadi saya dan suami iseng jalan kaki ke Indomaret untuk membeli mie instan. Di tengah jalan ada kang bakso yang lagi ngejualin bakso kelilingnya. Dari aromanya memang tidak sesedap itu, tapi suami tetiba ngajak jajan bakso.

“Kalau pulang dari Indomaret kang baksonya masih ada, berarti masih rezeki kita dan rezeki kang bakso, ya!”

Aku hanya mengiyakan.

Di Indomaret kami berbelanja cukup lama, karena banyak barang yang diskon dan memang sedang butuh (FYI tadi aku beli lada bubuk merek Koepoe yang biasanya 37 ribuan, tadi hanya 21 ribu dapat dua! Alias 11 reboan. Yey!). setelah dari IRT memang sereceh itu bahagianya. Yang biasa apa-apa ada di rumah, setelah berumah tangga segalanya harus diatur sendiri, menggunakan uang sendiri.

Back to topic.

Akhirnya setelah selesai berbelanja, kami pun pulang. Kang baksonya sudah tidak ada di tempat semula. Dia sudah sampai di Cluster tempat tinggal kami.

“Di panggil aja, Beb, kalau kamu emang mau beli bakso,”

“Enggak, ah. Sesuai dengan komitmen awal, kalo masih ketemu lagi baru beli,” jawabnya tenang, “tenang saja, semua rezeki kita itu sudah dicatat di Lauhul Mahfudz. Tidak akan tertukar. Jika masih rejeki pasti ketemu”

Dan benar saja, kang bakso itu justru berhenti di depan perumahan kami.

Satu hal yang aku jadi teringat yaitu tentang konsep rezeki. Rezeki kita sungguh tidak akan pernah tertukar pada siapa pun. Maka benarlah apa yang dikatakan Umar bin Khattab:

"Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku. ( Umar bin Khattab radhiyallahu anhu)

Sepatutnya kita meniru beliau. Oh, kita kadang memang paham, tapi dalam pelaksanaannya terkadang kita masih saja menngkhawatirkan rejeki kita. Takut diambil orang lain lah, takut rejeki dipatok ayam lah. Bisa jadi memang rejekinya seolah diambil orang lain oleh karena kita sendiri tidak mengambil sebab dalam memperoleh rejeki.

To the point, dalam masalah rejeki ini, jika kita mengetahui konsepnya sebagaimana yang dituturkan oleh Umar bin Khattab radiyallahu anhu, maka hati kita tidak lagi merasa was-was. Ketika satu pintu rejeki tertutup, maka percayalah ada pintu rejeki yang lain yang akan terbuka untuk kita, selama kita tidak menyerah dalam mengambil sebab dan merasa legowo dengan hal yang bukan menjadi rejeki kita.

Senin, 28 Maret 2022

pengingat

Bulan Ramadhan tinggal menghitung hari, semoga kita semua disampaikan pada bulan yang mulia ini.

Angan-angan manusia itu panjang, namun mungkin saja usianya tidak sepanjang angannya. Kemarin saya diingatkan kembali untuk lebih mawas diri terhadap kematian. Bukan kah kematian itu sebaik-baik pengingat?  Saat saya sedang jaga hari Ahad pagi, ada seorang ibu histeris membawa anaknya yang berdarah-darah. Si anak datang dengan keadaan lethargis (kalau dalam bahasa awamnya “keple”), sesampainya di IGD si anak kejang-kejang. Naas, nyawanya tidak tertolong. Keluarganya membawa hasil lab dengan angka leukosit (menilai adanya infeksi bakteri) sampai 40rb, padahal normalnya 6-10 ribu saja. Dan angka trombosit  hanya 38ribu. Kondisi dengue shock syndrome (DSS) disertai sepsis berat dengan encephalopati dengue. Si anak juga mengalami perdarahan saluran cerna, kemungkinan lain dari sebab kematiannya bisa jadi terdapat aspirasi. Allahu a’lam.

Yang menjadi poin dari kisah tersebut adalah, ketika si ibu menangis ia mengatakan bahwa anaknya sudah membeli baju lebaran (padahal belum mulai bulan puasa).

