Senin, 30 Mei 2022

Mindful of Self

 

Sore tadi saya membaca instagram story senior saya, yaitu tentang mindfullness terhadap diri sendiri. Di saat kita ini banyak pekerjaan, banyak target yang ingin di capai, terkadang kita memerlukan kualitas hidup kita. Kita rela begadang demi mengerjakan tugas, atau terlalu ambis dalam mengerjakan tugas. Atau justru kita terlena saat akan tidur kemudian membuka layar gawai. Tanpa sadar waktu terus berjalan sedangkan kita asyik scrolling sosial media.

Sosial media ini menurut saya bagai pisau berbilah dua. Di satu sisi ia sangat bermanfaat. Kita bisa mencari banyak informasi dari sebuah benda berukuran hanya beberapa sentimeter. Informasi apa aja ada. Dari resep makanan, metode pembelajaran, ulasan buku, life hacks, sampai ulasan-ulasan yang tidak penting pun ada. Gawai juga pandai menghubungnkan saudara/kerabat yang jauh, mudahnya bertukar sapa, atau menjalin relasi. Namun sayang, sisi yang lain dari gawai juga ada. Selalu ada hal negatif yang mengiringi hal positif.

Hal negatif yang dapat ditemukand dari sebuah gawai adalah, ia membuat kita terlena. Dua puluh empat jam sehari rasanya kurang jika digunakan untuk berselancar di sosial media. Orang cenderung mendapatkan hiburan yang instan saat menggunakan gawai. Apa saja ada kan? Candu. Begitu lah istilahnya. Bahkan ada yang sampai mengatakan bahwa gawai adalah separuh hidupku. Berlebihan memang, namun banyak yang merasakan hal tersebut.

Hal lainnya yang membuat gawai itu kurang baik adalah, ia menggerogoti waktu, produktivitas dan rencana kita. Kita yang mungkin awalnya sudah mengazzamkan diri untuk melakukan beberapa hal, kemudian kita hanya menghabiskan waktu di depan layar gawai. Untuk itu lah kita perlu mindful dalam membersamai gawai ini.

Ada beberapa tips yang bisa digunakan agar kita bisa memenej waktu kita:

1.       Sadar diri. Sadar bahwa waktu kita sempit sedangkan kerjaan kita banyak.

2.       Awali hari dengan hal-hal yang produktif. Buat jadwal harian, dan mulai lah membiasakan diri. Kita bisa memulai dengan bangun- tahajud- sholat subuh- baca quran- orah raga sambil dzikir pagi- menyelesaikan pekerjaan rumah

3.       Saat pagi tiba, jangan dulu membuka gawai, apalagi sosial media. Trust me, it makes your day not productive. Menggunakan gawai boleh, tapi ketika akan masuk kerja, dan itu pun digunakan untuk kepentingan pekerjaan.

Kalau saya sendiri, jika pagi hari sudah melakukan banyak hal, maka siang hari pun akan enteng ketika harus menyelesaikan target pekerjaan. Ingat, awal hari mu menentukan seluruh harimu.

Ada satu hal lagi yang tidak kalah penting, yaitu doa. Berdoa memohon kemudahan adalah rezeki. Kenapa rezeki? Karena tidak banyak orang dimampukan untuk berdoa. Karena doa ini lah yang memberikan kekuatan yang tak kasat mata.

Minggu, 29 Mei 2022

  


Be Kind and not be Kind, Sometimes It Depend On the Communication Skill


Belajar dari seorang teman sejawat di rumah sakit tempat saya bekerja, kita bisa memilih kita akan menjadi orang yang seperti apa? Apakah orang yang baik, atau kah orang yang buruk di mata orang lain.

Bukan kah orang-orang cenderung memilih bersosialisasi dengan orang yang baik? Namun, kenapa terkadang justru perlakuan kita terhadap orang lain dinilai tidak baik? Tidak sadar kah? Bisa jadi.


Prinsip yang seharusnya setiap orang pegang adalah perlakukan orang lain sebagaimana engkau ingin diperlakukan. Terdengar mudah, namun sulit dalam pengaplikasiannya. 


Ingat sebuah ayat Alquran yang mengatakan, sesungguh ya kita berbyat baik adalah untuk kita sendiri. Kita berbuat jahat pun akan kembali ke diri kita sendiri. 


Namun, Parahnya adalah seringkali kita ini justru merasa diri kita paling benar. orang seperti ini cenderung tidak bisa ihihj


Teman saya ini bercerita tentang pengalamannya menghadiri training berkomunikasi efektif antar teman sejawat. Yang intinya adalah Ketika ada seseorang yang memiliki masalah dan complain kepada kita, mungkin kita bukanlah pelaku yang seharusnya mendapat complain, maka terima saja dulu.


Dengarkan setiap complain yang menjadi uneg-uneg orang tersebut, jangan di potong dan jangan disanggah. Sampaikan terimakasih sudah menceritakan uneg-unegnya dan meminta maaf atas ketidaknyamanan yang dirasakan. Sampaikan bahwa kita akan membantu menyampaikan uneg-uneg tersebut pada yang bertanggung jawab. Terkadang hal itu sesimpel kita mendengarkan. Just hear what the problem is and no comment until it is finished. Bukan kah kita diberikan dua telinga, dan satu mulut?


Dan kemampuan lain yang kita perlukan adalah sebuah empati. Berusahalah berada di posisinya.


 


Menurut say hal ini relate banget, tidak hanya komunikasi di kalangan medis, namun juga komunikasi yang melibatkan individu lain. Semua orang punya telinga, namun tidak semuanya mampu mendengarkan. Dan tidak semua orang memiliki skill untuk berempati karena empati adalah hal yang harus dilatih terus dan terus.


Don’t ever expect someone too high, because you will just regret sometimes.

Don’t ever expect someone too high, because you will just regret sometimes.



Ya, jangan berekspektasi lebih terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Apa pasalnya? Ketika menaruh harap yang tinggi maka seharusnya kita juga bersiap kecewa setinggi harapan kita. Jangan terlalu menyesali maupun menyalahkan diri sendiri . apa mungkin tidak mampu untuk kau raih, just let it flow. It shall too pass, ya kan?


 

Dan saya rasa, ini akan menjadi PR saya dan PR semua orang. Maka selamat berproses.



Sabtu, 28 Mei 2022

 

Anak shoalih lahir dari orangtua yang shalih/shalihah, menurut saya it can be relate. Pas banget. Apa yang menjadi kebiasaan orangtua kita, tanpa sadar hal tersebut terpatri dalam diri kita.


Ada seorang teman bercerita tentang adiknya, adiknya ini bercita-cita menjadi dokter di UKS seperti uminya. Alasannya apa? Karena uminya punya banyak waktu untuk tilawah Quran. Masyaallah.


