Jumat, 29 Juli 2022

Mitos ke-29 Sering Minum Air Dingin Bisa Bikin Gemuk

 


“Jangan sering-sering minum air dingin, nanti jadi gemuk lho!”

Apakah Anda familiar dengan larangan ini? Padahal kebanyakan orang gemar meminum air dingin, apalagi saat matahari sedang terik. Minum air dingin bisa menghilangkan dahaga lebih cepat dibandingkan dengan air hangat. Meskipun menyegarkan, banyak orang melarang mengonsumsi air dingin karena dianggap dengan menonsumsi air dingin akan membekukan lemak yang ada di dalam tubuh, apalagi jika sebelumnya baru saja makanan makanan berlemak. Namun, apakah air dingin bisa membuat gemuk?

 

Penjelasan Ilmiah

Pada dasarnya air dingin tidak mengandung kalori sehingga informasi ini hanyalah mitos belaka. Faktor yang menyebabkan berat badan berlebih adalah karena adanya surplus kalori (kalori berlebih). Suhu air tidak mempengaruhi berat badan seseorang. Ketika masuk tubuh, suhu akan menjadi netral. Yang mempengaruhi berat badan adalah ketika air yang dikonsumsi mengandung gula, sirup dan pemanis lainnya. Saat tubuh kelebihan gula makan akan disimpan dalam bentuk lemak, gula akan menyumbang peningkatan penumpukan lemak pada tubuh dan menyebabkan kegemukan.

Ada sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa air dingin membantu menurunkan berat badan. Hal ini terjadi karena air dingin meningkatkan laju metabolisme tubuh, yaitu dengan membakar karbohidrrat dan lemak untuk menghasilkan panas dan menyeimbangkan suhu inti tubuh.

Penelitian menyebutkan minum 500 cc air meningkatkan metabolisme sebesar 30 persen dalam 10 menit, mencapai maksimum setelah 30-40 menit dengan respons termogenesis total 100 kJ. Pada pria lemak memicu peningkatan laju metabolisme dan menstimulasi lipolisis (penghancuran lemak). Minum 2 liter air perhari akan menambah pengeluaran energi sekitar 400kJ.

Namun, konsep efek termogenik air ini masih kontroversial karena pada penelitian lain menemukan bahwa minum air suling pada suhu kamar tidak meningkatkan pengeluaran energi. Mendinginkan air sebelum diminum sangat sedikit merangsang respons termogenik. Hasil penelitian ini masih meragukan apakah air bisa menjadi agen termogenik untuk pengelolaan obesitas.

Meskipun demikian, konsumsi air putih sangat baik untuk tubuh kita. Air adalah bagian penting dari tubuh kita. 70% tubuh kita terdiri dari air. Air membantu transportasi oksigen dan nutrisi ke sel dan organ dan mengatur suhu tubuh. Selain itu juga berguna meembabkan kulit, membantu pencernaan. Pada orang dewasa, konsumsi air putih yang disarankan yaitu sekitar delapan gelas berukuran 230 ml per hari atau total 2 liter. Selain dari minuman, makanan juga dapat memberikan asupan cairan pada tubuh yaitu sekitar 20%.


referensi:
Michael Boschmann, Jochen Steiniger, Uta Hille, Jens Tank, Frauke Adams, Arya M. Sharma, Susanne Klaus, Friedrich C. Luft, Jens Jordan, Water-Induced Thermogenesis, The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, Volume 88, Issue 12, 1 December 2003, Pages 6015–6019, https://doi.org/10.1210/jc.2003-030780

Phyo EM, Mya KS. Wffect of Water on Obesity: sistematic Review and meta-analysis. Myanmar Medical Journal. September 2020 - Vol: 62, No. 3

Clive M. Brown, Abdul G. Dulloo, Jean-Pierre Montani, Water-Induced Thermogenesis Reconsidered: The Effects of Osmolality and Water Temperature on Energy Expenditure after Drinking, The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, Volume 91, Issue 9, 1 September 2006, Pages 3598–3602, https://doi.org/10.1210/jc.2006-0407

Progam Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI. 2018. Berapa takaran normal air agar tidak kekurangan cairan dalam tubuh ? diakses tanggl 30 Juni 2022.


Rabu, 27 Juli 2022

Narkolema

 [Nar-ko-le-ma]


Narkoba lewat mata. Adalah salah satu jenis narkoba yang tidak tampak wujudnya, mudah diakses, namun sulit diberantas. Apakah kamu tau?

Narkoba itu adalah pornografi. 

Pornografi jaman sekarang banyak berbeda dengan jaman dahulu. Bukan dari segi kontennya, ya. Tapi dari segi penyebarannya. 

Dewasa ini, salah satu efek samping dari revolusi industri 4.0 yang dijalankan di Indonesia, berpengaruh besar pada sporadisasi penyebaran pornografi lewat internet. 

Dulu untuk mendapatkan kepuasan ketika mengonsumsi pornografi, seseorang harus sembunyi-sembunyi. Berharap tidak ada orang yang tahu bahwa ia melakukan hal tercela karena martabat dan reputasinya bisa hancur seketika. Dia mungkin akan dicap sebagai orang yang tidak memiliki norma, cabul, maniak, atau gangguan jiwa lainnya.  

Sementara sekarang ini, pornografi bisa diakses dari internet hanya dengan sekali klik pada layar handphone. Bahkan tanpa kita masuk ke situs porno secara sukarela, perusahaan pornografi dengan sengaja mengampanyekan mereka dengan kata kunci yang bisa jadi mirip dengan apa yang kita cari. Dan itu bisa jadi masih dalam lingkup kata-kata keseharian. 