Ini menjadi tamparan dan pengingat keras untuk diri saya sendiri. Bahwa benarlah angan kita itu sungguh panjang, padahal mungkin jatah usia kita tidak sampai ke angan kita tersebut. Itulah salah satu alasan agar kita menjadi orang yang “be present”. Hadir penuh di hari itu. Melakukan banyak hal yang bermanfaat untuk bekal kita di yaumil akhir.

Banyak orang mempersiapkan diri untuk hal-hal yang belum pasti akan dialaminya. Namun kita semua lupa untuk mempersiapkan diri untuk “the day after” yang pasti akan terjadi.

Namun, untuk istiqomah pada dewasa ini memang tidak mudah. Lingkungan yang tidak mendukung, banyaknya distraksi, dan paparan media sosial yang membuat kita terus melihat keatas dalam urusan dunia. Untuk itu lah disebutkan bahwa di akhir zaman nanti orang yang yang memegang sunnah itu seperti memegang bara api. Terkena uap apinya saja sudah kepanasan, apalah jika baranya yang harus dipegang?

“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi no. 2260. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Saya menulis bukan untuk menggurui, tentu saja saya pun masih penuntut ilmu. Tulisan ini hanya sebagai pengingat untuks saya nantinya, ketika mungkin suatu saat saya sedang futu.

Barakallahu fiikum.

Sumber https://rumaysho.com/10479-mereka-yang-memegang-bara-api.html

Minggu, 27 Maret 2022

 Allah Maha Baik


Ada orang yang menjadikan menulis sebagai terapi diri. 

Pentalur emosi dikala sedih, marah, galau menjadi bahan bakar utama timbulnya kosakata yang terpendam.


Ya, writing is a healer. Namun tidak mutlak. 

Pada beberapa orang justru ketika sedang berada di lonjakan emosi justru tiada satu kata pun mampu dituang dalam tulisan. 


Pernah nggak sih berfikir, terbuat dari apa sih hati ini?

Seperti apa bentuknya? Apakah hati yang di maksud adalah hepar/liver? Atau kah dia sebuah jantung? 


Dulu saya sering berfikir, dari mana datangnya suara hati ini? 

Kenapa kita sibuk berpikir tapi hati sekaligus sibuk berbicara? Keren sekali pembuatnya. 

Dan lebih hebatnya lagi, katanya hati bisa dibolak balik. Kadang menjadi sangat baik, kadang me jadi sangat jahat. Detik ini bersedih, selang beberapa waktu it heals itself. 


Pernah nggak bayangin kalo hati kita ini selalu inget apa yang terjadi padanya. Sedih yang berkepanjangan tanpa ada recovery, atau senang terus terusan, membenci suatu peristiwa terus-terusa. Dan itu berlangsung tanpa henti, tanpa sempat tarik napas untuk sejenak melupakan asa!

Maha Baik Allah yang menjadikan kita lupa. Sehingga kita bisa beristirahat sejenak dari perasaan kita. Walaupun pikiran itu mudah saja di recall.


Begitu juga hati yang penuh dengan hidayah. 

Mudah saja bagi Allah untuk membolak balikkannya.


Nampaknya diri ini sudah lupa bagaimana cara berempati. 


Tidak terasa apa-apa saat orang lain merasa sedih dan mata membrambang. 


Harga sebuah nyawa yang diperjuangkan.


Harga sebuah perasaan yang ingin dijaga. 



Ada yang berusaha keras memperjuangkan, sementara aku menanggapinya hanya sekedarnya. 



Tentang ambisiku. Menginginkannya.


Lalu terpatahkan lantara idealisme yang dia pegang. 


Aku tak tahu.


Kali ini aku hanya ingin mengembalikan sepenuhnya pada pemilik hatiku. 


Yang serius pasti akan bertahan.


Yang tujuannya lillah pasti akan terus memperjuangkan. 


Nampaknya diri ini sudah lupa bagaimana cara berempati. 

Tidak terasa apa-apa saat orang lain merasa sedih dan mata membrambang. 

Harga sebuah nyawa yang diperjuangkan.

Harga sebuah perasaan yang ingin dijaga. 