Ada lagi seorang temanku, dia 6 bersaudara, dan 3 dari saudaranya adalah hafidz, salah satuya malah menjadi imam di masjid kampusku. Ketika ia ditanya, “Apasih rahasia orangtuamu, kok bisa melahirkan anak-anak sholih yang hafidz seperti ini?” temanku menjawab, “Ibuku, beliau orang yang tidak pernah menyelesihi suaminya. Jarang sekali membuat marah suaminya.” Aku tersentil dengan kalimat polosnya. Dan kini, si shalihah yang juga seorang dokter ini, dia sedang berusaha menghafalkan Alquran, masyaAllah.


Betapa orangtua itu benar sangat berpengaruh pada kualitas anak yang dididiknya. Anak adalah peniru ulung orangtuanya. Anak mencontoh dari orangtuanya. Bahkan setelah menikah, apa yang ia bawa ke keluarga barunya tanpa sadar adalah hasil filtrasi selama ia melihat keluarga ayah dan ibunya.


Tentu ini menjadi PR dan catatan untuk yang baru menikah, atau yang akan memiliki anak, atau yang sudah memilikinya. Bahwa kita pun kelas akan meninggalkan bekas ingatan pada anak-anak kita. Hal-hal yang baik akan di kopi, demikian juga hal yang kurang baik. Semua terekam dalam mega server di otak kita.


Berarti jika orangtuanya missal tidak baik, kemudian anaknya juga pasti tidak baik, begitu? Kasihan dong.


Ada yang Namanya pemutusan mata rantai. Di mana jika sesuatu yang tidak baik itu kamu terima, maka usahakan hanya berhenti di kamu, tidak diteruskan ke anak-anakmu. Tidak mudah memang, bahkan emosi dan ingatan masa lalu bisa saja muncrat ke permukaa karena jiwa-jiwa orang tua jaman sekarang yang renggang akan teladan yang baik semasa kecilnya. Dalam ilmu kedokteran jiwa ada yang Namanya tilikan diri. Semakin seseorang menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan dirinya, itu adalah pertanda bagus, di mana ia memiliki tilikan diri yang baik. Dalam kasus ini pun, ketika kita menyadari ada yang tidak beres dengan pola pengasuhan orangtua kita di masa lalu, tidak berarti kita akan menjadi pelaku yang sama, bukan? Dengan tilikan diri yang baik kita akan segera mengerem hal-hal yang tidak perlu kita teruskan. Tidak mudah memang, namun berdiskusi lah dengan suami, dengan lingkungan sekitar. Suppost system yang baik akan membuat lebih mudah menjalaninya. 

Dan yang paling penting dan utama, janhan pernah melupakan doa. Karena hanya Dia lah yang membuat kita mudah menjalaninya. 

Selamat berjuang!

Jumat, 27 Mei 2022

100 dibayar 500

 Jika kau dibayar 100% maka seharusnya kau memberikan kinerja 500%


Quotes dari kak Alia Noor Anoviar ini begitu membekas di saya. Ingat buku yang saya resensi yang berjudul The Leader Who Has No Tittle?

Menurut saya beliau ini adalah cerminan dari buku ini. Salah satu contoh nyata dan masih hidup di muka bumi. 


Quotes ini kalau tidak salah pernah disampaikan beliau di salah satu kelas Career Class. Lalu diingatkan lagi saat beliau memposting instagram story tadi siang. 

Suatu ketika kak Alia ditanya kok bisa dia memberikan tambahan servis terus di setiap job yang dia pegang?

Jawabnya karena membuat client puas, adalah membuatku puas juga. Akhirnya client repeat order. Kurang lebih yang saya tangkap seperti ini. Untuk redaksi sebenarnya saya lupa. Hehe...

Intinya adalah ketika kita memberikan lebih pada orang lain, maka kita akan mendapatkan apa yang kita usahakan. 

Bukan kah di Alquran juga dijelaskan, jika kita berbuat baik sesungguhnya kita sedang berbuat baik untuk diri kita sendiri?


Membuat orang lain memberikan apresiasi ke kita adalah bonus. Yang utama adalah usaha kita. Ketika kita memaksimalkan usaha yang kota lakukan, maka kepuasan lah yang akan kita dapatkan. 


Kak Alia ini memang workaholic. Dia sangat suka bekerja dan baginya kerja adalah hidupnya. 

Orang-orang seperti beliau ini selalu konsisten menerapkan integritas dalam bekerja. Maka sepatutnya kita mencontohnya. Memang tidak semua orang mampu, tapi jika kita memang mengharapkan kinerja yang optimal maka kita perlu memberikan yang terbaik di setiap peran kita. Naik jabatan adalah bonus, penghasilan bertambah juga bonus. 


Ingat juga kan ketika kebanyakan orang bermindset tumbuh mereka mencapai puncak keberhasilan bukan karena tujuan mereka adalah berhasil. Tujuannya adalah melakukan yang terbaik, mengoreksi hal yang eror, dan terus bertumbuh. Keep moving forward. Keberhasilan dan kesuksesan yang diraih adalah bonus. Kebanyakan dari mereka justru merasa puas dari hanya melihat progress yang mereka capai. 


Dari sini saya pun berfikir, bahwa saya juga pasti bisa melakukan yang terbaik untuk bisang kerja saya. Jika saya saat ini hanya sebagai seorang ibu rumah tangga, maka saya akan menjadi ibu rumah tangga yang terbaik, yang profesional. Jadi memamg tidak ada alasan untuk hanya sekedar menyerah. 


Jika saat ini profesi saya adalah sebagai dokter, maka saya harus memaksimalkan peran ini, memberikan pelayanan yang terbaik untuk pasien, pun rekan kerja. Bahkan dengan kita mensyukuri apapun yang kita peroleh pun kita sedang berusaha memaksimalkan peran. Tidak mengeluh, tidak bergunjing tentang pemberi kerja kita (read perusahaan tempat kita bekerja). It makes sense. 


Tidak ada kata terlambat. Selalu ada permulaan yang baru untuk memulai hal yang baru. So, tetap semangat!

Kamis, 26 Mei 2022

Review buku: Atomic Habits (bag 1)

 

Halo guys! (Sok-sokan gaul ala vlogger ya :D)

Jadi saya ada rencana untuk membuat review tentang buku Atomic Habits karya James Clear. Bukunya sebenarnya sudah lama terbit, yang saya baca pun sudah cetakan ke-21 di bulan Januari 2022. Saya juga sebenarnya sudah lama beli buku itu, namun untuk memulai membacanya setelah sekian lama tidak membaca sungguh menjadi tantangan. Agak terlambat memang membaca buku ini, namun tidak ada kata terlambat untuk memulai belajar, bukan? So, stay tune ya!

Oke kita perkenalan dulu ya dengan bukunya.