Saat ini sayang sedang membaca buku Mark B. Kastrelal yang berjudul "The Drug of The New Millenium". Narkoba milenium baru. 

Buku ini sangat menarik dan membuka wawasan kita tentang apa yang terjadi pada orang-orang yang kecanduan narkoba. 

Kenyataannya adiksi pada narkoba sering kali memunculkan hal negatif. 

Ada satu bab di buku ini yang menurut saya sangat menarik, yaitu tentang proses yang terjadi dibalik aktivitas seksual kita. 

Ternyata, di tubuh kita terutama di otak kita menghasilkan berbagai zat ketika kita berhubungan seksual, yaitu dopamin, serotonin, testosteron, norepinefrin, dan oksitosin. Zat zat ini sebenarnya baik sekali bagi tubuh kita, jika dan hanya jika dilakukan dengan suami/istri yang sah. Jika itu didapat dari hubungan tidak sah maupun dari melihat pornografi, maka manfaat ketenangan dan hal hal yang dihasilkan oleh zat tersebut tidak akan bermanfaat justru kan merusak tubuh orang tersebut. 

Pornografi berdasarkan penelitian juga sangat merusak bagian otak depan kita (prefrontal cortex) yang mana bagian ini yang membuat kita berfikir dan membedakan baik dan benar. Bagian ini lah yang membedakan manusia dengan binatang. 

Saat visual yang kita tangkap oleh mata, otak bagian emosi akan merangsang stimulus tersebut lebih dahulu, dan menyimpannya di otak tanpa melewati pusat logika. Hal ini sangat berbahaya bukan, memori ini akan tersimpan dan bisa muncul sewaktu-waktu. Itu juga lah yang disebut bahwa otak kita adalah kamus berjalan. Segala jenis gambar porno yang ditonton, akan dengan sangat muda tersimpan di memori. Kecanduan ini akan merusak prefrontal cortex manusia. 



--- cont....

Insyaallah akan bersambung dengan bahasa yang lebih baik. 

Selasa, 26 Juli 2022

Mitos ke-28 Tidak Makan setelah Olahraga agar Latihannya tidak Sia-sia

  

Banyak orang mengira jika makan setelah berolahraga akan membuat latihan yang sudah dilakukan sia-sia. Padahal kepercayaan ini cenderung berpotensi menggagalkan latihan itu sendiri. Selain itu ada juga kepercayaan bahwa berjalan setelah makan menyebabkan kelelahan, sakit perut, dan jenis ketidaknyamanan lainnya. Tahukah Anda, ada manfaatya lho makan sebelum ataupun sesudah berolahraga, yuk kita simak pejelasan berikut.

 

Penjelasan Ilmiah

Yang terjadi ketika berolahraga

Saat melakukan latihan, tubuh kita akan kehilangan banyak energi, otot akan menggunakan simpanan energi glikogennya, beberapa protein otot juga rusak akibat latihan kekuatan.  Untuk itu Anda perlu makan setelah olahraga untuk mengisi ulang cadangan energi tubuh dan untuk memperbaiki sel-sel otot yang rusak akibat berolahraga. Apa yang dimakan setelah berolahraga pun tergantung pada durasi, jenis, dan intensitas latihan.

Setelah berolahraga, tubuh mencoba membangun kembali simpanan glikogennya serta memperbaiki dan menumbuhkan kembali protein otot. Makan dengan nutrisi yang tepat segera setelah berolahraga dapat membantu tubuh dalam melalukan beberapa hal, yaitu:

·         mengurangi pemecahan protein otot

·         meningkatkan pembentukan protein otot

·         mengembalikan simpanan glikogen

·         meningkatkan pemulihan

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa gula darah akan menurun dalam kondisi latihan dibandingkan dengan yang tidak latihan (P<0.038). dalam sistematik revieu menunjukkan bahwa ada efek yang menguntungkan jika makan setelah berlatih untuk meningkatkan respon gula darah.

 

 

Makanan apa saja yang dianjurkan setelah berolahraga?

Karbohidrat tinggi bermanfaat untuk latihan ketahanan seperti berlari atau bersepeda yang berlangsung lebih dari satu jam. Sedangkan konsumsi protein dengan kombinasi bermanfaat setelah latihan kekuatan. Setiap makronutrien - protein, karbohidrat, dan lemak - terlibat dalam proses pemulihan tubuh setelah latihan.

Protein

Olahraga memicu pemecahan protein otot. Hal ini tergantung pada jenis dan tingkat latihan. Bahkan atlet yang terlatih pun mengalami kerusakan protein otot. Mengonsumsi protein dalam jumlah yang cukup setelah berolahraga memberi tubuh asam amino yang dibutuhkan untuk memperbaiki dan membangun kembali protein yang diperlukan untuk membangun jaringan otot baru

Jumlah protein yang disarankan adalah 0,14–0,23 gram/kg dan 0,3–0,5 gram/kg segera setelah berolahraga. Penelitian membuktikan bahwa konsumsi protein sebelum dan sesudah latihan memiliki efek yang sama pada kekuatan otot, hipertrofi, dan perubahan komposisi tubuh. mengonsumsi 20-40gram protein bisa memaksimalkan tubuh untuk pulih setelah berolahraga

Karbohidrat

Simpanan glikogen tubuh digunakan sebagai bahan bakar selama berolahraga, dan mengonsumsi karbohidrat setelah berolahraga membantu mengisinya kembali. Pada olahraga ketahanan (berlari, berenang) tubuh lebih banyak menggunakan glikogen daripada latihan ketahanan.

