Senin, 28 Februari 2022

 Keutamaan mempelajari dan mengajarkan AlQuran. 


Niat menuntut ilmu agar ikhlas:

Menurut syaikh Sholih al Usaimin


1. Meniatian untuk menghilangkan kebodohan diri sendiri. 

2. Meniatkan untuk menghilangkan kebodohan orang lain

3. Menjaga dan melestarikan ilmu

4. Mengamalkan ilmu. 


Keutamaan mempelajari Alquran

1. Sebaik baik amalan. 

Ustman bin Affan radhiyalallhu anhu berkata: 

"Rasulullah bersabda sebaik baik kalian adlash belajar Alquran dan mengajarkannya." HR. Bukhari


Makna mempelajari dan mengajarkan Alquran menurut Ibnul Qayyim

1. Huruf-hurufnya, cara pembacaannya

2. Maknanya. 

Yang paling mulia karena tujuan Alquran diturunkan (Muh Sholih Al Usaimin) 

- beribadah dengan membaca

- memahami makna

- mengamalkan kandungan


2. Lebih baik dari harta

- harta tidak akan menemani di akhirat

- amalan akan sampai ke akhirat


Diriwayatkan oleh Uqbah bin Amir al-Jauhani rahiyallahu anhum berkata ketika kami berada di teras masjid nabawi, kemudia berkata " 


“Siapakah di antara kalian yang senang berangkat pagi pada tiap hari ke Buthhan atau Al-‘Aqiq, lalu kembali dengan membawa dua unta yang besar punuknya, tanpa mengerjakan dosa atau memutus hubungan silaturahim (hubungan dengan sanak keluarga)?” Kami (yang hadir) berkata, “Ya kami senang, wahai Rasulullah.” Lalu beliau bersabda, “Apakah seseorang di antara kalian tidak berangkat pagi ke masjid, lalu mempelajari atau membaca dua ayat Al-Qur’an, hal itu lebih baik baginya daripada dua unta.  Dan (bila mempelajari atau membaca) tiga (ayat) akan lebih baik daripada memperoleh tiga (unta). Dan (bila mempelajari atau mengajar) empat ayat akan lebih baik baginya daripada memperoleh empat (unta), dan demikian dari seluruh bilangan unta.” (HR. Muslim, no. 803)




3.mendapatkan sedekah jariyah

Dari Muadz bin Annas radhiyallahu anhu Rasulullah bersabda:

" Barangsiapa yang mengajarkan suatu ilmu, maka dia akan mendapatkan pahala orang yang mengamalkan ilmu tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yanv mengamalkan 

HR ibnu Majah 198


Adab terhadap Alquran

1. Niat karena Allah

2. Suci dari hadats besar dan kecil (apabila akan menyentuh mushaf.)

Dalilnya:

3. Pilih waktu yang cocok, tidak sedang mengantuk

4. Menghadap kiblat dan bersiwak

5. Membaca taawudz dan basmallah

6. Membaca tartil dan memeprindah suara dan bacaan Alquran.

Dalilnya qs Al muzzammil 4

7. Tadabbur, khusyu', menangis

8. Mengeraskan bacaan jika tidak menganggu orang lain

9. Mewakafkan bacaan setiap ayat

10. Sujud tilawah setelah membaca ayat sajdah

11. Doa setelah selesai membaca Alquran --> doa kafaratul majlis.

Sabtu, 26 Februari 2022

Resensi 40 halaman PhD parents story

Sebelumnya oot, tanggalnya cantik ya? Gak ada gitu yang mau ngajak aku nikah? Wkwk


Anyway, karena bingung mau nulis apa, saya berencana meresensi 40 halaman pertama yang saya baca dari buku Ario Muhammad, PhD yang berjudul PhD Parents Story


Awal buku ini menceritakan tentang peran dua insan yang kelak akan menjadi suami istri. Dua tokoh yang bisa dijadikan teladan sepanjang masa. Muhammad Shalallahu 'alaihi wa salam bin Abdullah dan khadijah binti khuwailid radhiyallahu anha. Di bab pertama buku ini menceritakan bagaimana akhirnya khadijah yang mulia, terpandang, pandai, terhormat bahkan sampai dijuluki Ratu Makkah oleh karena kemuliaannya di tengah kaumnya, menikah dengan seseorang yang mulia pula di zaman nya dan yang semakin hari kemuliaannya semakin bertambah-tambah. 