Judul             : Atomic Habits

Penulis         : James Clear

Penerbit      : PT Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit: 2019 (Buku yang saat ini saya baca adalah cetakan keduapuluhsatu, Januari 2022)

Halaman : ix – 340

 

Pengantar, Kisah Saya

Bagian pengantar ini sebenarnya belum masuk bahasan pokok dari buku Atomic Habits itu sendiri. Namun, menurut saya bagian ini menarik. James bercerita tentang awal mula buku Atomic Habits muncul di bumi.

Bermula dari kecelakaan yang di alami James saat SMA. James saat itu sedang bermain bisbol dengan timnya di SMA, setelah, tanpa sengaja, temannya melemparkan pemukul bisbol ke arah wajah James. Ia kemudian mengalami patah tulang hidung dan juga tulang tengkoraknya. Hari-hari selanjutnya James lalui di rumah sakit. Ia bahkan sempat kejang-kejang dan henti jantung kemudian koma dalam waktu lama sampai akhirnya ia sembuh dan diperbolehkan pulang.

Tantangan dimulai sejak James sembuh dari sakitnya. Ia harus menjalani banyak fisioterapi dan banyak penolakan untuk masuk tim bisbol. Namun, dari yang saya tangkap, James ini tipe orang dengan growth mindset. Mengetahui dirinya sekarang banyak kekurangan, tidak menjadikan ia hanya terpuruk, bengong, atau pun meratapi nasib. Ia kemudian bertekad mulai fokus pada dirinya sendiri. Ia fokus menjadi driver bagi hidupnya. Saat teman-temannya begadang dengan video games, ia justru membiasakan dirinya untuk tidur lebih awal setiap harinya.

James memulai menulis saat itu. Awalnya hanya ia rutinkankan senin dan kamis upload artikel di website pribadinya. Ia juga mulai mengatur pola istirahat dan bekerjanya. Ia membiasakan dirinya tidur lebih awal, nilai-nilai akademiknya pun kemudian berangsur membaik. Hari berganti bulan dan berganti tahun. James mulai menuai apa yang dia tanam kemudian. Nilainya selalu bagus, ia pun akhirnya masuk dalam tim baseball, bahkan ia menjadi atlet putra terbaik di kampusnya dan mendapat medali rektor dari universitasnya. Selain itu, artikelnya mulai banyak yang membaca, bahkan pernah terbit di media Times, Forbes. Semua pencapaian yang James terima tidak serta merta terjadi dalam satu malam. Tidak, namun hal itu terjadi selama bertahun-tahun. Dengan kebiasaan yang sama, Anda akan mendapatkan hasil yang serupa. Namun, dengan kebiasaan yang lebih baik, apapun menjadi mungkin.

Dari bagian pengantar saja kita sudah dapat mengambil pelajaran, bahwa growth mindset membuat kita melakukan hal yang lebih baik setiap harinya. Jalankan saja dulu, jangan berharap lebih pada pencapaian yang terjadi segera. Karena pencapaian itu sendiri kelak akan mengiringi setiap apa yang kita usahakan. Mulai lah dari hal-hal yang paling mudah. Hal ini berlaku untuk apapun, baik kesehatan, keuangan, akademik, dan apapun tujuan anda. Berprogres adalah koentji!

Menarik bukan?

Next kita bahas tiap bab di buku Atomic Habits ya!

Rabu, 25 Mei 2022

Kue untuk Ayah

(Cernak ini ditulis dalam rangka pembuatan buku cerita anak dengan 29 illustrator dari nubiilustrator dengan judul: 29 Cerita Fabel Kejujuran)

Di sebuah hutan yang lebat di tanah Papua, tinggal lah Mimi, si mantel emas, bersama ayah dan ibunya. Mantel emas adalah kangguru pohon dari Papua. Mantel emas juga memiliki kantong di perutnya, sama seperti kangguru. Dia memiliki bulu yang tipis, berwarna coklat dan ekor yang panjang. Di punggungnya terdapat garis keemasan dan ekornya terdapat garis-garis melingkar berwarna kuning.

Sebentar lagi musim panen, akan ada banyak buah-buahan yang bisa makan. Oleh karena itu akhir-akhir ini ayah jadi sering pulang terlambat untuk menjaga ladang. Ibu mengajak Mimi membuat kue untuk ayah agar ayah selalu semangat bekerja.

“Aku mau kue Stroberi, Ibu!” ucap Mimi bersemangat.

“Baiklah kita akan membuat banyak kue stroberi. Mimi mau membantu membuatnya?”

“Tentu saja,”

Mereka pun kemudian mengunjungi Pak Tio, si tupai, penjual bahan-bahan kue. Mimi sangat suka mengunjungi Pak Tio karena toko Pak Tio sangat wangi, dan ada selai stroberi kesukaan mimi.

Setelah mendapatkan bahan untuk membuat kue, mereka pun kembali ke rumah. Ibu mulai membuat adonan roti, sementara mimi menyiapkan cetakannya. Tak butuh waktu lama, kue buatan Mimi dan ibu pun jadi.

“Wah, harum sekali baunya, Bu” kata Mimi.

“Terimakasih Mimi sudah membantu ibu membuat kue,” puji ibu. “Sekarang kita hias kuenya, yuk!”

“Yuk!” Mimi bersorak kegirangan.

Mimi kemudian menghias kue yang sudah matang dengan selai stroberi. Sementara ibu pergi ke kebun untuk memetik daun mint.

Hmm… bau yang lezat membuat perut Mimi keroncongan.

“… delapan, sembilan, sepuluh. Ada sepuluh kue!” Mimi menghitung kue-kuenya dengan teliti.

Mungkin kalau aku makan satu, ayah dan ibu tidak akan tahu, kata Mimi dalam hati. Tangannya mulai meraih kue yang ada di meja. Tanpa sadar Mimi sudah menghabiskan empat kue. Mimi kemudian mulai panik.

“Waduh, kuenya tinggal berapa?”

***

Sore itu ayah pulang terlambat lagi. Ayah geram karena banyak hama mulai mendatangi buah-buahan yang ayah tanam.

“Wah, bau apa ini? Sedap sekali,” ucap ayah. Hidungnya mengendus-endus ke arah dapur. Di dapur ayah melihat mimi tampak pucat dan takut. Butir-butir keringat mulai berjatuhan di keningnya.

“Ada apa Mimi? Apa kamu sakit?” tanya ayah kuatir.

Ibu yang mendengar Mimi sakit langsung menuju ke arah dapur.

“Maafkan aku Ayah. Aku dan Ibu membuat sepuluh kue stroberi yang lezat tapi aku diam-diam memakan empat kuenya. Padahal aku ingin memberikan kue-kue ini untuk Ayah,” jawab Mimi perlahan.

Ayah dan Ibu tersenyum.

“Lho, Ayah tidak marah, Mimi. Ayah memang lapar, tapi kue buatan Mimi masih banyak. Kita bisa memakan sisanya bersama,” ucap ayah menenangkan.