Jumlah karbohidrat yang disarankan 0,5-0,7 gram/kg konsumsi karbohidrat dalam waktu 30 menit setelah latihan menghasilkan pembentukan kembali glikogen yang tepat, terutama bagi orang yang sering berolahraga (misal 2 kali dalam sehari).

Konsumsi karbohidrat bersamaan dengan protein membantu meningkatkan sekresi insulin yang mendorong sintesis glikogen. Konsumsi keduanya dengan perbandingan 3:1 (karbohidrat : protein).

 

Lemak

Banyak orang berpikir bahwa makan lemak setelah berolahraga memperlambat pencernaan dan menghambat penyerapan nutrisi. Meskipun lemak dapat memperlambat penyerapan makanan setelah berolahraga, lemak tidak akan mengurangi manfaatnya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa konsumsi makanan berlemak tinggi (45% energi dari lemak) setelah berolahraga tidak memengaruhi sintesis glikogen otot. Namun, ada baiknya membatasi jumlah lemak yang dikonsumsi setelah berolahraga.

 

Kapan waktu ideal makan setelah berolahraga?

Berdasarkan penelitian, waktu ideal untuk mengonsumsi makanan serelah berolahraga adalah 45 menit sampai 2 jam setelah berolahraga. Jika lebih dari 2 jam, pertimbangkan snack. Snack yang bagus setelah olahraga diantaranya yogurt dan buah, sandwich dengan selai kacang, susu coklat low fat, roti gandum utuh dengan sayuran.

Selain mengonsumsi makanan setelah berolahraga, konsumsi air putih juga dangan penting untuk memenuhi kebutuhan cairan sebelum, selama, dan setelah latihan.

 

Simpulan

Makan setelah berolahraga tidak mengapa, bahkan dianjurkan


Referensi:

Aqeel M, Forster A, Richards EA, Hennessy E, McGowan B, Bhadra A, Guo J, Gelfand S, Delp E, Eicher-Miller HA. The Effect of Timing of Exercise and Eating on Postprandial Response in Adults: A Systematic Review. Nutrients. 2020 Jan 15;12(1):221. doi: 10.3390/nu12010221. Erratum in: Nutrients. 2020 Apr 29;12(5): PMID: 31952250; PMCID: PMC7019516.

Hijikata Y, Yamada S. Walking just after a meal seems to be more effective for weight loss than waiting for one hour to walk after a meal. Int J Gen Med. 2011;4:447-50. doi: 10.2147/IJGM.S18837. Epub 2011 Jun 9. PMID: 21731896; PMCID: PMC3119587.

Coelho, J., Roefs, A., Havermans, R., Salvy, S.-J., & Jansen, A. (2011). Effects of exercising before versus after eating on dieting and exercise evaluations: A preliminary investigation. Canadian Journal of Behavioural Science/Revue Canadienne Des Sciences Du Comportement, 43(1), 63–67. doi:10.1037/a0021736

Health line.2019. What Are the Best Foods to Eat After an Intense Workout? Diakses tanggal 30 Juni 2022 dari https://www.healthline.com/health-news/what-are-the-best-foods-to-eat-after-an-intense-workout#Post-workout-foods

Mayo Clinic. Eating and exercise: 5 tips to maximize your workouts diakses tanggal 30 Juni 2022 dari https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/fitness/in-depth/exercise/art-20045506

Semeco A, Shatzman C, Palladino A. 2021. Post-Workout Nutrition: What to Eat After a Workout. Diakses tanggal 30 Juni 2022 dari https://www.healthline.com/nutrition/eat-after-workout

Senin, 25 Juli 2022

Mitos ke-27 Mengganti Nasi Putih dengan Kentang Rebus pada Penderita Diabetes

 

Menjadi penderita diabetes melitus (diabetesi), atau sering dikenal dengan penyakit kencing manis, membuat seseorang tidak bisa lagi leluasa mengonsumsi beberapa jenis makanan. Tidak jarang orang justru menghindari makan sama sekali. Banyak mitos yang beredar di masyarakat mengenai manajemen pola dan jenis makanan pada penyakit ini, salah satunya adalah dengan mengganti produk nasi dengan kentang rebus.

Kepercayaan ini muncul karena kentang dianggap memiliki indeks glikemik (IG) yang rendah. IG menunjukkan kemampuan suatu makanan yang mengandung karbohidrat dalam meningkatkan kadar gula dalam darah. Konsep IG ini digunakan untuk mengelompokkan makanan berdasarkan kemampuannya dalam meningkatkan kadar gula darah.​​ IG dirancang untuk pengidap diabetes melitus sebagai panduan untuk memilih makanan yang tepat agar kadar gula darahnya tetap terkendali. Makanan dengan nilai IG yang rendah menghasilkan respon gula darah yang rendah setelah dikonsumsi, begitu pula sebaliknya.

 

Penjelasan Ilmiah

Mengapa perlu menilai glikemik indeks?

Makanan yang cepat menaikkan kadar gula akan membuat pankreas bekerja keras dalam menghasilkan insulin. Perencanaan makan bagi seorang diabetesi merupakan hal yang mutlak dilakukan. Salah satunya memilih makanan dengan indeks glikemik rendah, yakni kurang dari 55. Memang tak semua orang bisa mudah mempraktikkan pola makan dengan IG rendah. Adapun klasifikasi pangan menurut indeks glikemik adalah: IG rendah adalah ≤55, IG sedang 56-70, IG tinggi ≥71.

