Setelah postingan sebelumnya mengenai alasan saya membaca
buku The Leader Who Had No Tittle, maka pada postingan kali ini saya
akan membuat resensi full bukunya. Let it go!
Informasi Buku
Judul: The Leader Who Had no Tittle
Penulis: Robin Sharma
Penerbit: Bentang
Tahun terbit: Januari 2019 (yang saya baca cetakan ke-3 Juli
2019)
Halaman: xii + 264 halaman
Harga Buku: 70-80K (di market place). Saya beli tahun 2019,
saat ada event Out of the boox (OOTB) di Solo, dengan harga 35K.
Isi buku
Buku yang unik namun tidak terlalu unik, begitu pertama kali
yang saya pikirkan saat membacanya. Buku ini ditulis oleh seorang public figure
yang memang ekspert di bidang kepemimpinan, Robin Sharma. Pengalaman Robin
Sharma selama 15 tahun sebagai konsultan perusahaan besar tertuang dalam buku
ini. NASA, Microsoft, Nike, Unilever, General Electric, FedEx, HP, Starbucks,
Oracle, Yale University, PwC, IBM Watson, dan Young Presidents’ Organization
adalah klien yang pernah dimentori oleh Robin Sharma.
Berbeda dengan buku self development lain, buku ini
disampaikan melalui suatu kisah fiktif yang diselipkan nilai-nilai kepemimpinan
ala Robin. Blake Davis sang pemeran utama di buku ini, merasa dirinya tidak
bergairah dalam bekerja. Hidupnya berputar pada berangkat kerja, menjaga toko
buku, kemudian pulang. Bekerja baginya hanyalah sebuah kewajiban untuk membayar
tagihan. Sampai suatu ketika dia bertemu dengan Tommy Flinn, seorang kakek
berusia 77 tahun yang berkali-kali menyandang gelar employee of the year. Namun
anehnya Tommy tidak pernah mau dipromosikan jabatannya. Setelah pertemuan
dengan Tommy, mulai lah petuangan Blake dalam “Memimpin tanpa Jabatan” dengan
empat mentornya.
Ada empat mentor yang ditemui oleh Blake dan Tommy. Kebanyakan
dari mereka justru hanya “orang biasa”. Mereka tidak memiliki jabatan mentereng
dari suatu perusahaan/organisasi. Sebutlah Anna, salah satu mentor yang
diceritakannya. Dia hanya lah seorang asisten rumah tangga di sebuah hotel. Pekerjaan
yang mungkin dipandang sebelah mata oleh kebanyakan orang. Namun, Anna berbeda
dari ART kebanyakan. Dia ART terbaik, terutama, dan satu-satunya. Setiap kali
ada acara penting di hotel tersebut, pemilik hotel sendiri langsung meminta
Anna untuk menyiapkan semuanya. Bahkan jika ada tamu penting di kota itu, Anna
lah yang dipanggil. Dia menjadi ART favorit bagi setiap orang. Dia berkali-kali
ditawari naik jabatan, namun ditolaknya. Apa rahasianya? Simply Anna bertanggung
jawab penuh atas profesi yang diembannya. Dia melakukan pekerjaan mengurus
rumah tangga dengan kinerja yang prima. Dia adalah asisten rumah tangga yang
autentik (jujur pda diri sendiri), konsisten, dan konkruen. Maka tak heran,
meskipun status sosialnya tidak mentereng, namun dia adalah pemimpin bagi
dirinya sendiri.
Oscar Wilde pernah berkata, “Jadilah dirimu sendiri, karena
orang lain sudah ada yang punya.”
Selain Anna, ada tiga orang lagi yang mengajarkan menjadi
pemimpin tanpa jabatan kepada Blake.
Ada banyak sekali insight yang bisa diambil saat membaca
buku ini. Robin dengan gamblang menjelaskan bagaimana cara kita memimpin diri kita
sendiri. Cara penyampaian melalui kisah fiksi ini menjadikan buku ini mengalir
dengan value yang ingin disampaikan penulis tanpa ada kesan menggurui. Yang saya
suka dari buku ini, ada rangkuman tiap bab yang bisa kita ambil poin-poinnya.