Al amin, yang bekerja sebagai pegawai Ratu Makkah ternyata kepribadian dan akhlaknya memikat hati wanita yang telah menikah dua kali ini. Penulis menceritakan bahwa perlunya memilih pasangan hidup yang sekufu, sebagaimana khadijah sekufu dengan nabi Muhammad. Sekufu dalam hal pengetahuannya, agamanya, sifatnya. 

Tapi bukan kah kita ini akan cenderung nyaman bersama orang yang memiliki pemikiran yang sama ya? Apa lah arti wajah rupawan tapi saat diajak berbicara atau pun diskusi nggak nyambungan. Banyak barier dalam komunikasi yang terjalin.


Kemudian masuk ke bab dua. Masih tentang kriteria dalam menikah. Bahwa menikah itu sangat lah penting menentukan visi yang mengantarkan kita pda kehidupan di akhirat. Ya, kita adalah cerminan jodoh kita. Dan visi terbaik adalah dengan menggapai ridhoNya yang berlandas pada kriteria agama. Kriteria pasangan soal agama tidak boleh kendor. Bukan kah Rasulullah pernah berpesan agar jika sudah menemukan yang sekufu maka jangan ditunda? Bukan kah yang paling penting adalah agama dan akhlaknya? Paras yang cantik akan memudar seiring bertambahnya usia, harta melimpah di balik dompetnya tidak menjamin kebahagiaan untuknya. Tapi, kebaikan agama, keluhuran akhlak, akan bersinersi sesisian. 


Ada 3 kriteria yang wajib dimiliki oleh calon pasangan.

1. Pekerja keras, tahan banting. 

Pasangan seperti ini dia akan cenderung mempertahankan keluarganya sebagai mana pun kerasnya masalah yang tengah dihadapi. 

2. Growth mindet. Alis pikiran yang berkembang. Bahwa menjadi pasangan itu harus memiliki mindset jangka panjang yang tidak hanya berhenti setelah tujian tercapai. Seseorang yang memiliki mindset yang berkembang, ia tidak akan meninggalkan pasangannya tertinggal dan tidak ikut bertumbuh yang berujung pada semakin merenggangnya jarak. 

3. Good habbits kedua hal tersebut, jika tidak dibarengi dengan kebiasaan baik yang benar meskipun sedikit demi sedikit, maka akan terasa tidak ada gunanya. 



Jumat, 25 Februari 2022

Prokrastinator part 2

 Menunda pekerjaan atau prokastinasi sering dilakukan oleh banyak orang. Piers Still, Penulis The Procrastination Exponantion, mengatakan jika kamu merasa suka prokrastinasi /menunda-nunda, mungkin kamu termasuk dalam 95% orang di dunia yang mengaku pernah menunda mengerjakan tugas atau pekerjaan mereka.

Bagi ibu rumah tangga, saat bangun tidur di pagi hari pikirannya langsung terbagi-bagi oleh banyaknya perkerjaan yang harus dilakukan di hari itu: menyiapkan sarapan, mencuci baju, menyetrika, dan lainnya. Namun, alih-alih mulai mengerjakannya terkadang mereka justru mengerjakan pekerjaan lain yang kurang esensial, seperti rebahan sembari scrolling media sosial, misalnya. Awalnya mungkin hanya lima menit, kemudian waktu terus bergulir dan tanpa terasa berjam-jam dilewati tanpa produktivitas. Kemudian ibu baru menyadari bahwa cucian piring di rumah ternyata sudah beranak pinak memenuhi tempat cuci piring.

Rasanya hampir setiap orang mungkin pernah menjadi prokrastinator. Prokrastinasi diartikan sebagai kecenderungan menunda pekerjaan penting yang seharusnya diselesaikan dalam jangka waktu tertentu dan menggantinya dengan pekerjaan yang tidak produktif.

