Anak shoalih lahir dari orangtua yang shalih/shalihah, menurut
saya it can be relate. Pas banget. Apa yang menjadi kebiasaan orangtua kita,
tanpa sadar hal tersebut terpatri dalam diri kita.
Ada seorang teman bercerita tentang adiknya, adiknya ini
bercita-cita menjadi dokter di UKS seperti uminya. Alasannya apa? Karena uminya
punya banyak waktu untuk tilawah Quran. Masyaallah.
Ada lagi seorang temanku, dia 6 bersaudara, dan 3 dari
saudaranya adalah hafidz, salah satuya malah menjadi imam di masjid kampusku. Ketika
ia ditanya, “Apasih rahasia orangtuamu, kok bisa melahirkan anak-anak sholih
yang hafidz seperti ini?” temanku menjawab, “Ibuku, beliau orang yang tidak pernah
menyelesihi suaminya. Jarang sekali membuat marah suaminya.” Aku tersentil
dengan kalimat polosnya. Dan kini, si shalihah yang juga seorang dokter ini,
dia sedang berusaha menghafalkan Alquran, masyaAllah.
Betapa orangtua itu benar sangat berpengaruh pada kualitas
anak yang dididiknya. Anak adalah peniru ulung orangtuanya. Anak mencontoh dari
orangtuanya. Bahkan setelah menikah, apa yang ia bawa ke keluarga barunya tanpa
sadar adalah hasil filtrasi selama ia melihat keluarga ayah dan ibunya.
Tentu ini menjadi PR dan catatan untuk yang baru menikah,
atau yang akan memiliki anak, atau yang sudah memilikinya. Bahwa kita pun kelas
akan meninggalkan bekas ingatan pada anak-anak kita. Hal-hal yang baik akan di
kopi, demikian juga hal yang kurang baik. Semua terekam dalam mega server di
otak kita.
Berarti jika orangtuanya missal tidak baik, kemudian anaknya
juga pasti tidak baik, begitu? Kasihan dong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah mampir. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.