Rabu, 26 Januari 2022

Anak Shalih Cerminan Orangtua Shalih/Shalihah


Anak shoalih lahir dari orangtua yang shalih/shalihah, menurut saya it can be relate. Pas banget. Apa yang menjadi kebiasaan orangtua kita, tanpa sadar hal tersebut terpatri dalam diri kita.

Ada seorang teman bercerita tentang adiknya, adiknya ini bercita-cita menjadi dokter di UKS seperti uminya. Alasannya apa? Karena uminya punya banyak waktu untuk tilawah Quran. Masyaallah.

Ada lagi seorang temanku, dia 6 bersaudara, dan 3 dari saudaranya adalah hafidz, salah satuya malah menjadi imam di masjid kampusku. Ketika ia ditanya, “Apasih rahasia orangtuamu, kok bisa melahirkan anak-anak sholih yang hafidz seperti ini?” temanku menjawab, “Ibuku, beliau orang yang tidak pernah menyelesihi suaminya. Jarang sekali membuat marah suaminya.” Aku tersentil dengan kalimat polosnya. Dan kini, si shalihah yang juga seorang dokter ini, dia sedang berusaha menghafalkan Alquran, masyaAllah.

Betapa orangtua itu benar sangat berpengaruh pada kualitas anak yang dididiknya. Anak adalah peniru ulung orangtuanya. Anak mencontoh dari orangtuanya. Bahkan setelah menikah, apa yang ia bawa ke keluarga barunya tanpa sadar adalah hasil filtrasi selama ia melihat keluarga ayah dan ibunya.

Tentu ini menjadi PR dan catatan untuk yang baru menikah, atau yang akan memiliki anak, atau yang sudah memilikinya. Bahwa kita pun kelas akan meninggalkan bekas ingatan pada anak-anak kita. Hal-hal yang baik akan di kopi, demikian juga hal yang kurang baik. Semua terekam dalam mega server di otak kita.

Berarti jika orangtuanya missal tidak baik, kemudian anaknya juga pasti tidak baik, begitu? Kasihan dong.

Ada yang Namanya pemutusan mata rantai. Di mana jika sesuatu yang tidak baik itu kamu terima, maka usahakan hanya berhenti di kamu, tidak diteruskan ke anak-anakmu. Tidak mudah memang, bahkan emosi dan ingatan masa lalu bisa saja muncrat ke permukaa karena jiwa-jiwa orang tua jaman sekarang yang renggang akan teladan yang baik semasa kecilnya. Dalam ilmu kedokteran jiwa ada yang Namanya tilikan diri. Semakin seseorang menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan dirinya, itu adalah pertanda bagus, di mana ia memiliki tilikan diri yang baik. Dalam kasus ini pun, ketika kita menyadari ada yang tidak beres dengan pola pengasuhan orangtua kita di masa lalu, tidak berarti kita akan menjadi pelaku yang sama, bukan? Dengan tilikan diri yang baik kita akan segera mengerem hal-hal yang tidak perlu kita teruskan. Tidak mudah memang, namun berdiskusi lah dengan suami, dengan lingkungan sekitar. Suppost system yang baik akan membuat lebih mudah menjalaninya. Selamat berjuang!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah mampir. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.

Tips Membuat Infografis dengan Canva

Hallo teman-teman… Apa kabarnya nih? Semoga sehat selalu ya… nah, teman-teman di sini adakah yang suka mendesain? Jaman now , desain itu tid...