Sebuah studi psikologi menyebutkan bahwa prokastinasi berhubungan dengan low self esteem (pikiran, perasaan dan pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri), self control dan self confidence.

Prokrastinator sebenarnya sedang menipu diri sendiri, mereka menganggap bahwa bekerja di bawah tekanan waktu justru lebih optimal, atau beranggapan masih memiliki banyak waktu. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa prokrastinator memiliki stress level lebih rendah dari pada yang bukan prokrastinator, hal ini didasarkan pada lamanya waktu terpapar stress yang dialami prokrastinator lebih sedikit dibanding yang bukan. Namun, kinerja yang dihasilkan cenderung lebih buruk. Prokastinasi kronis dapat berefek buruk pada seseorang.

 Ada berbagai macam penyebab seseorang menunda pekerjaan, diantaranya:

Kurang memprioritaskan pekerjaan karena deadline masih lama.

Merasa tidak memiliki kemampuan atau merasa kesulitan menyelesaikan tugas tersebut atau tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan pekerjaannya karena kurangnya arahan.

Kecenderungan untuk hanya melakukan kegiatan yang menyenangkan saja untuk menghindari perasaan negatif yang timbul.

Bagaimana jika ibu rumah tangga yang sering menunda pekerjaan?

Bisa dibayangkan, bahwa pekerjaan domestik rumah tangga tidak ada habisnya. Rasanya 24 jam waktu yang tersedia mungkin saja masih kurang. Menunda pekerjaan tidaklah menyelesaikan masalah. , hanya menyingkirkan sejenak sampai akhirnya sadar Kembali bahwa pekerjaan justru bertambah banyak.

Lalu, apakah prokrastinasi ini dilakukan oleh orang-orang malas? Tidak selalu

Bagi sebagian orang mereka sadar mereka sedang menunda pekerjaan, namun bagi Sebagian yang lain mungkin tidak. Tidak semua orang yang menunda pekerjaan disebut sebagai prokrastinator, menurut Joseph Ferrari, seorang professor psikologi di DePaul University. Seorang prokrastinator sejati mereka tidak memiliki prioritas. Mereka terlalu lama memikirkan bagimana mengerjakan tugas, sedangkan rasa malas lebih merujuk pada sikap apatis, tidak aktif, dan enggan melakukan tindakan atas pekerjaan dan kewajibannya.

Prokrastinator hanya akan melakukan pekerjaan yang menurut mereka menyenangkan, namun itu hanya kesenangan sementara. Saat ia Kembali, ia baru menyadari bahwa ada banyak tugas yang belum selesai. Kebanyakan berdalih the power of kepepet akan memberikan tambahan energi dalam mengerjakannya.

Dampak menunda pekerjaan:

Pekerjaan akan menumpuk karena tidak dikerjakan sesuai dengan waktu semestinya sehingga memicu stress.

Produktivias berkurang

Pekerjaan lain ikut tertunda

Kehilangan waktu dan kesempatan

Menurunkan rasa percaya diri

Beberapa cara yang bisa ibu lakukan:

Memaafkan diri sendiri karena telah menunda pekerjaan.

Kenali penyebab kita melakukan prokrastinasi

Buat prioritas.

Memiliki komitmen.  

Jauhkan distraksi atau kegiatan yang lebih menarik dan menyenangkan.

Kerjakan dulu, nikmati prosesnya.

Berikan penghargaan untuk diri sendiri.

Nah itu lah beberapa cara mengatasi kebiasaan menunda pekerjaan. Semoga bermanfaat, ya!

Kamis, 24 Februari 2022

Prokrastinator

Menunda pekerjaan atau prokastinasi sering dilakukan oleh banyak orang. Piers Still, Penulis The Procrastination Exponantion, mengatakan jika kamu merasa suka prokrastinasi /menunda-nunda, mungkin kamu termasuk dalam 95% orang di dunia yang mengaku pernah menunda mengerjakan tugas atau pekerjaan mereka.