Ada yang berusaha keras memperjuangkan, sementara aku menanggapinya hanya sekedarnya. 


Tentang ambisiku. Menginginkannya.

Lalu terpatahkan lantara idealisme yang dia pegang. 

Aku tak tahu.

Kali ini aku hanya ingin mengembalikan sepenuhnya pada pemilik hatiku. 

Yang serius pasti akan bertahan.

Yang tujuannya lillah pasti akan terus memperjuangkan. 



Semoga Allah senantiasa memberikan kita hidayah sehingga kita bisa terus istiqomah di jalanNya. Aamiin.


Sabtu, 26 Maret 2022

Review Film: Miracle in Cell No 7

Film yang dirilis tahun 2013 garapan sutradara Lee Hwan-kyung ini based on true story. Film ini bercerita tentang seorang ayah dengan keterbelakangan mental yang terpaksa harus berpisah dengan putrinya yang berusia 6 tahun lantaran tuduhan penculikan, kekerasan seksual dan pembunuhan.

Ye Sung, si anak berusia 6 tahun ini adalah anak yang sangat cerdas. Kisahnya bermula saat Ye Sung ingin memiliki tas sekolah pertamanya yang bermotif sailormoon, namun ayahnya belum memiliki cukup uang. Sayangnya tas sailormoon yang terpajang di toko telah dibeli oleh anak kmisaris polisi.

Di hari berikutnya, si anak komisaris ini menemui Lee Yong Goo dan mengatakan kalua ada toko yang menjual tas sailormoon juga. Lee Yong Go kemudian mengikuti si anak komisaris menuju toko itu. Nah saat melewati pasar, saat itu suhu udara sangat dingin. Banyak genangan air yang berubah menajdi es. Si anak komisaris tersebut terpeleset dan kepalanya terbentur aspal hingga meninggal. Lee Yong Goo yang pernah mendapatkan pelatihan BLS (Basic lLife Support) kemudian membantu untuk mengembalikan nyawa anak komisaris. Namun naas, ketika Yong Goo sedang menolong, ada orang lain lewat dan melihat Yong Goo melepas celana anak gadis itu, dan menganggapnya melakukan pelecehan seksual.

Yong Goo yang memang cacat mental, dia tidak bisa mengungkapkan pendapatnya, bahkan saat reka adegan polisi memberikan penekanan-penekanan agar seolah memang Yong Goo lah bersalah.

Alhasil Yong Goo kemudian dipenjara di sel no.7. dia banyak melakukan kebaikan saat dipenjara. Dia bahkan pernah menyelamatkan ketua gangster yang tinggal sekamar dengannya, dan juga kepala penjara. Orang-orang bahkan bingung, apa benar orang seperti Yong Goo melakukan kejahatan tersebut. Teman-teman di sel no.7 kemudian membantu Yong Goo bertemu dengan putrinya, Ye Sung. Yaitu dengan menyelundupkan Yee Sung ke sel. Sejak saat itu lah hari-hari mereka di sel berubah. Bahkan kepala penjara di scene berikutnya justru mengijinkan Ye Sung untuk dating ke penjara.

Klimaks dari film ini adalah ketika di persidangan Yong Goo yang terakhir. Ia sudah mempersiapkan jawaban-jawaban yang menyangkal bahwa dia adalah pelakunya, namun di hari H, kepala komisaris datang menemui Yong Goo dan mengancap akan melakukan hal yang sama pada Ye Sung jika Yong Goo tidak menerima hukuman mati.

Yong Goo pun akhirnya mengakui bahwa dia lah pelakunya. Dia kemudian dijatuhi hukuman mati pada tanggal 23 Desember tahun itu. Momen perpisahan Yong Goo dan Ye Sung benar-benar menyedihkan.