“Tidak apa, Mimi,” ibu menambahkan,” terimakasih ya, Mimi sudah berusaha menjadi anak yang jujur. Ayah dan Ibu bangga atas usaha Mimi,”

Mimi pun lega. Keringat dingin di dahinya mulai mengering. Mereka pun kemudian memakan sisa kue tersebut bersama-sama.

Senin, 23 Mei 2022

Pertemuan Pertama

 

Saat membuat tulisan dengan tema pertemuan pertama, jujur saya cukup bingung. Pasalnya, dalam pikiran saya pertemuan pertama tak ubahnya sebuah kisah romansa. Saat mencari referensi bacaan mengenai pertemuan pertama pun yang muncul kebanyakan adalah percintaan. Ada seorang lelaki bertemu dengan seorang wanita, di pertemuan pertama mereka kemudian salah satu atau keduanya mulai merasa jatuh jatuh cinta. Dari pertemuan pertama itu akan melahirkan pertemuan selanjutnya dan akan terus dikenang bagi keduanya.

Setiap orang pasti memiliki kenangan pada beberapa “pertemuan pertama” di hidupnya. Pertemuan pertama saya dengan suami juga sangat mendebarkan. Saya masih ingat detail kejadian di hari itu. Namun saya tidak akan menceritakannya di sini karena kenangan itu biarlah menjadi rahasia kami. Hehe....

Pertemuan pertama, hal ini berarti akan ada yang kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Jika dilihat dari kaca mata pebisnis, pertemuan pertama dengan klien pasti akan sangat menentukan nilai bisnis kedepannya. Jika first impression yang disampaikan baik, maka kedepannya juga akan baik, networking jalan, usaha lancar. Namun jika saat pertemuan pertama sudah melakukan banyak kesalahan yang membuat ilfil (baca: ilang feeling) maka kedepannya pun mungkin akan sulit untuk menjalin hubungan.

Kesan yang baik saat pertemuan pertama dengan orang baru akan membuat orang menyukai Anda dan dapat menambah koneksi. Sebenarnya hal ini berlaku untuk banyak keadaan. Bukan hanya saat bertemu dengan klien atau pun bertemu dengan pujaan hati. Pada dasarnya, ketika kita sudah memiliki agenda untuk melakukan pertemuan pertama dengan seseorang yang penting, tentu kita akan berusaha menyiapkan yang terbaik. Berbeda cerita jika pertemuan pertama itu tidak disengaja. Bukan impresi baik yang didapat, bisa jadi justru kekonyolan lah yang ditanggung.

Don’t judge someone by its cover juga berlaku di pertemuan pertama. Kadang kita menilai seseoang hanya dari saat perjumpaan yang pertama. Boleh jadi yang orangnya urakan, tidak jelas, penampilan  nggak banget, ternyata memiliki banyak kelebihan dibaliknya. Pun demikian dengan orang yang kita anggap baik saat awal, bisa jadi setelah pertemuan berikutnya kita mendapati banyak cela yang dia punya.

Ketika seseorang ingin membuat kesan yang baik saat pertemuan pertama, keinginan ini berdampak pada baju yang kita kenakan, kendaraan yang kita pakai, bahkan karir yang kita pilih. Sekalian self branding, katanya (atau bisa sekalian flexing). Namun biasanya nih, orang yang menginspirasi justru orang yang invisible, dan intangible quality. Jadi bukan yang diumbar. Hehe..

Ada beberapa tips yang saya baca dari beberapa artikel di mesin pencari mengenai bagaimana kita memberikan kesan yang baik di pertemuan pertama kita. Setidaknya cover kita terlihat baik dulu lah, ya. Yuk, intip beberapa tipsnya:

1.       Be generous. Berilah waktu, energi dan uangmu pada oranglain tanpa mengaharapkan imbalan.

2.       Banyak senyum, banyak tertawa. Jangan lah bermuram durja di awal pertemuan, ya, bestie! Selain membuat orang segan untuk berurusan kembali, menekuk wajah juga menghabiskan banyak energi. Jadi lah orang yang ceria, tertawa pada jokes orang yang baru kita temui, meskipun garing. so, they’ll be impressed and you’ll be a more joyful person.

3.       Optimis. Fokuslah pada kebaikan orang lain. Jangan suudzon dulu di awal, ya.

4.       Develop your strengths. Orang-orang sukses di luar sana, mereka menemukan kekuatan mereka dan kemudian mengembangkannya dengan disiplin yang baik. Do the same with yours, dan perbanyak bersyukur ya atas profesi apapun yang dijalani sekarang ini.

5.       Apresiasi opini yang berbeda.

6.       Jadilah the people who benefits the most. Jadi orang yang paling bermanfaat. Berkompetisi dengan kehidupan orang lain tidak akan membuat dirimu terkesan. Karena hampir semua orang melakukan itu.

7.       Don’t live to impress but to inspire. Dah lah menyerah saja membuat orang lain terkesan dengan dirimu. Tapi, jangan pernah menyerah untuk terus menginspirasi. Perbaiki niat.

8.       Setia pada suami, menyayangi anak. Lho, apa hubungannya? Perlakuan baik kita terhadap keluarga kita adalah tindakan yang alami. Jika di rumah saja bisa berlaku baik, tentu di luar rumah akan mudah untuk membawa kebaikan tersebut, kan?

Itulah beberapa hal yang bisa membuat kita terkesan di pertemuan pertama kita. Jangan lupa, kita juga memiliki pertemuan pertama dengan malaikat Munkar dan nNakir. So, get ready!

Sabtu, 21 Mei 2022

Be a Great Muslimah

 Recalling webinar yang pernah diadakan oleh Cendekia Rumah Tangga.

Webinar ini dibawakan oleh bu Risa Arisanti, seorang working mom, educating, and of course inspiring women.

Trivia dulu....
Sebagai seorang wanita, ada beban berat yang dipikul di bahunya. Beban apakah itu?
Menjadi istri dan ibu.
Coba sapa, Ibu-ibu yang membaca tulisan ini, bukan pekerjaan mudah bukan menjalankan peran sebagai hamba sepenuh waktu?
Tentu saja tidak mudah, amalan yang berbayar masuk surga dari pintu mana saja, tentu tidak akan semudah itu untuk melewatinya, bukan?
Apalagi di jaman sekarang ini, di mana wanita juga mengambil peran dalam komunitas: sebagai pekerja. Tantangannya, bagaimana kaum wanita ini menyeimbangkan kewajibannya sebagai istri dan ibu, juga ingin menambah peranan sebagai makhluk sosial sekaligus membantu keungan keluarga?

Nah, webinar kali ini topiknya adalah bagaimana seorang muslimah hebat dipersiapkan menjadi istri dan juga ibu.