Bagi ibu rumah tangga, saat bangun tidur di pagi hari pikirannya langsung terbagi-bagi oleh banyaknya perkerjaan yang harus dilakukan di hari itu: menyiapkan sarapan, mencuci baju, menyetrika, membersihkan rumah dan lain sebagainya. Namun, alih-alih mulai mengerjakannya terkadang mereka justru mengerjakan pekerjaan lain yang kurang esensial, seperti rebahan sembari scrolling media sosial, atau simply membalas notifikasi chat. Awalnya mungkin hanya lima menit, kemudian waktu terus bergulir dan tanpa terasa berjam-jam dilewati tanpa produktivitas. Kemudian ibu baru menyadari bahwa cucian piring di rumah ternyata sudah beranak pinak memenuhi tempat cuci piring.

Rasanya hampir setiap orang mungkin pernah menjadi prokrastinator. Prokrastinasi diartikan sebagai kecenderungan menunda pekerjaan penting yang seharusnya diselesaikan dalam jangka waktu tertentu dan menggantinya dengan pekerjaan yang tidak esensial. Prokrastinasi ini biasanya berdampak banyak dan paling sering berdampak buruk.

Sebuah studi psikologi menyebutkan bahwa prokastinasi berhubungan dengan low self esteem (pikiran, perasaan dan pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri), self control dan self confidence.

Procrastinator sebenarnya sedang menipu diri sendiri, mereka menganggap bahwa bekerja di bawah tekanan waktu justru lebih optimal, atau beranggapan masih memiliki banyak waktu. Untuk menyelesaikan pekerjaan. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa prokrastinator memiliki stress level lebih rendah dari pada yang bukan prokrastinator, hal ini didasarkan pada lamanya waktu terpapar stress yang dialami oleh prokrastinator lebih sedikit dibanding yang bukan. Namun, kinerja yang dihasilkan cenderung lebih buruk dari yang bukan procrastinator. Bentuk penundaan ini sendiri termasuk bentuk reaksi emosional dalam diri pada sesuatu yang sebenarnya tidak ingin dilakukan.

 Ada berbagai macam penyebab seseorang menunda pekerjaan, diantaranya:

1.       Kurang memprioritaskan pekerjaan karena deadline masih lama.

2.       Merasa tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Pekerjaan tersebut dirasa sulit dan membuat tidak nyaman atau tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan pekerjaannya karena kurangnya arahan.

3.       Kecenderungan untuk hanya melakukan kegiatan yang menyenangkan saja. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari perasaan negatif yang timbul.

Rabu, 23 Februari 2022

Syukur

 Allah itu baik banget


Pernah merasa begitu?

Allah itu baik banget sama kita. Allah itu baik banget sama makhluknya. Ada sifat Ar Rahman Allah yang dititipkan ke bumi, sehingga naluri kasih sayang itu juga di rasakan antar makhluk. Allah itu sayang banget sama makhluknya, bahkan dengan makhluknya yang ingkar pada-Nya ia masih memberikan nikmat.


Jadi ceritanya saya pulang kerja sekitar pukul 21.15 dari tempat kerja. Perjalanan ke rumah kurang lebih 30 menit. Alhamdulillah lancar sekali, selalu dapat lampu hijau, truk tronton yang biasanya memadati jalan, malam itu terasa lengang, dan tidak hujan.


Allah baik banget, ketika sekitar 1 km hampir sampai rumah kulihat langit bergradasi, dari yang terang menjadi sangat pekat. "Wah mau hujan nih," batinku. Dan benar saja kulihat dari arah berlawanan banyak pengendara sepeda motor mengenakan jas hujan lengkap yang basah. Tapi di tempat saya belum hujan.


Dan tibalah saya d rumah. Alhamdulillah. Begitu memasukkan motor ke dalam rumah, hujan langsung turun begitu derasnya. MasyaAllah, masyaAllah. Allah baik banget sama saya malam itu. Hujan jatuh sesaat setelah saya menginjakkan kaki di dalam rumah. Dan itu telah beberapa kali terjadi. MasyaAllah.


Pernah kan mendapatkan hal serupa?

Suatu ketika juga pernah, 2 hari berturut-turut hujan selalu datang dengan derasnya. Deras sekali sampai petir menyambar-nyambar dan mati listrik. Wah sudah gundah gulana ini hati, membayangkan, duh besok berangkat shift malam. Kalau 2 malam ini setiap malam selalu hujan bagaimana besok berangkatnya?