Selain itu, proses pemasakan atau pemanasan akan menyebabkan kenaikan IG. Hal ini terjadi karena saat pemanasan terjadi proses pecahnya granula pati sehingga terbentuklah molekul pati. Enzim pencernaan di usus akan lebih mudah mencerna molekul pati ini karena mendapatkan tempat bekerja yang lebih luas. Hal inilah yang menyebabkan proses pemasakan atau pemanasan dapat menyebabkan terjadinya kenaikan IG pangan.

 

Index Glikemik pada Nasi dan Kentang

Ternyata nasi putih dan kentang sama-sama tergolong dalam sumber karbohidrat dengan IG tingi, artinya baik nasi putih atau pun kentang rebus dapat menigkatkan gula darah secara cepat, sehingga kurang cocok dikonsumsi berlebih oleh diabetesi. Pilihan yang lebih sehat adalah nasi merah dan gandum utuh, karena nilai GI nya cukup rendah. Selain itu tambahkan asupan serat pangan yang bisa anda dapatkan dari sayur dan buah-buahan.

Mengutip dari website Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) kementrian kesehatan menyebutkan bahwa ada beberapa cara dalam mengatur diet rendah IG pada dieabetesi, yaitu:

1.      Memilih pangan (karbohidrat) yang tidak menaikkan kadar gula darah secara drastis. Diet rendah karbohidrat terbukti dapat menjaga stabilitas gula darah, HbA1c, profil lipid, dan pengurangan kebutuhan obat diabetes. Batasi penggunaan karbohidrat kompleks seperti: Nasi, lontong, roti, ketan, jagung, kentang, dll. Dikurangi jumlahnya dari kebiasaan sehari-hari. Hindari penggunaan sumber karbohidrat sederhana/ mudah diserap seperti gula pasir, gula jawa, sirup, selai, manisan, buah-buahan, susu kental manis, minuman botol ringan, dodol, es krim, kue-kue manis, bolu, abon, dendeng, dan sarden

2.      Makan dengan potongan besar. Makanan dengan potongan besar membutuhkan waktu lebih lama untuk dilumatkan dan diserap tubuh. Makanan ini bergerak perlahan menuju pencernaan. Jadi, semakin utuh makanan dan sedikitnya makanan diolah, semakin rendah indeks glikemiknya. Pada praktiknya, pilih makanan yang utuh daripada makanan yang sudah dihaluskan. Sebagai contoh, alih-alih minum jus buah, lebih baik makan buah utuh.

3.      Makanan kaya serat. Makanan kaya serat seperti kacang-kacangan, buah kering, sereal kaya serat, pasta, dan roti memiliki indeks glikemik rendah. Konsumsi serat dapat mengurangi laju masuknya nutrisi dari usus. Jadi, tambahkan porsi dari jenis makanan ini dalam pola makan harian. Konsumsi serat yang disarankan 20-35 gram per hari.

4.      Konsumsi protein. Protein berfungsi sebagai cadangan energi sekaligus memperlambat proses pencernaan. Hindarin protein yang mengandung saturated fatty acid (SAFA) seperti daging sapi, daging kambing, dan produk hewani olahan.

5.      Pilih lemak sehat. Seperti protein, lemak sehat juga memperlambat proses pencernaan. Kandungan lemak sehat bisa menurunkan kadar glikemik pada makanan, selain itu juga bisa membuat cepat kenyang. Pilih lemak sehat seperti yang terdapat dalam minyak sayur atau kacang-kacangan. Hindari konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh dan lemak trans seperti daging berlemak dan susu fullcream.

Diet rendah IG terbukti mengontrol glikemik pada diabetesi dan mengurangi serum lipid pada penderita hiperlipidemia (kolesterol dalam darah tinggi). Selain itu, diet rendah IG dapat meningkatkan kolesterol HDL (yaitu kolesterol baik) dan menurunkan risiko terkena diabetes dan penyakit kardiovaskular, menurunkan risiko terjadinya kanker usus besar dan payudara. Hal ini menunjukkan jenis makanan yang mengandung IG rendah berperan penting dalam pengobatan dan pencegahan peyakit kronis.

 

Simpulan

Konsumsi kentang rebus untuk mengganti nasi pada diabetesi kurang tepat. Tabel glikemik indeks pada makanan dapat Anda akses dengan mudah di internet. Pelajari jenis karbohidrat apa saja yang aman dan sebaiknya dikonsumsi bagi diabetesi. Jika Anda adalah seorang diabetesi, konfirmasi dan konsultasikan dengan dokter Anda jenis makanan apa saja yang Anda makan untuk manajemen terapi yang lebih baik.

Sabtu, 23 Juli 2022

Mitos ke-26 Penyakit Jantung dan Stroke Hanya Menyerang Orangtua

 

Selama ini kita mengira bahwa penyakit jantung dan stroke hanyalah penyakit yang terjadi pada orangtua. Sehingga kebanyakan anak muda jaman sekarang merasa tidak perlu menjaga kesehatannya. Namun, tahukah Anda, penyakit stroke dan serangan jantung bisa mengenai setiap orang dan setiap saat?

Penyakit yang mengenai jantung dan pembuluh darah dikenal sebagai istilah cardiovascular disease (CVD).