Film bertema family yang cukup menguras air mata, menurut saya. Saya sendiri adalah tipikal orang yang tidak suka sad ending. Meskipun film ini berakhir dengan pembersihan nama Lee Yong Goo (dari status pelaku menjadi tidak bersalah) namun si tokoh utama Lee Yong Goo udah kadung dijatuhi hukuman mati. Sedangkan kepala komisaris polisi tidak ditampakkan di persidangan terakhir. Seharusnya ada scene di mana komisaris tersebut dan keluarganya meminta maaf pada Yong Goo dan Ye Sul karena telah menjatuhi hukuman mati pada orang yang tidak bersalah. Hanya karena mencari kambing hitam atas meninggalnya anaknya. Seharusnya mereka juga berterimakasih karena Yong Goo sudah berusaha menyelamatkan putrinya.

Menurut saya kisah seperti ini bisa terjadi di belahan bumi manapun. Orang yang berkuasa seringkali bertindak semena-mena pada yang lemah, apalagi dalam kasus ini adalah apparat polisi, yang mana seharusnya mereka abdi negara yang mengayomi rakyatnya, bukan malah semena-mena pada jabatan yang dimilikinya. Meskipun hanya oknum (saya yakin di dunia ini masih banyak apparat polisi yang jujur dan membela kepentingan Bersama), namun jelas sekali bahwa kadang ego manusia saat kehilangan itu lah yang membuatnya tidak bisa berfikir, tidak bisa menerapkan praduga tidak bersalah, tidak bisa berhusnudzon dan mencoba mencari kebenaran, bukan pembenaran atas egonya.

Menurut saya film ini cukup merepresentasikan bagaimana hal ini sudah dianggap wajar. Privilege, katanya. Ketika kita memiliki kuasa, memiliki channel, maka hal itu lah yang akan meluluskan apapun rencana dan kehendak kita. Sungguh, sangat disayangkan ending film ini kurang panjang. Istilahnya antiklimaks lah. Setelah emosi penonton dibuat meletup karena perpisahan Ye Sung dan Yong Goo, menit berikutnya hanya beberapa penggalan argumen dipersidangan dan kemudian hakim memutuskan Yong Goo tidak bersalah. Udah gitu aja? Trus yang udah bikin tuduhan dan membuat nyawa orang tak bersalah kemana?

Haha… saya sendiri jadi emosional melihat endingnya yang seperti itu. Tapi film ini tetap worth to watch kok. Ratingnya aja tinggi. So, daripada hanya membaca sinopsis, tonton sendiri dan berikan komentar, ya!

Jumat, 25 Maret 2022

Procrastinating

Menunda pekerjaan atau prokastinasi sering dilakukan oleh banyak orang. Piers Still, Penulis The Procrastination Exponantion, mengatakan jika kamu merasa suka prokrastinasi /menunda-nunda, mungkin kamu termasuk dalam 95% orang di dunia yang mengaku pernah menunda mengerjakan tugas atau pekerjaan mereka.

Bagi ibu rumah tangga, saat bangun tidur di pagi hari pikirannya langsung terbagi-bagi oleh banyaknya perkerjaan yang harus dilakukan di hari itu: menyiapkan sarapan, mencuci baju, menyetrika, dan lainnya. Namun, alih-alih mulai mengerjakannya terkadang mereka justru mengerjakan pekerjaan lain yang kurang esensial, seperti rebahan sembari scrolling media sosial, misalnya. Awalnya mungkin hanya lima menit, kemudian waktu terus bergulir dan tanpa terasa berjam-jam dilewati tanpa produktivitas. Kemudian ibu baru menyadari bahwa cucian piring di rumah ternyata sudah beranak pinak memenuhi tempat cuci piring.

Rasanya hampir setiap orang mungkin pernah menjadi prokrastinator. Prokrastinasi diartikan sebagai kecenderungan menunda pekerjaan penting yang seharusnya diselesaikan dalam jangka waktu tertentu dan menggantinya dengan pekerjaan yang tidak produktif.

Sebuah studi psikologi menyebutkan bahwa prokastinasi berhubungan dengan low self esteem (pikiran, perasaan dan pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri), self control dan self confidence.

Prokrastinator sebenarnya sedang menipu diri sendiri, mereka menganggap bahwa bekerja di bawah tekanan waktu justru lebih optimal, atau beranggapan masih memiliki banyak waktu. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa prokrastinator memiliki stress level lebih rendah dari pada yang bukan prokrastinator, hal ini didasarkan pada lamanya waktu terpapar stress yang dialami prokrastinator lebih sedikit dibanding yang bukan. Namun, kinerja yang dihasilkan cenderung lebih buruk. Prokastinasi kronis dapat berefek buruk pada seseorang.