Tahu kah anda kisah tentang Anas bin Malik? Sahabat Rasulullah yang sudah berkhidmat kepada Rasulullah sejak usianya masih 8 tahun. Anas adalah satu dari tujuh sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits. Ia adalah sahabat yang istimewa: usianya panjang, anaknya banyak, harta yang melimpah dan ilmu yang luas. Ia adalah sahabat terakhir yang wafat di Basrah setelah berumur lebih dari 100 tahun,


Atau tahukah Anda dengan ‘Urwah bin Zubeir? Salah satu dari tujuh fuqaha (ulama) Madinah yang terkenal keilmuanya, kezuhudannya, dan ketakwaannya. Mereka lah yang menjadi penasihat khalifah 'Umar bin 'Abdul 'Aziz saat menjabat menjadi gubernur Madinah.


Kedua tokoh di atas tidak dilahirkan dari batu, dibaliknya ternyata ada Ibunda yang sangat patut kita jadikan contoh. Ialah Ummu Sulaim ibunda Anas bin Malik, dan Asma’ binti Abu Bakar, pemilik 2 ikat pinggang, ibunda ‘Urwah bin Zubeir.


Menarik bukan?


Namun sayangnya, dewasa ini, disaat arus teknologi berjalan begitu cepat, ada norma yang tergerus. Wanita-wanita akhir zaman memiliki tanggung jawab dan beban predikat yang harus selalu di upgrade dan dipantau agar selalu berada di jalur yang tepat.


Ya, muslimah ini memiliki challenge yang berbeda dikarenakan fenomena sosial yang mana tingkat perceraian yang kian meningkat, adanya cultural superior, adanya world view berupa paham feminism, dan disruption, yaitu sebuah katalisasi perubahan yang terjadi sangat cepat.


Tentang feminisme, sebuah paham yang digandrungi oleh masyarakat di bagian barat. Yang mana ingin mengangkat keadilan pada wanita. Merasa perlu mensejajarkan kedudukan wanita dan pria.

Padahal, adil itu tidak mesti sama, bukan? Adil adalah suatu hal yang ditempatkan sebagaimana proporsinya.


Allah berfirman:

ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَآ أَنفَقُوا۟ مِنْ أَمْوَٰلِهِمْ ...ۚ"

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka…

QS Annisa: 34


Dalam Alquran, adil untuk laki-laki dan perempuan alah sebagaimana dalam QS Annisa: 34 ini. Laki-laki adalah qawwam bagi wanita, pemimpin. Emang fitrahnya begitu. Qawwam means dia akan bertanggungjawab penuh. Jadi, laki-laki dan perempuan itu adalah pakaian yang saling melengkapi, bukannya saling berlomba-lomba untuk unjuk diri.


Ingat ya, saat masih jaman jahiliyah dulu, memiliki anak wanita adalah sebuah aib bagi orangtuanya, sehingga orangtua pada masa itu tega membunuh putrinya yang masih merah untuk menjaga kehormatan keluarganya. Hal ini Allah ceritakan pada QS An Nahl-58-59

“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. [58]. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. [59]


Setelah islam datang, islam memuliakan wanita, dan kemuliaan di sisi Allah tidak dilihat dari gender nya, melainkan taqwa. 


Lalu, apa dong kelebihannya wanita?

Allah menyebutkan di QS Ar Rum: 21 bahwa wanita ini diciptakan supaya kamu merasa tentram. Ini lah fungsi wanita dalam rumah tangga. Kekuatan perempuan adalah pada aspek sakinah (ketentramannya, kelembutannya, yang membuat keluarganya untuk terus kembali ke rumah.)


Great mother starts from great moslemah


Teko hanya akan menuangkan isinya, lalu bagaimana jika ibu diibaratkan sebuah teko? Jika ia tidak memiliki isi, lalu apa yang akan dituangkan ke anak-anaknya?

Untuk itu lah, Ibu, kita perlu mengetahui peran-peran seorang muslimah. Diantarany:

• Sebagai anak. Saat kita masih berstatus hanya sebagai anak (belum diamanahi yang lain seperti menjadi istri atau ibu), maka kewajiban kita adalah memburu ilmu (ilmu syar’I, ilmu yang relevan untuk perannya). Kenapa sih kita perlu memburu ilmu? Untuk diri kita sendiri, untuk bapak kita, untuk saudara laki-laki kita untuk anak laki-laki kita. Jika kita tidak membekali diri dengan ilmu, maka ketika kita melakukan dosa, laki-laki ini pun akan kecipratan dosa kita. Maka dengan mengetahui ilmu syar'i harapannya ia bisa menjaga dirinya ketika sudah menerima beban syariat.

• sebagai istri : taat kepada partner, sebagai baju di balik layar kesuksesan suami. Nah ini pun ada seninya. Ada ego yang harus dipendam, ada superioritas yang harus dilatih diturunkan.

• sebagai ibu: madrasatul ula, arsitek peradaban. Ya, ibu adalah madrasah pertama untuk putra putrinya. Akhlak yang baik, adab, aqidah, ditentukan paling besar adalah sebelum masa sekolah anak-anak. Kepada siapa lagi anak berguru di usia-usia demikian jika bukan pada ibunya?

• agent of change: kewajiban syiar, bermanfaat sesuai syariat. Nah, keadaan ini bisa terwujud jika dan hanya jika urusan domestik telah selesai.

Tuntaskan peran yang pertama, baru berlanjut ke peranan berikutnya. Sehebat apapun muslimah di luar, profesi utamanya tetap menjadi istri dan ibu.


Sekolah tinggi ujung-ujungnya dari IRT?

Pernah yang liat meme viral tentang ini? Yang gambar dapur itu loh.. 

Jika di pikir, wanita itu mudah banget loh masuk surga. Apa iya? 

Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda: jika seorang wanita menunaikan sholat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan menaatai suaminya, niscaya akan dikatakan padanya: masuklah ke dalam surga dari pintu mana pun yang kau mau (HR Ahmad]

Nah loh, kan? Bukannya tujuan utama kita adalah Jannah nya Allah? Bukan kah tujuan kita ridhonya Allah? Maka mungkin perlu di perbaiki mindsetnya sejak kecil bahwasanya IRT itu adalah pekerjaan yang mulia.

Adapun beberapa prioritas ilmu bagi seorang wanita:

• ilmu agama (no debat sih ini)

• ilmu yang bermanfaat (bisa aja apa aja, sesuai profesinya. Atau jika yang belum kuliah bisa riset dulu jurusan apa yang kelak bermanfaat jika seorang wanita berkecimpung di dalamnya)

• ilmu keterampilan wanita [self managemen, communication skills, basic life skills, productivity skill, self and health skill]

Tidak ahli tak mengapa, yang penting bisa.


Muslimah itu perlu dipersenjatai dengan dengan ilmu dan kemampuan manajemen. How to survive?

• manajemen qalbu, persiapkan diri: perbaiki niat, perbanyak doa, tazkiyatun nafs, memohon restu orangtau, ruhiyah yang kuat.