Risiko terkena serangan jantung sudah mulai sejak usia muda. Hasil otopsi terhadap tentara Amerika yang meninggal di Afganistan ditemukan, 12 persen tentara amerika tersebut mengalami penyempitan pembuluh darah akibat plak di pembuluh darah. Selain itu, penyakit stroke lebih banyak menyerang pada usia di bawah 45 tahun. Menurut penelitian dari University of Cinnati Neuroscience Institute, Amerika Serikat, penderita stroke berusia muda tersebut meningkat hingga 7.3 persen pada tahun 2005. Padahal di tahun 1994 penderita stroke usia dini hanya 4.5 persen.

Berdasarkan penelitian oleh National Heart Lung and Blood Institute (NHLBHI’s), dari 1880-2003 terdapat 3 dari 1000 pria terkena penyakit jantung koroner (PJK) pada usia 35-44 tahun. Prevalensi pada tahun 2010 terjadi pada usia 18-44 tahun sebanyak 1,2 %. Sedangkan penelitian di India pada tahun 1991, sebanyak 5-10% penderita mengelami PJK pada usia dibawah 40 tahun. penyakit jantung koroner terjadi pada usia kurang dari 45 tahun terjadi sekitar 1-2% dari kasus PJK.

 

Mengapa hal ini dapat terjadi?

Gaya hidup tidak sehat menadi faktor utama terjadinya stroke dan serangan jantung di usia muda. Selain faktor gaya hidup, masih ada faktor lingkungan dan genetik. Adapun faktor risiko terjadinya penyakit CVD, antara lain:

1.      Atherosklerosis adalah penyebab tersering serangan jantung di usia 35-74 tahun. Kondisi ini disebabkan oleh timbunan plak di pembuluh darah.

2.      Merokok

Survey yang dilakukan oleh American Heart Association (AHA) merokok dan tekanan darah sistolik yang tinggi lah yang amenjadi penyebab terjadinya penyakit CVD. Tahun 2011, penggunaan rokok di Amerika pada anak SMP atau SMA sebesar 1,5%, dan meningkat tajam menjadi 27.4% pada tahun 2019. Hal ini menunjukkan bahwa merokok sudah sudah menjadi kebiasaan buruk sejak muda.

3.      Kurangnya aktivitas fisik

4.      Konsumsi makanan yang tidak sehat.

5.      Overweight atau obesitas

6.      Kolesterol darah yang tinggi

Kolesterol tinggi yang berlangsung lama bisa menyebabkan gagal jantung di kemudian hari, penelitian menunjukkan orang dengan usia 18-39 tahun memiliki profil lipid yang lebih tinggi daripada dewasa (≥ 40 tahun).

7.      Hipertensi, diabetes melitus. Berdasarkan NHANES 2013 to 2016, 16,3% orang yang berusia 18-44 tahun mengalami diabetes, sedangkan penderita diabetes pada usia ≥ 65tahun adalah 4.3%.

8.      Sindrom metabolik. Orang berusia 20-39 tahun berisiko mengalami sindrom metabolik sebesar 19.3%, pada usia 40-59 tahun sebesar 37.7%  dan pada usia >60 tahun sebesar 54.9%. 1000 langkah setiap hari menurunkan risiko terjainya MS

 

Bagaimana perjalanan penyakit jantung atau stroke?

Sekitar 4% serangan jantung pada dewasa muda disebabkan karena kelainan struktur anatomi pembuluh darah arteri koroner . Sekitar 5% terjadi karena adanya sumbatan darah yang bersasal dari mana saja dan terbawa ke pembuluh koroner kemudian menyumbat pembuluh darah, 5% lainnya karena kelaianan yang bermacam-macam seperti meningkatnya pembentukan clot di dalam darah. Sekitar 6% dari penyakit jantung koroner terjadi karena spasme/kontraksi atau inflamasi pada pembuluh arteri koroner. Selain itu bisa dipicu oleh karena terapi radiasi pada tumor dada, trauma pada dada, penyalahgunaan kokain, amfetamin dan obat-obat lainnya.

 

Seberapa bahaya kah penyakit jantung dan stroke ini?

Stroke menyebabkan kematian pada pada usia 35-64 tahun. Berdasarkan data dari NHANES tahun 2015-2018, kejadian CVD (CHD, HF, stroke, hipertensi) pada dewasa >20 th adalah sebesar 49.2%. Kematian akibat serangan jantung pada wanita 2x lebih besar dari pada pria pada usia di bawah 50 tahun. Namun, kemungkinannya pada usia muda lebih baik dari usia tua. Sehingga untuk mencegah keparahan, alangkah baiknya jika seseorang dengan risiko tinggi segera melakukan deteksi dini dan pengendalian faktor risiko.

 

Referensi:

Aggarwal A, Srivastava S, Velmurugan M. Newer perspectives of coronary artery disease in young. World J Cardiol. 2016 Dec 26;8(12):728-734. doi: 10.4330/wjc.v8.i12.728. PMID: 28070240; PMCID: PMC5183972.

Sanchis-Gomar F, Perez-Quilis C, Leischik R, Lucia A. Epidemiology of coronary heart disease and acute coronary syndrome. Ann Transl Med. 2016 Jul;4(13):256. doi: 10.21037/atm.2016.06.33. PMID: 27500157; PMCID: PMC4958723.

Diana N et al. Premature Atherosclerotic Cardiovascular Disease: Trends in Incidence, Risk Factors, and Sex‐Related Differences, 2000 to 2016. Journal of the American Heart Association. 2019;8:e012178. https://doi.org/10.1161/JAHA.119.012178

Salim S et al. Heart Disease and Stroke Statistics – 2021 updates. A repost from the American Heart Association. Circulation. 2021;143:e254–e743. https://doi.org/10.1161/CIR.0000000000000950

Nutrifood Research Center. 2014. Buka Fakta! 101 Mitos Kesehatan. PT Gramedia Pustaka Utama.