Dan qadarullah, di malam saya berngkat kerja langit tak menangis. Ia baru mengeluarkan air matanya 1 jam setelah saya sudah berada di tempat kerja.


Sesederhana itu.

Tapi penuh syukur.

Benar lah adanya bahwa jika kita mengingat dan menghitunh nikmat Allah yang Allah berikan pada kita, maka kita tidak akan bisa dan tidak akan pernah bisa. Tinggal bagaimana kita memperluas syukur kita. Bukan kah Allah akan menambah nikmatNya jika kita bersyukur?

Bukan kah jika kita tidak bisa bersyukur pada nikmat yang kecil maka kita akan sulit bersyukur pada nikmat yang lebih besar?


Alhamdulillahilladzi bi ni'matihi thathimussholihat...


Selasa, 22 Februari 2022

Andai Aku Punya Waktu Lebih dari 24 Jam

Lho untuk apa? Paling juga akan sama walaupun Allah memberimu waktu 30 jam sekalipun, kau hanya akan menyia-nyiakan waktu saja.

Pernah gak sih ngerasa kalua pas kita lagi produktif banget, rasanya bullet journal kecentang semua to do list-nya, and we feel that our time is not enough. Yes, I did the same think. Padahal waktu kita sama, padahal waktuku dan waktu yang dimiliki Bill Gates pun sama. Lalu apa yang membedakan? Produktivitasnya, maybe. Dengan banyaknya list job yang harus di selesaikan, kadang pikiran merasa seperti dikejar-kejar meskipun tidak ada yang mengejar. Mungkin aku dan orang-orang sepertiku kebanyakan adalah pelaku prokastinator, yakni yang suka menunda-nunda pekerjaan. Eh, tau-tau pekerjaan menumpuk sedangka deadline sudah mepet. Akhirnya ya di kerjakan apa adanya.

Tidak baik memang. Sebaiknya kita memiliki good habbit yang harus mulai di tanam. Kalau mengambil istilahnya James Clear tentu 0.1% jika di eksponensialkan akan berbeda hasilnya dengan 0%, bukan? Kalua menurut Robbin Sharma, sebuah habbits bisa menjadi suatu automatic habbits jika kita melakukannya rutin selama 66 hari. Waw! 66 hari jika di bayangkan memang bukan waktu yang sebentar. Tapi mungkin kita dapat memulainya dengan baby steps. Mulai aja dari yang disukai, mulai aja dari yang mudah. Lalu rutinkan. Naikkan frekuensinya secara perlahan. Mungkin memang tidak mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin untuk dilakukan.

Jika diingat Kembali, sebenarnya jika kita menengok ke masa lalu dan kita memikirkan sudah dihabiskan untuk apa waktu kita? Bagi seorang muslim pertanyaan ini tentulah meresahkan. Kenapa? Karena Sebagian atau malah kebanyakan dari kita adalah golongan yang menyia-nyiakan waktu. Padahal kelak di akhirat kita kaki kita tidak akan bergeser sampai ditanya waktu mu dihabiskan untuk apa? Hayooo… terus mau jawab apa?

Menurutku dengan menghadiri kajian, membaca buku yang bergizi, melakukan kegiatan secara mindful terutama ketika sedang dalam waktu luang, dapat membuat kita stay awake, bahwa kita tidak bisa berleha-leha saja. Jika kita rinci mungkin pekerjaan yang seharusnya kita lakukan melebihi batas waktu yang kita miliki dalam hari itu.

Maka, ini adalah pengingat untuk diriku sendiri, sadarlah diri, jangan mau masuk dalam perangkap syaitan yang ingin mencari teman di neraka. Waktu mu di dunia ini sangat sempit sedangkan waktu di ahirat untuk meminta prtanggungjawabanmu di dunia sangatlah lama. Maka, wahai diri, yuk stop scrolling Instagram dan webtoon!

Minggu, 20 Februari 2022

Labelling

 “Kamu kan anak nakal”

“Kamu sukanya ngambekkan deh”

Sounds familiar?