• membekali dengan ilmu

• lingkaran yang positif dan produktif

• istiqomah dan memelihara diri. 


So, untuk saudara-saudaraku kaum muslimah, yuk  kita maksimalkan peran kita di dalam rumah, timba banyak ilmu, dan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa bermanfaat di luar rumah. 

Selasa, 17 Mei 2022

Resensi: The Leader Who Had No Tittle

Setelah postingan sebelumnya mengenai alasan saya membaca buku The Leader Who Had No Tittle, maka pada postingan kali ini saya akan membuat resensi full bukunya. Let it go!

 

Informasi Buku

Judul: The Leader Who Had no Tittle

Penulis: Robin Sharma

Penerbit: Bentang

Tahun terbit: Januari 2019 (yang saya baca cetakan ke-3 Juli 2019)

Halaman: xii + 264 halaman

Harga Buku: 70-80K (di market place). Saya beli tahun 2019, saat ada event Out of the boox (OOTB) di Solo, dengan harga 35K.

 

Isi buku

Buku yang unik namun tidak terlalu unik, begitu pertama kali yang saya pikirkan saat membacanya. Buku ini ditulis oleh seorang public figure yang memang ekspert di bidang kepemimpinan, Robin Sharma. Pengalaman Robin Sharma selama 15 tahun sebagai konsultan perusahaan besar tertuang dalam buku ini. NASA, Microsoft, Nike, Unilever, General Electric, FedEx, HP, Starbucks, Oracle, Yale University, PwC, IBM Watson, dan Young Presidents’ Organization adalah klien yang pernah dimentori oleh Robin Sharma.

Berbeda dengan buku self development lain, buku ini disampaikan melalui suatu kisah fiktif yang diselipkan nilai-nilai kepemimpinan ala Robin. Blake Davis sang pemeran utama di buku ini, merasa dirinya tidak bergairah dalam bekerja. Hidupnya berputar pada berangkat kerja, menjaga toko buku, kemudian pulang. Bekerja baginya hanyalah sebuah kewajiban untuk membayar tagihan. Sampai suatu ketika dia bertemu dengan Tommy Flinn, seorang kakek berusia 77 tahun yang berkali-kali menyandang gelar employee of the year. Namun anehnya Tommy tidak pernah mau dipromosikan jabatannya. Setelah pertemuan dengan Tommy, mulai lah petuangan Blake dalam “Memimpin tanpa Jabatan” dengan empat mentornya.

Ada empat mentor yang ditemui oleh Blake dan Tommy. Kebanyakan dari mereka justru hanya “orang biasa”. Mereka tidak memiliki jabatan mentereng dari suatu perusahaan/organisasi. Sebutlah Anna, salah satu mentor yang diceritakannya. Dia hanya lah seorang asisten rumah tangga di sebuah hotel. Pekerjaan yang mungkin dipandang sebelah mata oleh kebanyakan orang. Namun, Anna berbeda dari ART kebanyakan. Dia ART terbaik, terutama, dan satu-satunya. Setiap kali ada acara penting di hotel tersebut, pemilik hotel sendiri langsung meminta Anna untuk menyiapkan semuanya. Bahkan jika ada tamu penting di kota itu, Anna lah yang dipanggil. Dia menjadi ART favorit bagi setiap orang. Dia berkali-kali ditawari naik jabatan, namun ditolaknya. Apa rahasianya? Simply Anna bertanggung jawab penuh atas profesi yang diembannya. Dia melakukan pekerjaan mengurus rumah tangga dengan kinerja yang prima. Dia adalah asisten rumah tangga yang autentik (jujur pda diri sendiri), konsisten, dan konkruen. Maka tak heran, meskipun status sosialnya tidak mentereng, namun dia adalah pemimpin bagi dirinya sendiri.

Oscar Wilde pernah berkata, “Jadilah dirimu sendiri, karena orang lain sudah ada yang punya.”

Selain Anna, ada tiga orang lagi yang mengajarkan menjadi pemimpin tanpa jabatan kepada Blake.

Ada banyak sekali insight yang bisa diambil saat membaca buku ini. Robin dengan gamblang menjelaskan bagaimana cara kita memimpin diri kita sendiri. Cara penyampaian melalui kisah fiksi ini menjadikan buku ini mengalir dengan value yang ingin disampaikan penulis tanpa ada kesan menggurui. Yang saya suka dari buku ini, ada rangkuman tiap bab yang bisa kita ambil poin-poinnya.

Setelah membaca buku ini saya pun menyadari, ternyata untuk menjadi pemimpin tanpa jabatan itu sesimpel memperbaiki akhlak dan kebiasaan kita. Visioner terhadap apa yang kita tuju. Bagaimana attitude kita memengaruhi kualitas kerja kita.

Ada beberapa poin menjadi pemimpin yang saya tangkap dari buku ini:

  1. Bangun pagi. Bangun 1 jam lebih awal artinya kau memiliki 1 jam lebih sehariinya, 7 jam lebih seminggunya, dan 30 jam lebih sebulannya. Gunakan waktu untuk menyusun rencana, memperbaiki visi, mengembangkan proyek terbaik. Teori ini tentu sudah sering kita dengar.
  2. Jadikan hari esok lebih baik dari hari ini. Dan hari ini lebih baik dari hari kemarin. Ubah mindset menjadi PUST: pertama, utama, satu-satunya dan yang terbaik. Namun menurut saya ada satu lagi yang perlu mengiringi istilah PUTS ini. Yaitu, menyiapkan hati yang lapang setinggi harapan menjadi yang terbaik. Jaga-jaga jika hasil yang didapat tidak sesuai dengan harapan. Namun, sebaiknya orientasi kita bukan tentang hasil, namun tentang proses usaha itu sendiri.
  3. Jika ada ide, langsung dikerjakan. Sekali ditunda, maka ide itu akan hilang. Jangan menjadi prokrastinator!
  4.  Merenungkan kematian: membuat kita menyadari apa yang paling penting dalam hidup.

Kekurangan dari buku ini menurutku sih karena sad ending aja. Alur cerita, bahasa yang digunakan sudah bagus dan mudah dipahami.

 

Sebagai muslim, apakah buku ini recomended untuk dibaca?

Lho... kenapa harus ada istilah sebagai muslim? Jelas, dong, karena saya muslim, dan sebisa mungkin membaca buku ini juga bermanfaat untuk tujuan hidup saya sebagai muslim. Hehe...

Menurut saya buku ini recomended. Sebenarnya, sebagai muslim , kita tahu bahwa semua ilmu yang disampaikan dalam buku ini terangkum dalam sosok pribadi uswatun khasanah kita, Rasulullah shalallahu a’alai wassalam.

Ah masa?

Indeed, bestie!