Jumat, 22 Juli 2022

Mitos ke-23 Minum Obat terus Membuat Ginjal Rusak?

 

Banyak orang masih ragu untuk minum obat jangka panjang, karena dianggap meminum obat terus menerus justru merusak ginjal. Sebenarnya, informasi tersebut mitos atau bukan, ya? Hal ini kerap ditanyakan terutama pada penderita penyakit kronis seperti diabetes melitus (kencing manis) dan hipertensi (tekanan darah tinggi). Pasalnya, berdasarkan informasi ini banyak penderita diabetes dan hipertensi akhirnya enggan mengonsumsi obat, bahkan ada yang beralih ke pengobatan herbal. Bagaimana kita menyikapi informasi ini?

Beberapa obat memang tidak dianjurkan untuk dikonsumsi jangka panjang. Hal ini berkaitan dengan kemampuan ginjal dalam memfilter darah dan ekskresi dari obat tersebut. Namun, khusus untuk pengobatan pada penyakit diabetes dan hipertensi, menurut beberapa ahli, penggunaan obat untuk diabetes dan hipertensi justru bermanfaat untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih serius, bahkan ada obat antihipertensi yang memiliki efek proteksi terhadap ginjal.

National Intitute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease menjelaskan bahwa obat golongan ACE inhibitor dan ARB bisa memperlambat hilangnya fungsi ginjal dan menunda terjadinya gagal ginjal. Pada nama generiknya, ACEi adalah obat yang berakhiran -pril, dan ARB adalah obat yang berakhiran -sartan, contoh lisinopril, losartan. Hal ini terjadi karena ginjal memiliki banyak pembuluh darah kecil yang rentan mengalami kerusakan akibat tekanan darah tinggi yang berlangsung lama, sedangkan obat-obat ini justru melindungi ginjal dari komplikasi yang lebih serius oleh sebab penyakit diabetes dan hipertensi.

 

Ada apa dengan ginjal kita?

Ginjal berfugsi untuk menyaring darah yang ada di tubuh kita. Selain itu di ginjal juga memproduksi hormon yang mempertahankan kestabilan tekanan darah dan memproduksi sel darah merah. Ginjal bahkan memproduksi vitamin D yang berfungsi untuk tulang.

Pada penderita darah tinggi kronis terjadi penebalan dinding pembuluh darah arteri dan pembuluh darah kecil di ginjal. Penebalan ini menyebabkan kerusakan organ. Hal tersebut dikarenan adanya sel yang memproduksi renin, yaitu suatu hormon yang mengatuh tekanan darah. Sel renin memicu penumpukan jenis sel lain, sel otot polos, yang menyebabkan pembuluh darah menebal dan kaku. Hasilnya darah tidak bisa mengalir melalui ginjal.

 

Obat apa saja yang merusak ginjal?

Selain obat hipertensi dan diabetes, ada beberapa obat yang memang tidak boleh dikonsumsi dalam waktu lama. Obat tersebut adalah:

Antibiotik

Beberapa obat antibiotik bisa membuat kristal yang tidak hancur dan bisa menghambat laju urin. Bahan pada antibiotik juga bisa merusak sel ginjal ketika proses penyaringan. Hal ini karena obat antibiotik akan dikeluarkan melalui ginjal, sehingga mengonsumsinya akan membuat ginjal bekerja lebih berat. Selain itu beberapa orang juga memiliki reaksi alergi terhadap antibiotik yang bisa berefek pada ginjal. Semua ini terjadi jika menggunakan antibiotik dalam jangka panjang atau dosis yang digunakan sangat tinggi. Pengobatan jangka panjang juga memicu resistensi antibotik. Maka, penting untuk mengikuti saran dari dokter.

Diuretik

Obat jenis ini biasa digunakan untuk mengeluarkan cairan di dalam tubuh, pengobatan untuk tekanan darah tinggi, dan pembengkakan. Ketika tubuh kelebihan cairan, obat jenis ini akan membantu mengeluarkan cairan tersebut. Namun, terkadang penggunaannya akan membuat seseorang menjadi dehidrasi, yang justru akan bahaya bagi ginjal. Jadi bahayanya karena dehidrasinya.

Non-Steroidal Anti Inflamatory Drugs (NSAIDs)

Obat jenis ini adalah obat anti nyeri yang beredar di masyarakat. yang termasuk obat jenis ini adalah aspirin, ibuprofen, dan acetaminophen yang bermanfaat sebagai pereda nyeri, demam dan peradangan. Beberapa obat NSAID bisa ditemukan di apotik tanpa resep dokter. Namun, apakah obat ini dikonsumsi secara pribadi maupun diresepkan oleh dokter, ada baiknya tidak dikonsumsi terus menerus dalam waktu yang lama. Jangan digunakan lebih dari 10 hari atau 3 hari untuk demam. Jika anda memiliki nyeri atau demam yang lebih dari 3 hari, konsultasikan dengan dokter anda. Jika antinyeri digunakan sesuai dosis dan indikasi, dan dalam waktu yang singkat, tidak meningkatkan risiko terjadinya gangguan ginjal pada orang normal.