Setelah membaca buku ini saya pun menyadari, ternyata untuk menjadi
pemimpin tanpa jabatan itu sesimpel memperbaiki akhlak dan kebiasaan kita. Visioner
terhadap apa yang kita tuju. Bagaimana attitude kita memengaruhi kualitas kerja
kita.
Ada beberapa poin menjadi pemimpin yang saya tangkap dari
buku ini:
- Bangun pagi.
Bangun 1 jam lebih awal artinya kau memiliki 1 jam lebih sehariinya, 7 jam
lebih seminggunya, dan 30 jam lebih sebulannya. Gunakan waktu untuk menyusun
rencana, memperbaiki visi, mengembangkan proyek terbaik. Teori ini tentu sudah
sering kita dengar.
- Jadikan hari esok
lebih baik dari hari ini. Dan hari ini lebih baik dari hari kemarin. Ubah
mindset menjadi PUST: pertama, utama, satu-satunya dan yang terbaik. Namun menurut
saya ada satu lagi yang perlu mengiringi istilah PUTS ini. Yaitu, menyiapkan
hati yang lapang setinggi harapan menjadi yang terbaik. Jaga-jaga jika hasil
yang didapat tidak sesuai dengan harapan. Namun, sebaiknya orientasi kita bukan
tentang hasil, namun tentang proses usaha itu sendiri.
- Jika ada ide,
langsung dikerjakan. Sekali ditunda, maka ide itu akan hilang. Jangan menjadi
prokrastinator!
- Merenungkan
kematian: membuat kita menyadari apa yang paling penting dalam hidup.
Kekurangan dari buku ini menurutku sih karena sad ending
aja. Alur cerita, bahasa yang digunakan sudah bagus dan mudah dipahami.
Sebagai muslim, apakah buku ini recomended untuk dibaca?
Lho... kenapa harus ada istilah sebagai muslim? Jelas, dong,
karena saya muslim, dan sebisa mungkin membaca buku ini juga bermanfaat untuk
tujuan hidup saya sebagai muslim. Hehe...
Menurut saya buku ini recomended. Sebenarnya, sebagai
muslim , kita tahu bahwa semua ilmu yang disampaikan dalam buku ini terangkum
dalam sosok pribadi uswatun khasanah kita, Rasulullah shalallahu a’alai wassalam.
Ah masa?
Indeed, bestie!
Contoh aja nih, Rasulullah mengajarkan kita untuk memulai
hari lebih awal. Kita bisa menggunakan waktu sebelum subuh untuk beribadah pada
Allah. Bahkan di dalam Alquran disebutkan bahwa membaca Alquran sebelum fajar
itu lebih mengena.
Rasulullah juga mengajarkan kita untuk menjadi sebaik-baik
manusia, yaitu manusia yang bermanfaat untuk manusia lain. Di jelaskan di buku
ini, bagaimana kita sebagai pemimpin tanpa jabatan disarankan untuk tolong
menolong, tidak ghibah, tidak berprasangka buruk, berhati ceria, banyak
membantu orang lain, bertanggung jawab, jujur, tidak ingkar janji, dll. Saat membaca
buku ini, pribadi Rasulullah tergambar jelas disetiap kriteria yang disebutkan
oleh empat mentor.
Rasulullah juga mengingatkan kita untuk sering mengingat
pemutus kelezatan, yakni maut/kematian. Sering menghisab diri. Memperbaiki diri
setiap waktu, menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Teori yang Robin Sharma ajarkan ternyata sudah dilakukan
oleh Rasulullah 1,4 abad yang lalu. Namun, Rasulullah dimentorin oleh Allah
Rabb Alam Semesta langsung. Jika Anda ingin menjadi pemimpin tanpa jabatan, maka
lihatlah akhlak dan pribadi Rasulullah. Maka di sana akan tergambar jelas sosok
pribadi muslim yang ideal.
Bagi saya pribadi buku rate buku ini 8.5/10. Keren!
Jika Anda sudah membaca buku ini, yuk komen di bawah, insight
apa yang Anda dapatkan. Selamat membaca!