Contoh aja nih, Rasulullah mengajarkan kita untuk memulai hari lebih awal. Kita bisa menggunakan waktu sebelum subuh untuk beribadah pada Allah. Bahkan di dalam Alquran disebutkan bahwa membaca Alquran sebelum fajar itu lebih mengena.

Rasulullah juga mengajarkan kita untuk menjadi sebaik-baik manusia, yaitu manusia yang bermanfaat untuk manusia lain. Di jelaskan di buku ini, bagaimana kita sebagai pemimpin tanpa jabatan disarankan untuk tolong menolong, tidak ghibah, tidak berprasangka buruk, berhati ceria, banyak membantu orang lain, bertanggung jawab, jujur, tidak ingkar janji, dll. Saat membaca buku ini, pribadi Rasulullah tergambar jelas disetiap kriteria yang disebutkan oleh empat mentor.

Rasulullah juga mengingatkan kita untuk sering mengingat pemutus kelezatan, yakni maut/kematian. Sering menghisab diri. Memperbaiki diri setiap waktu, menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Teori yang Robin Sharma ajarkan ternyata sudah dilakukan oleh Rasulullah 1,4 abad yang lalu. Namun, Rasulullah dimentorin oleh Allah Rabb Alam Semesta langsung. Jika Anda ingin menjadi pemimpin tanpa jabatan, maka lihatlah akhlak dan pribadi Rasulullah. Maka di sana akan tergambar jelas sosok pribadi muslim yang ideal.

Bagi saya pribadi buku rate buku ini 8.5/10. Keren!

Jika Anda sudah membaca buku ini, yuk komen di bawah, insight apa yang Anda dapatkan. Selamat membaca!

Senin, 16 Mei 2022

Baca Buku: The Leader Who Had No Tittle

Sebuah opini...

Kenapa saya membaca buku ini?

Buku ini unik dari saat membaca judulnya. Menjadi pemimpin yang tidak memiliki jabatan. Wow, pasti isinya adalah sesuatu tips dan trik untuk siapapun yang ingin meningkatkan produktivitas dirinya. A must read book!

Manfaat yang bisa saya dapat adalah saya bisa mempelajari hal apa saja yang biasanya para pemimpin independen lakukan. Bagaimana mengefektifkan waktu yang dimiliki, dan bagaimana mencapai etos kerja yang lebih baik, sehingga dalam bekerja bisa lebih efisien dan efektif.

Kenapa saya harus mempelajarinya?

karena saya bosan hidup mengalir bagai air seolah tidak memiliki tujuan yang jelas. Untuk menggapai tujuan sebenarnya sudah banyak ilmu yang dipelajari, namun dalam pelaksanaannya masih belum bisa maksimal. Harapannya dengan banyak membaca banyak referensi self development seperti ini, pikiran akan lebih sering terpapar dan terbiasa melakukan banyak hal positif.

Bagaimana saya menerapkan ilmu yang didapatkan?

1000 langkah selalu dimulai dari langkah pertama. Tidak ada yang instan. Mengambil faedah dari buku Atomic Habbits James Clear, bahwa kita hanya perlu memulainya dalam langkah-langkah kecil. Hal yang bisa saya terapkan dari buku ini adalah dengan memulai apa yang bisa saya mulai dulu. Sedikit demi sedikit, harapannya akan menjadi sebuah konsistensi yang melahirkan habit yang baik.

Kapan waktu terdekat memulainya?

Sekarang juga. Masih ada sisa waktu di hari ini. Saya bisa mulai merancang hal-hal apa saja yang bisa saya kerjakan esok hari, mencicil apa yang bisa saya lakukan malam ini, dan senantiasa berdoa agar diberikan kemudahan dalam mengamalkannya.

Tiga hal yang membekas bagi saya setelah membaca buku ini:

1.       Kamu adalah CEO hidupmu. Kamu tidak pelu sempurna dulu untuk menjadi pemimpin bagi dirimu sendiri. Kamu hanya perlu memaksimalkan peranmu. Maksudnya begini, jika ada seorang ibu rumah tangga memiliki mindset sebagai pemimpin, maka ia tidak perlu menunggu dirinya benar-benar bergelar pemimpin di sebuah perusahan atau sebuah organisasi untuk memulai membuat bekerja secara maksimal sesuai profesinya. Ia bisa menjadi ibu rumah tangga profesional sekarang juga jika ia mau. Dr Martin Luther King, Jr. berkata, jika profesimu hanyalah seorang tukang sapu, maka bekerjalah sebagaimana Shakespare berpuisi. Artinya dalam menyap kita harus maksimal. Kinclong. Seolah-olah engkau lah tukang sapu yang terbaik, tersempurna, dan satu-satunya. Sampai orang tanpa sadar berfikir bahwa dulu di sini hidup seorang tukan sapu terbaik di dunia. Ya, Kita hanya perlu memaksimalkan usaha atas peran yang kita emban saat ini.

2.       Mendahulukan adab sebelum ilmu, menurut saya hal ini berlaku dalam setiap keadaan. Bagaimana adab kita kepada orang lain menentukan akan menjadi sosok pemimpin seperti apa diri Anda. Mendengarkan diatas berbicara, perhatian, empati, suka menolong, jujur, integritas. Soft skills seperti itu memiliki peranan penting dalam membentuk kepemimpinan. Saya sendiri bersyukur bahwa akhlakul karimah ini diajarkan semua di agama saya, Islam. Dan semakin kokoh lah bahwa jangkar umat muslim dalam berakhlak, yakni pribadi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Beliau sudah mengajarkannya 1400 tahun yang lalu, yang bahkan Robin Sharma belum lahir dan teori-teori kepemimpinan belum menjamur di dunia ini. Rasulullah dalam berbagai shirah dan literatur telah menunjukan sosok pemimpin yang sangat ideal.

3.       Menjadi pemimpin tentu memiliki kebiasaan yang berbeda dari kebanyakan orang. Konsistensi, konkruensi, integritas, loyal, dsb menjadi makanan sehari-hari. Betapa sulitnya konsisten membangun kebiasan-kebiasan baik. Perjuangan ini lah yang harus ditanamkan untuk menjadi pemimpin.