 

Obat anti nyeri disebut juga analgesik, fungsinya mengurangi nyeri, menunrunkan demam dan bahkan inflamasi. Obat ini cukup efektif dan relatif aman. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak ada obat yang benar-benar tanpa risiko. Penggunaannya harus hati-hati dengan mempertimbangkan manfaat dan efek sampingnya. Ketika digunakan tidak semestinya, obat anti nyeri ini justru bisa menyebabkan masalah di tubuh, termasuk ginjal.

Berdasarkan National Kidney Foundation, sebanyak 3-5% kasus gagal ginjal tiap tahun disebabkan oleh penggunaan anti nyeri. Meskipun ginjal masih bagus, penggunaan dengan dosis tinggi bisa menyebabkan masalah pada jaringan dan struktur ginjal. Obat ini juga menurunkan aliran darah ke ginjal. Pada manula, reaksi kerusakan ginjal lebih kuat meskipun mengonsumsi dosis yang kecil.

Proton pump inhibitor (PPI)

Golongan obat yang sering diresepkan untuk mengatasi gejala GERD dan dispepsia seperti omeprazole. Fungsi dari obat ini adalah menurunkan produksi asam di perut, namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi dalam waktu lama bisa meningkatkan masalah ginjal yang serius dan bisa berakibat gagal ginjal.

Laxative atau obat pencahar

Obat pencahar biasanya digunakan untuk membersihkan usus sebelum melakukan tindakan diagnostik seperti kolonoskopi. Menurut National Kidney Foundation, Oral Sodium Phosphate (OSP), yaitu bahan yang digunakan untuk pencahar, bahan ini dapat menyebabkan kristal di ginjal, menyebabkan tubuh kehilangan cairan lebih cepat dan memicu dehidrasi.

 

Faktor yang bisa membahayakan

Ketika sakit karena misal flu atau diare atau masalah konsumsi cairan yang cukup, tekanan darah di tubuh bisa menurun, yang memengaruhi tekanan di ginjal juga menurun. Pada banyak kasus, ginjal yang sehat bisa melindungi dirinya. Namun, ketika anda tetap mengonsumsi obat hipertensi ketika anda dehidrasi atau memiliki tekanan darah yang sangat rendah, ginjal akan sulit melindungi dirinya. Tekanan di ginjal mungkin akan turun dan sangat pelan yang mengakibatkan filtrasi menjadi tidak normal.

Pada konsumsi NSAID juga, ketika dehidrasi NSAID akan membuat ginjal tidak bisa melindungi diri, akibatnya terjadi kerusakan ginjal.

 

Penggunaan aspirin setiap hari apakah berbahaya?

Tidak. Tidak ada bukti risiko penggunaan aspirin secara reguler dalam dosis kecil yang direkomendasikan untuk seragan jantung. Penggunaan aspirin dalam jumlah kecil relatif aman bahkan pada fungsi ginjal yang sudah menurun.

 

Apa yang bisa dilakukan untuk menghindari risiko kerusakan ginjal?

-          Kontrol kondisi kesehatan yang menyebabkan kerusakan ginjal seperti hipertensi,  diabetes, dan penyakit jantung. Usahakan diabetes dan hipertensi terkontrol (berada di angka normal), meminum obat yang diresepkan secara teratur, atur kolesterol dalam darah untuk mencegah serangan jantung dan stroke.

-          Makan-makanan yang bergizi seimbang yang menyehatkan jantung dan tubuh, seperti: sayur, buah, makanan low fat atau bebas lemak, kurangi gula dan garam.

-          Rutinkan olahraga. Setidaknya melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit. Ingat ya, olahraga tidak sama dengan aktivitas fisik.

-          Kontrol berat badan, usahakan sesuai indeks massa tubuh (IMT).

-          Tidur cukup. Targetnya adalah 7-8 jam tiap malam.

-          Berhenti merokok

-          Tidak meminum alkohol

-          Kurangi stress. Pelajari bagaimana mengelola stres. Aktivitas fisik bisa membatu mengurangi stress.

-          Jika obat yang dikonsumsi beli sendiri tanpa resep dokter: gunakan persis seperti di label, dengan dosis terendah, dan dalam waktu yang singkat.

 

Simpulan

Tidak semua konsumsi obat jangka panjang membahayakan ginjal. Pada penderita penyakit kronis, pengobatan dalam jangka waktu lama bertujuan untuk mengontrol kondisi tubuh dan mencegah komplikasi yang lebih parah. Sehingga masih relatif aman. Selain obat diabetes, hipertensi dan obat jantung, penggunaan dalam jangka waktu lama sebaiknya dihindari. 

 

Referensi:

University of Virginia Health System. "Long-term use of blood pressure drugs may cause kidney damage, study suggests." ScienceDaily. ScienceDaily, 12 January 2022. <www.sciencedaily.com/releases/2022/01/220112094027.htm>.

Bonvissuto D, Khatri M. What Meds Might Hurt My Kidneys? WebMD. 27 Januari 2022. Diakses 27 Juni 2022 dari https://www.webmd.com/a-to-z-guides/medicine-hurt-kidneys

National Kidney Foundation. 2014. Watch Out for Your Kidneys When You Use Medicines for Pain. Diakses 27 Juni 2022 dari https://www.kidney.org/news/kidneyCare/winter10/MedicinesForPain

National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease. Keeping Kidneys Safe: Smart Choice about MEdicines. Diakses tanggal 27 Juni 2022 dari https://www.niddk.nih.gov/health-information/kidney-disease/keeping-kidneys-safe

______. Preventing Chronic Kidney Disease. Diakses tanggal 27 Juni 2022 dari https://www.niddk.nih.gov/health-information/kidney-disease/keeping-kidneys-safe

 

Kamis, 21 Juli 2022

Mitos ke-21 Jangan Memanaskan Sayur Bayam, Nanti Beracun!

