(Cernak ini ditulis dalam rangka pembuatan buku cerita anak dengan 29 illustrator dari nubiilustrator dengan judul: 29 Cerita Fabel Kejujuran)
Di sebuah hutan yang lebat di tanah Papua, tinggal lah Mimi, si mantel emas, bersama ayah dan ibunya. Mantel emas adalah kangguru pohon dari Papua. Mantel emas juga memiliki kantong di perutnya, sama seperti kangguru. Dia memiliki bulu yang tipis, berwarna coklat dan ekor yang panjang. Di punggungnya terdapat garis keemasan dan ekornya terdapat garis-garis melingkar berwarna kuning.
Sebentar
lagi musim panen, akan ada banyak buah-buahan yang bisa makan. Oleh karena itu
akhir-akhir ini ayah jadi sering pulang terlambat untuk menjaga ladang. Ibu
mengajak Mimi membuat kue untuk ayah agar ayah selalu semangat bekerja.
“Aku
mau kue Stroberi, Ibu!” ucap Mimi bersemangat.
“Baiklah
kita akan membuat banyak kue stroberi. Mimi mau membantu membuatnya?”
“Tentu
saja,”
Mereka
pun kemudian mengunjungi Pak Tio, si tupai, penjual bahan-bahan kue. Mimi
sangat suka mengunjungi Pak Tio karena toko Pak Tio sangat wangi, dan ada selai
stroberi kesukaan mimi.
Setelah
mendapatkan bahan untuk membuat kue, mereka pun kembali ke rumah. Ibu mulai membuat
adonan roti, sementara mimi menyiapkan cetakannya. Tak butuh waktu lama, kue
buatan Mimi dan ibu pun jadi.
“Wah,
harum sekali baunya, Bu” kata Mimi.
“Terimakasih
Mimi sudah membantu ibu membuat kue,” puji ibu. “Sekarang kita hias kuenya,
yuk!”
“Yuk!”
Mimi bersorak kegirangan.
Mimi
kemudian menghias kue yang sudah matang dengan selai stroberi. Sementara ibu
pergi ke kebun untuk memetik daun mint.
Hmm…
bau yang lezat membuat perut Mimi keroncongan.
“…
delapan, sembilan, sepuluh. Ada sepuluh kue!” Mimi menghitung kue-kuenya dengan
teliti.
Mungkin
kalau aku makan satu, ayah dan ibu tidak akan tahu,
kata Mimi dalam hati. Tangannya mulai meraih kue yang ada di meja. Tanpa sadar
Mimi sudah menghabiskan empat kue. Mimi kemudian mulai panik.
“Waduh,
kuenya tinggal berapa?”
***
Sore
itu ayah pulang terlambat lagi. Ayah geram karena banyak hama mulai mendatangi
buah-buahan yang ayah tanam.
“Wah,
bau apa ini? Sedap sekali,” ucap ayah. Hidungnya mengendus-endus ke arah dapur.
Di dapur ayah melihat mimi tampak pucat dan takut. Butir-butir keringat mulai
berjatuhan di keningnya.
“Ada
apa Mimi? Apa kamu sakit?” tanya ayah kuatir.
Ibu
yang mendengar Mimi sakit langsung menuju ke arah dapur.
“Maafkan
aku Ayah. Aku dan Ibu membuat sepuluh kue stroberi yang lezat tapi aku
diam-diam memakan empat kuenya. Padahal aku ingin memberikan kue-kue ini untuk Ayah,”
jawab Mimi perlahan.
Ayah
dan Ibu tersenyum.
“Lho,
Ayah tidak marah, Mimi. Ayah memang lapar, tapi kue buatan Mimi masih banyak. Kita
bisa memakan sisanya bersama,” ucap ayah menenangkan.
“Tidak
apa, Mimi,” ibu menambahkan,” terimakasih ya, Mimi sudah berusaha menjadi anak
yang jujur. Ayah dan Ibu bangga atas usaha Mimi,”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah mampir. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.