Entah mengapa lidah orang mudah sekali memberikan label untuk orang lain. Tahukah, Anda bagaimana efek samping dari labelling ini?

Pada orang yang bermindset tetap, labelling maupun stereotype tentang dirinya dapat berakibat:

1.       Dia takut melakukan/mencoba hal baru atau mengambil tantangan, dengan dalih jika label yang disematkan padanya adalah hal yang bagus, makai a takut orang lain akan menganggapnya tidak pantas memiliki label itu jika pada tantangan kali ini ia gagal.

2.       Jika labelnya negative, maka orang bermindset tetap tersebut juga akan merasa dirinya pantas mendapatkan label itu, sehingga ia tidak akan mencoba hal baru, karena yang ia yakini adalah ia yang sesuai dengan label tersebut.

Tentu hal ini akan berbeda pengaruhnya pada orang dengan mindset tumbuh. Jika labelnya positif, dia akan tetap mencoba hal baru, karena yang menjadi passionnya adalah usahanya, bukan hasil. Pun ketika label negative yang disematkan, ia juga akan bersungguh-sungguh dalam mengambil peluang untuk memperbaikinya.

Namun, apakah Anda yakin, orang yang Anda berikan label ini adalah orang yang bermindset tumbuh? Bagaimana jika sebaliknya? Boleh jadi apa yang kita ucapkan justru akan mengubah masa depannya.

 

Dulu, saat SD aku pernah mendapatkan labelling dari guruku. Bukan label sih, lebih tepatnya komentar. Guru SD ku berkata, bahwa saat itu aku kelas 5 SD, kemampuan matematikaku mulai kendor lantaran beberapa nilaiku di kuis sebelumnya merosot (in my mind that time kemampuan matematikaku bagaikan celana dalam yang sudah sangat longgar untuk dipakai). Aku diberi komentar sesaat sebelum aku maju ke depan kelas untuk mengerjakan tugas yang ada di papan tulis. And guess what? Soal yang sebenarnya mudah itu, tiba-tiba menjadi super sulit untuk kukerjakan.

Saat SMA aku juga punya teman yang suka berkomentar, ia mengomentari jari tengahku, “Eh, katanya kalo jarinya kaya begini, nggak pandai dalam matematika loh?”

Aku memang nggak percaya mitos semacam itu, namun tanpa sadar hal seperti itu memengaruhi mentalku. Untunya tidak sampai lama, aku belajar lebih banyak lagi sampai aku bisa membuktikan di nilai ujian nasionalku aku mendapat nilai 100 untuk matematika.

Terlepas dari sikap baper atau semisalnya, terkadang memang opini orang lain tanpa sadar memengaruhi jalan pikiran kita, atau setidaknya menyelenting mental kita. Dari situ aku belajar, bahwa, berkata yang sifatnya judging atau labelling terhadap orang lain, dampaknya mungkin bisa lebih buruk dari yang kita kira.

Semoga kita bisa senantiasa menjaga lisan kita agar tidak terpeleset mengucapkan hal yang seharusnya tidak diucapkan kepada orang lain.

Jumat, 18 Februari 2022


Kita, walau kebanyakan, melupakan bahwa takdir ini ada Dzat yang menggenggamnya. Ia menggenggam dengan tangan Nya yang bahkan membayangkannya pun tidak diperbolehkan. 


Kita terkadang sadar, kita berdoa memohon yang terbaik menurut Allah. Tapi dalam kenyataan yang berjalan, terkadang standar baik menurut Allah tidak sampai pada pemahaman kita. 


Saya punya cerita, tentang seorang guru saya sewaktu sekolah profesi. 

Beliau orang yang Alim insyaAllah. Tawadhu, cerdas, dan saya sungguh mengaguminya. 

Suatu ketika beliau cerita tentang perjalanan beliau menjadi dokter spesialis. Saya lupa cerita jelasnya bagaimana, mohon maaf jika ada salah ingatan, karena kejadiannya sudah berlangsung kurang lebih 4 tahun yang lalu.