 

Orangtua jaman dulu melarang memanaskan sayur bayam karena akan membuatnya beracun bahkan menimbulkan kanker. Benarkah hal demikan?

Kepercayaan ini timbul karena bayam merupakan sayuran yang mengandung banyak nitrat. Pemanasan yang terlalu sering kabarnya akan mengubah senyawa nitrat ini menjadi zat yang menyebabkan kanker. Namun, menurut Nutrifood Research Center (2014) nitrat merupakan senyawa yang stabil sehingga tidak mungkin berubah akibat pemanasan. Selain itu, pengujian terhadap manusia menunjukkan mengonsumsi sayuran kaya nitrat tidak menyebabkan kanker dan penyakit mengerikan lainnya.

 

Mengapa Bayam tidak Boleh dipanaskan?

Nitrat dan nitrit pada makanan dikaitkan dengan kanker pada saluran cerna dan pada anak-anak menyebabkan methemoglobinemia. Sekitar 80% produk nitrat berasal dari konsumsi sayuran. Sumber nitrit meliputi sayuran, buah, dan daging yang diproses. Nitrit diproduksi dari dalam melalui oksidasi nitrit oksida (NO) dan melalui reduksi nitrat oleh bakteri komensal yang ada di mulut dan saluran cerna. Namun nitrat yang masuk dalam dietary adalah nitrat yang stabil.

 

Bayam merupakan sayuran dengan kandungan nutrisi yang tinggi yang dibutuhkan tubuh, salah satunya karena mengandung serat yang diperlukan dalam dietary sehari-hari. Kandungan nutrisi pada 100gram daun bayam adalah 2.3gram protein, 3.2gram karbohidrat, 3gram besi dan 81gram kalsium. Bayam juga kaya akan berbagai macam vitamin dan mineral, yaitu vitamin A, vitamin C, niasin, thiamin, fosfor, riboflavin, natrium, kalsium, dan magnesium. Selain itu kandungan nitrat pada bayam cukup tinggi.

Faktanya nitrat hampir ada pada semua sayur hijau, minuman, dan produk makanan dari hewan. Nitrat justru memiliki peran penting dalam sistem cardiovaskular, mukosa lambung dan pada penyakit metabolik.

Sebuah penelitian menunjukkan bahawa konsumsi bayam dengan tingi nitrat (terdiri dari 845 mg nitrat) menurunkan 6,9% kekakuan pembuluh darah arteri setelah makan dan menurunkan tekanan darah sentral 4-6 mmHg selama pemberian 7 hari.

Konsumsi nitrat meningkatkan kesehatan pembuluh darah yang ditandai dengan menurunnya kekakuan pembuluh darah arteri dan tekanan darah sentral

Sebuah hipotesis mengatakan nitrat akan diubah menjadi nitrit oleh bakteri yang ada di mulut yang dapat bereaksi dengan amino sekunder dan tersier (contohnya pada keju dan daging) dan membentuk senyawa karsinogenik (yang menjadi cikal bakal kanker). Namun, tidak ada bukti dari penelitian hewan yang menunjukkan bahwa konsumsi nitrat bersifat karsinogenik. Faktanya nitrat dari makanan nabati justru menurunkan risiko kanker.

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa tidak tepat membandingkan paparan nitrat pada sayuran, mengingat tidak ada data yang mendukung potensi kandungan nitrat dalam sayuran pada bioavailabilitas senyawa N-nitroso.

Cara mengonsumsi bayam bisa dengan dimakan langsung saat mentah maupun dimasak terlebih dahulu. Level nitrat plasma pada sayuran yang dimasak maupun tidak hampir sama. Untuk memasak bayam sebaiknya hanya 3-5 menit saja.

 

Simpulan

Memanaskan sayur bayam tidak menyebabkan kanker. Walaupun begitu tidak disarankan memanaskan sayur bayam hingga dua kali karena proses pemanasan dapat mengurangi kadungan vitamin di dalam bayam.

 

 

Referensi:

Nutrifood Research Center. 2014. Buka Fakta! 101 Mitos Kesehatan. PT Gramedia Pustaka Utama.

Moncada K. How to Cook Spinach in Minutes to Add Greens to (Nearly) Every Meal. Update 2 Juni 2022. Diakses tanggal 24 Juni 2022 dari https://www.bhg.com/recipes/how-to/cook-with-fruits-and-vegetables/how-to-cook-spinach       

WebMD. 2022. Foods High in Nitrates. Diakses tanggal 24 Juni 2022 dari https://www.webmd.com/diet/foods-high-in-nitrates

Jovanovski E, Bosco L, Khan K, et al. Effect of Spinach, a High Dietary Nitrate Source, on Arterial Stiffness and Related Hemodynamic Measures: A Randomized, Controlled Trial in Healthy Adults. Clin Nutr Res. 2015;4(3):160-167. doi:10.7762/cnr.2015.4.3.160

Hord NG, Tang Y, Bryan NS. Food sources of nitrates and nitrites: the physiologic context for potential health benefits. Am J Clin Nutr. 2009 Jul;90(1):1-10. doi: 10.3945/ajcn.2008.27131. Epub 2009 May 13. PMID: 19439460.

 

Tips Membuat Infografis dengan Canva

Hallo teman-teman… Apa kabarnya nih? Semoga sehat selalu ya… nah, teman-teman di sini adakah yang suka mendesain? Jaman now , desain itu tid...