 Ada berbagai macam penyebab seseorang menunda pekerjaan, diantaranya:

1.      Kurang memprioritaskan pekerjaan karena deadline masih lama.

2.      Merasa tidak memiliki kemampuan atau merasa kesulitan menyelesaikan tugas tersebut atau tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan pekerjaannya karena kurangnya arahan.

3.      Kecenderungan untuk hanya melakukan kegiatan yang menyenangkan saja untuk menghindari perasaan negatif yang timbul.

Bagaimana jika ibu rumah tangga yang sering menunda pekerjaan?

Bisa dibayangkan, bahwa pekerjaan domestik rumah tangga tidak ada habisnya. Rasanya 24 jam waktu yang tersedia mungkin saja masih kurang. Menunda pekerjaan tidaklah menyelesaikan masalah. , hanya menyingkirkan sejenak sampai akhirnya sadar Kembali bahwa pekerjaan justru bertambah banyak.

Lalu, apakah prokrastinasi ini dilakukan oleh orang-orang malas? Tidak selalu

Bagi sebagian orang mereka sadar mereka sedang menunda pekerjaan, namun bagi Sebagian yang lain mungkin tidak. Tidak semua orang yang menunda pekerjaan disebut sebagai prokrastinator, menurut Joseph Ferrari, seorang professor psikologi di DePaul University. Seorang prokrastinator sejati mereka tidak memiliki prioritas. Mereka terlalu lama memikirkan bagimana mengerjakan tugas, sedangkan rasa malas lebih merujuk pada sikap apatis, tidak aktif, dan enggan melakukan tindakan atas pekerjaan dan kewajibannya.

Prokrastinator hanya akan melakukan pekerjaan yang menurut mereka menyenangkan, namun itu hanya kesenangan sementara. Saat ia Kembali, ia baru menyadari bahwa ada banyak tugas yang belum selesai. Kebanyakan berdalih the power of kepepet akan memberikan tambahan energi dalam mengerjakannya.

Dampak menunda pekerjaan:

1.      Pekerjaan akan menumpuk karena tidak dikerjakan sesuai dengan waktu semestinya sehingga memicu stress.

2.      Produktivias berkurang

3.      Pekerjaan lain ikut tertunda

4.      Kehilangan waktu dan kesempatan

5.      Menurunkan rasa percaya diri

Beberapa cara yang bisa ibu lakukan:

1.      Memaafkan diri sendiri karena telah menunda pekerjaan.

2.      Kenali penyebab kita melakukan prokrastinasi

3.      Buat prioritas.

4.      Memiliki komitmen.  

5.      Jauhkan distraksi atau kegiatan yang lebih menarik dan menyenangkan.

6.      Kerjakan dulu, nikmati prosesnya.

7.      Berikan penghargaan untuk diri sendiri.

Nah itu lah beberapa cara mengatasi kebiasaan menunda pekerjaan. Semoga bermanfaat, ya!

 

  1. Ferrari, J. R., Johnson, J. L., & McCown, W. G. (1995). Procrastination and task avoidance: Theory, research, and treatment. New York: Plenum.
  2. Tice, D. M., & Baumeister, R. F. (1997). Longitudinal study of procrastination, performance, stress, and health: The costs and benefits of dawdling. Psychological Science, 8, 454-458.

Kamis, 24 Maret 2022

Riyadush shalihin

 Sadidu (maksimalkan), wa qaribu (dekati kesempurnaan), wa'malu (ya ttp beramal meskipun tidak bisa dilakukan semua) wa khoyru (pilih apa yg diprioritaskan)


Prioritas:
1. Berbakti pada orangtua.
2. Prioritaskan amalan2 wajib. Tidak ada amalan yg dikerjakan hambaKu, yg paling Aku cintai dari yang aku wajibkan.
Amal wajib dlu baru yg lain.
Prioritaskan amalan hati sblm amalan zahir.
Amalan hati pahalanya lebih besar dr zahir tanpa bermaksud meremehkan amalan zahir karena ttp akan dikerjakan.
Puasa moment menjaga hati. Karakter puasa mengondisikan hati kita utk ikhlas.
Ikhlas itu amalan tersusah