Nah, itu lah hal-hal yang saya note dalam buku ini. Namun perlu berhati-hati, sayangnya di buku ini pembaca tidak digiring untuk mempersiapkan diri untuk kecewa jika ketika kita sudah maksimal berusaha namun hasil belum begitu nampak. Optimis boleh, namun tetap realistis. Jangan mudah kecewa jika belum berhasil menerapkan tips and trik dari buku ini. Coba lagi dan coba lagi. Orang yang berorientasi pada proses tidak akan mempedulikan akan seperti apa hasilnya. Yang ia tanamkan dalam dirinya adalah saya harus lebih baik dari saya yang kemarin, dan saya yang besok harus lebih baik dari saya hari ini. Selamat membaca :D 

Rabu, 11 Mei 2022

Book Review: Catatan Seorang Dokter dari Belantara Boven Digul



Judul: Kisah Nyata: Catatan Seorang Dokter dari Belantara Boven Digul

Pengarang: John Manangsang

Penerbit: Yayasan Obor Indonesia

Halaman: xx + 301 halaman


Menjadi seorang dokter, secara otomatis melekat kata “abdi masyarakat” di badannya. Setiap keputusan yang diambil, tentu diharapkan membawa maslahat yang banyak bagi pasien pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Tak jarang kita temui banyaknya praktek dokter di kota besar, sebutlah Jakarta. Hampir di setiap komplek terdapat praktek dokter pribadi, klinik, maupun rumah sakit. Tak heran jika sumber daya manusia yang sangat berlimpah ini membuat banyak sejawat dokter yang terpaksa tidak diterima kerja di suatu RS atau bekerja dengan gaji yang lebih miring. 

Mari kita lihat keadaan di Boven Digul. Sebuah kabupaten di pulau ujung Indonesia, Irian Jaya. Boven digul sendiri tak asing bagi yang mengikuti sejarah Indonesia. Di mana, tempat ini lah Mohammad Hatta dan Sultan Syahrir pernah diasingkan oleh penjajah agar tidak dapat memengaruhi rakyat Indonesia.


John Manangsang, seorang putra daerah dari tanah Papua, baru saja lulus menjadi dokter dan kembali ke tanah asalnya dalam program Wajib Kerja Sarjana (WKS) sebagai dokter Inpres, sekarang PTT. Seorang yang awal mulanya hanya bercita-cita sebagai pilot agar bisa menjelajah negeri, memutar haluannya menjadi seorang dokter dan mengabdi di tanah kelahirannya, Papua. Bukan hal yang mudah untuk John menjadi seorang dokter. Biaya sekolah yang mahal, lamanya waktu sekolah ( enam tahun ), dan begitu kembali ke Papua, tepatnya di Tanah Merah, John harus berdamai dengan keterbatasan sarana dan prasarana di daerah tempat mengabdinya.


Di tengah hingar-bingar globalisasi dunia; alat-alat yang semakin canggih, ilmu pengetahuan yang semakin maju, penelitian dan banyaknya penemuan di bidang kedokteran, Boven Digul seolah menjadi dunia lain. Tidak mengenal pesatnya pembangunan, maupun teknologi. Pun pendidikan dan kesehatan. Ketimpangan yang begitu nyata antara penduduk kota dan pedalaman Indonesia tergambar jelas di buku ini.


Buku ini awalnya hanya dicetak khusus untuk mahasiswa kedokteran, para dokter yang akan bertugas di pedalaman, atau daerah terpencil di pelosok negeri ini. John mengajak pembaca menikmati realita yang ada di masyarakat pedalaman. Terisolir di antara pegunungan dan hutan-hutan Papua, akses transportasi hanya berupa perahu yang mengambang di atas sungai Digul, dan pesawat yang hanya bisa singgah 2-3 minggu sekali. Berjalan kaki pun membutuhkan waktu berjam-jam dengan dengan risiko dihisap lintah di sepanjang jalan. Masyarakat miskin hanya mengonsumsi sagu bakar, ubi, pisang bakar. Daging dan ikan ibarat makanan surga yang sulit sekali untuk mereka dapatkan. Maka tak heran jika anak-anak pedalaman tampak buncit perutnya, bukan karena kelebihan makan, namun karena kekurangan gizi kronis.


Sebagai pembaca, emosi yang disampaikan buku ini sangat jelas terasa. Dilema sebagai seorang dokter saat harus mengambil keputusan, antara mengikuti etika dan batasan dalam memberikan terapi bagi masyarakat atau mengikuti nuraninya untuk menyelamatkan nyawa orang lain. Maju kena mundur kena. Maka mengikuti aturan kedokteran konvensional tidak lah mudah untuk diterapkan.


“Tidak melakukan tindakan apa-apa memang tidak berisiko bagi dokter, tetapi hal ini merupakan kesalahan. Berbuat sesuatu yang invasif agresif juga adalah salah. Namun demikian ada kemungkinan pasien bisa diselamatkan, kendatipun tidak mustahil pasien akan lebih cepat mati akibat tindakan tersebut.” Salah satu kutipan dr John di buku ini.


Kebanyakan dari kita melihat dunia hanya dari lingkungan kita saja. Orang-orang ber-”ada” dengan akses kesehatan yang mudah, jarang melakukan cek kesehatan hanya karena merasa “tidak perlu” atau “membuang waktu”. Sementara masyarakat di Boven Digul terpaksa tidak dapat melakukan pemeriksaan kesehatan, bahkan dalam keadaan sakit, karena memang terbatasnya sarana transportasi di sana.


Buku ini sangat bagus dibaca untuk kalangan medis maupun non medis, terutama orang-orang yang memegang kebijakan. Buku ini adalah saksi bisu apa yang terjadi di negeri yang mereka pimpin.  Pengalaman yang tertuang adalah guru berharga yang patut menjadi bahan diskusi untuk kemajuan bangsa ini. Permasalahan kesehatan yang dialami, mulai dari banyaknya anak dengan kondisi busung lapar kekurangan energi dan protein, parasit dan berbagai kuman yang mematikan, dan juga masalah endemis di Indonesia yang menjadi musuh besar di banyak tempat, yaitu TBC. 


Tantangan lain yang dihadapi adalah minimnya pengetahuan kesehatan membuat masyarakat di sana lebih percaya pada hal-hal magis dibanding hal yang ilmiah. Lebih memilihh berobat ke dukun dibandingkan ke Puskesmas. 


Buku ini juga cocok dibaca untuk anak-anak SMA. Kita dapat mengambil banyak hikmah dari konsistensi dan semangat juang dr John dalam meraih cita-citanya, yang bahkan orang lain pun menyepelekannya. Hal ini yang mungkin sulit di dapat oleh kebanyakan pemuda di perkotaan (jaman sekarang). Kemajuan teknologi, kemudahan mengakses ilmu, kebutuhan yang terpenuhi, membuat mereka cenderung memilih yang instan. Berkutat dengan zona nyaman tanpa adanya keinginan untuk berlepas diri darinya.


Sayangnya buku ini sudah tidak dicetak lagi. Saya pun mendapatkan buku ini secara secondhand di marketplace. Padahal buku ini bisa menginspirasi banyak orang. Bisa jadi sebenarnya ada banyak dr John-dr John yang lain yang saat ini sedang bergelut dengan dilema dokter di pedalaman. Terimakasih untuk semua teman sejawat yang telah mengambil peran dan menggantikan kami berkecimpung di pelosok negeri ini.

Tips Membuat Infografis dengan Canva

Hallo teman-teman… Apa kabarnya nih? Semoga sehat selalu ya… nah, teman-teman di sini adakah yang suka mendesain? Jaman now , desain itu tid...