3. Amalan dzahir yg wajib. Sholat dijaga. Sholat posisinya di atas puasa.
At Taubah 54
Dan tidak ada yg mencegah diterimanya nafkah2 mereka kecuali karena mereka kufur pd Allah dan Rasulnya. Tidaklah mereka mengerjakan sholat kecuali dlm keadaan malas.
Nah lhooo... ini masi sholat looh tp males. Ini berpotensi amal tidak diterima
Mrk tidak berinfak kecuali dlm keadaan sebal/terpaksa.
Siapa yg sibuk mengerjakan sunnah tanpa mengerjakan yg wajib maka dia telah tertipu.

4. Tinghalkan yg haram
No ghibah, no bohong.
Cara terbaik utk tdk maksiat: aku sedang puasa, aku sedang puasa. Tujuannya utk menetralisir emosi. Inni shoim itu juga ditujukan ke diri sendiri agar tidak terprovokasi. Jd cara menanggulanginya adalah dg beribadah pada Allah. Dan berpuasa adalah ibadah pada Allah.

5. Amalan spesialis ramadhan
A. Perbanyak dzikir
Org yg paling baik d puasa ramadhan adl yg paling banyak dzikie
Smw bisa. Cm mau apa gak?
Gadget istirahatin dlu!
Yg org sering lupa adalah ketika sahur, lupa beriftighfar. Qs adz dzariyat 18

Be your best version ini this ramadhan!

Dzikr terbaik dg resapi dg hati, dan diamalkan.
B. Membaca Al Quran.
Imam az zuhri: ramadhan itu iconnya membaca Al quran dan memberi makan pada sesama
Imam malik saat d rumah kerjaannya baca Quran dg mushaf nya.
Jika sibuk minimal baca 100 ayat di malam hari.
Sholat tarawih bersama imam.
Latih diri untuk tarawih lebih panjang dr biasanya.
Said bin yazid pernah mengatakan

C. Infaq dan sedekah dan memberikan makan pada org yg berbuka.
Nabi itu org yg paling dermawan. Dan puncaknya di bulan ramadhan.
Org beriman tdk menunggu kaya untuk berinfaq.
Ali imran 134
Org yg bertaqwa ketika senang dan susah

Ada
Doa org puasa sampe buka. Waktu terbaiknya adalah menjelang buka. 

Rabu, 23 Maret 2022

Kau sedang berlomba dengan siapa?

 Akhir-akhir ini di dunia ilustrasi sedang ramai orang menjadi microstocker. Microstocker diartikan sebagai seseorang menjual gambarnya baik itu berupa raster maupun vektor di microstock. Tidak Cuma gambar, bahkan foto pun bisa dijual di sana. Orang-orang berlomba-lomba membuat portofolio gambarnya lewat mikrostok ini. Alasannya simple, untuk mendapat penghasilan, syukur-syukur berupa passive income yang sifatnya longlast. Berakit-rakit kehulu, kipasan duit kemudian.

Namun, saking banyaknya, terkadang keadaan seperti itu menjadi sebuah toksik untuk beberapa orang. Aku mungkin termasuk salah satu yang terkena toksik tersebut. Emangnya toksik gimana?

Yang tadinya aku sendiri memiliki my path, my destiny In this illustration world, tanpa sadar aku numpang jalan di rel kereta orang lain. Semua jadi terlhat bias. Salah-salah bisa menimbulkan iri dengki alih-alih meningkatkan kapasitas diri. Dengan memposting hasil earning yang yang didapat, banyaknya elemen yang telah terupload, Sebagian orang mungkin ada yang jadi semakin semangat untuk menggambar, namun Sebagian yang lain mungkin justru sebaliknya. Tidak menikmati prosesnya sendiri, dan merasa tertatih mengejar ketertinggalannya.

Aku pernah membaca status salah seorang ustadzah kurang lebih intinya begini: memang, dengan membagikan nikmat kita kepada orang lain ada kecenderungan membuat orang lain yang sakit hatinya semakin merasa hasad. Namun, sejatinya kita sendiri pun ketika melihat orang lain mendapat nikmat, seharusnya kita melatih hati kita untuk tidak hasad.

That’s it!

Kalua dilihat dari kacamata yang berbeda ternyata, hal tersebut justru menuai perspektif yang lain bukan?

Sering-seringlah melatih diri untuk berpikir positif terhadap orang lain. Engkau tidak tau bagaimana di balik perjuangannya hingga sampai ke titik itu, makan jika engkau tidak ingin berempati terhadapnya, setidaknya berempatilah terhadap dirimu sendiri. Dengan berpikir positif, kau bisa menganggap kejadian itu justru sebagai ajang Latihan dirimu untuk tidak hasad terhadap orang lain. Coba bayangkan, berapa kali dalam sehari engkau bisa berlatih? Tentu banyak bukan?

Selain itu, aku rasa kita juga perlu memiliki lingkungan yang positif. Berteman lah dengan orang-orang yang pertengahan. Ia tidak melulu memamerkan apa yang sudah dicapai, namun hasil karyanya lah yang berbicara. Timbang mengomparasikan diri dengan orang lain, lebih baik mengomparasikan diri yang sekarang dengan diri yang dahulu. Selamat mencoba!

Selasa, 22 Maret 2022

Yang Lebih Berharga dari Harta

 Harta yang paling berharga adalah keluarga, istana yang paling indah adalah keluarga.

Begitulah cuplikan lirik lagu dari film keluarga cemara.

Kadang, kita tidak menyadari bahwa kita memiliki harta yang berharga, yang lebih berharga dibandingkan uang, emas, properti dan sebagainya. Adalah keluarga, yang dengan alasannya pula lah kita membanting tulang mengais rejeki. Kita kadang tidak menyadari keluarga adalah hal yang paling berharga yang Allah berikan, sampai kenikmatan itu dicabut oleh Allah.

Baru semalam aku berencana akan mengirimkan kurma untuk mbah menjelang bulan puasa. Hari ini, 22 Maret 2022, tanggal yang cantik. Salah satu pintu surga terbaik telah ditutup oleh Allah ta’ala. Nenekku tutup usia dalam keadaan tenang tanpa sakit. Allahummaghfirlaha warhamha wa’afiha wa’fuanha. Semoga Allah mengampuni dosanya, melapangkan kuburnya, menerima amalannya.

Mbah Rohmah, begitu aku memanggilnya. Sosok yang sudah renta, yang sangat sabra menghadapi hidup. Beliau adalah kesayangan ibuku, pelita ibuku. Beliau lah yang membuat ibuku sering bersimpuh lama di sepertga malam terakhir. Betapa berharganya beliau rahimahallah bagi ibuku.

Aku pun ingat setiap kebaikan mbahku. Selalu mendahulukan cucunya, bersabar dengan sikap cucunya, selalu mendoakan cucunya. Semoga Allah menyayangimu setelah meninggalmu di dunia, Mbah.

Dulu, saat ekonomi keluargaku masih belum bagus, aku teringat cerita ibuku tentang Mbahku. Saat ibu akan masuk ke universitas, mbahku yang tidak memiliki biaya untuk kuliah tak pernah Lelah mendoakan ibuku, sampai beliau bermimpi bertemu seseorang berjubah dan mengatakan bahwa anaknya akan kuliah. Yang aku tangkap adalah doa-doa beliau makbul. Meskipun beliau lemah, namun saat beliau umrah, beliau lah yang paling semangat mengalahkan jamah yang masih muda. masyaAllah ta barakallah. Sungguh benarlah kematian yang akan membuat kita mengingat seperti apakah kematian kita sendiri.

Engkau mungkin tidak sehebat nenek-nenek di luar sana, tapi bagiku kau nenek yang sangat sabar dan penyayang. Kau nenek yang memberikan banyak pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga. Aku akan merindukan kue semprong yang kau buat. Aku akan merindukan celotehan tak jelas yang sering kau ucapkan, aku akan merindukan semangat beribadahmu.

Terimakasih, Mbah, untuk segenap cinta yang mbah Rohmah berikan semenjak aku masih kecil. Terimakasih untuk menyayangi ibuku tanpa batas, mendoakan setiap kebaikan untuk ibuku. Terimakasih untuk segalanya. Aku menyayangimu karena Allah. Semoga engkau meninggal dalam keadaan husnul khotimah, dan dalam keadaan Allah ridho padamu.

 

Senin, 21 Maret 2022

Ibu dan kenangan tentangmu (part 1)

Orang bilang, kita akan merasakan rindu saat raga terpisah. Mereka bilang rindu itu memiliki rupa yang memudar karena lama tak bersua. Ia juga memiliki rasa, memiliki irama. Bilangan rindu pun tak terhitung oleh banyak perkara.

 

Namun bagiku, rindu tidak hanya sebatas raga yang terpisah. Ia tetap hadir meski kita berada pada satu dimensi waktu dan tempat. Rindu tak hanya sebatas yang didefinisikan. Bagiku, rindu memiliki wajah. Ia teduh menentramkan, membuat siapa saja mau berlama-lama dengannya. Bagiku, rindu pun memiliki bau. Bau yang kurindukan adalah semerbak parfum bunga bawar yang mengisi sudut-sudut rumahku. Mawar yang lembut. Bagiku, rindu itu adalah pemilik rasa hangat. Ia lah ibuku, objek kerinduanku.

 

Aku tak menyangka, aku akan merasakan sedemikian rindu pada ibuku. Aku bahkan tak berpisah raga dengannya. Ia ada disisiku, namun aku merindukannya. Ia membersamaiku, namun jiwanya tidak berada di sini. Ada sesuatu di otak ibu yang membuat ibu melupakan banyak hal, ibu tidak bisa mengatakan apa yang ingin ia katakan. Ibu sering berbicara tidak jelas. raut wajahnya tidak lagi menyimbolkan ketentraman, tidak ada senyum menyungging di pipinya, atau pun gurauan khas ibuku. Aku bahkan tidak pernah lagi menghirup semerbak aroma bunga mawar yang biasa ibu semprotkan di bajunya.

 

Dokter bilang ibu mengalami afasia, sebuah gejala kehilangan kata-kata. Ada banyak jenisnya, yang sedang dialami ibu adalah afasia wernick. ibu banyak bicara, dan sering mengeluarkan kata-kata baru, namun ibu tidaklah paham apa yang ia ucapkan. Dokter bilang karena ada suatu pendesakan di otaknya yang berakibat rusaknya saraf-saraf memori. Ibuku melupakan banyak perbendaharaan bahasa yang selama 49 tahun ia tabung. Ia bahkan melupakan nama anak-anaknya. Tidak ada yang lebih menyedihkan di dunia ini bagiku selain dilupakan oleh ibu sendiri. Tentu saja ibu tidak sengaja melakukannya. Beruntungnya kami menemukan dokter yang paham permasalahan ibu dan mudah diajak diskusi.

 

Aku tak pernah menyangka hal itu terjadi pada ibuku. Dan kejadian ini sangatlah cepat. Baru sebulan yang lalu ibu mengeluhkan sakit kepala, sakit kepala yang tiada menghilang walau pun dengan obat anti nyeri. Dokter bilang, mungkin ini adalah sebuah tifus, karena saat itu ibu juga ada demam selama seminggu, namun tidak disangka obat-obatan tidak juga berefek pada nyeri kepala ibu. Ibu terus-terusan menolak untuk dibawa ke Rumah Sakit, untuk melakukan pemeriksaan lebih lengkap, dengan dalih Rumah Sakit sedang banyak kasus Covid. Sampai suatu ketika ibu tiba-tiba tidak sadarkan diri dan di rawat di ruang intensif. Barulah setelah itu kami tahu ada sesuatu yang tidak beres di kepala ibu.

to be continue

Tips Membuat Infografis dengan Canva

Hallo teman-teman… Apa kabarnya nih? Semoga sehat selalu ya… nah, teman-teman di sini adakah yang suka mendesain? Jaman now , desain itu tid...