Beliau bercerita bahwa dulu saat beliau masih menjadi dokter umum di suatu daerah di wonogiri, beliau tinggal bersama istri dan anaknya. Penghasilannya waktu itu sangat pas pasan. Beliau bahkan rela bekerja 24/7 shift demi membawa pulang 350ribu rupiah di jamannya. Bukan uang yang besar mengingat kejadian itu masih berlangsung di awal abad 20an.


Apa beliau mengeluh?

Apa istrinya mengeluh?


Tentu tidak. 


Beliau mengajarkan saya suatu doa yang sangat indah, yang sampai saat ini masih saya amalkan. Semoga menjadi jariyah untuk beliau. 


Doa ini diambil dari QS Al mu'minun: 29. 


رَّبِّ أَنزِلْنِى مُنزَلًا مُّبَارَكًا وَأَنتَ خَيْرُ ٱلْمُنزِلِينَ 


“Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi, dan Engkau adalah sebaik-baik pemberi tempat.”


"Kamu tahu dek, saat saya ingin mengeluh, saya ingat doa ini. Doa ini selalu saya baca setiap selesai sholat. Jika saya merasa lelah yang saya ingat saya sudah meminta pada Allah untuk memberikan saya tempat uang diberkahi. Maka apapun yang terjadi pada saya saat ini, penghasilan saya, pekerjaan saya, tempat tinggal saya, adalah tempat-tempat yang Allah berkahi."


MasyaAllah tabarakallah.


Air mata selalu membumbung setiap kali saya mengingat cerita beliau. Merasa diri sama sekali tidak ada apa-apanya dalam beramal. Lebih banyak mengeluhkan apa yang belum dimiliki alih alih bersyukur pada apa yang sudah dimiliki. 


FYI, beliau ini juga orang yang selalu istiqomah menyelesaikan satu hari satu juz. Suatu ketika beliau sedang menyetir dan mendekati maghrib. Baliau teringat di tengah sibuknya beliau hari itu, beliau menganaktirikan membaca kalam Allah. Segera beliau tepi kan mobilnya dan membaca Alquran di menit itu juga. 


MasyaAllah masyaAllah. 


Untuk beliau yang tidak ingin saya sebutkan namanya, semoga Allah menjaga amalan beliau dari riya, menerima amalan-amalannya. Dan setiap doa amalan harian beliau yang menjadi inspirasi saya semoga menjadi amal jariyah untuk beliau.

Kamis, 17 Februari 2022

Tentang Marah

 Pernah nggak sih rasanya ingin menangis untuk sesuatu yang tidak ketahui. Saat kita tertekan oleh stressor yang melanda, rasanya kemarahan bagaikan bom waktu yang sewaktu waktu bisa meledak. 


Terkadang kita hanya perlu menyendiri. Menahan diri dari ledakan amarah. Meskipun terkadang tidak terbendung hingga keluarlah air mata yang merembesi pipi. 


Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam telah mewasiatkan cara untuk menghindari amarah.


1. Marah itu dari syaitan, maka berlindung lah pada Allah


“Dan jika setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Maha Mengetahui.” (QS. Al-A’raf: 200)


2. Diam

Keadaan marah membuat kita cenderung ingin melontarkan emosi lewat kata kata. Semua orang diceritakan. Untuk itu Allah mengajari keta untuk diam saat marah.

“Jika salah seorang di antara kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad, 1: 239. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan lighairihi)



3.berubah posisi

“Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak lenyap pula maka berbaringlah.” (HR. Abu Daud, no. 4782. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).



4. Mengambil air wudhu

SESUNGGUHNHamarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu.” (HR. Abu Daud, no. 4784. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)


"Barangsiapa menahan amarahnya padahal mampu meluapkannya, Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari Kiamat untuk memberinya pilihan bidadari yang ia inginkan.” (HR. Abu Daud, no. 4777; Ibnu Majah, no. 4186. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini sanadnya hasan)


Menahan amarah memang tidak mudah, namun bukan berarti tidak mungkin untuk dilakukan. Terkadang manusia hanya perlu sebuah pembiasaan, hingga tibalah hal tersebut menjadi sebuah kebiasaan. Bagaimana mungkin hal yang dijanjikan berhadiah surga pasti mudah dilalui? Tentu tidak bukan, Bung?

Musuh bebuyutan anak cucu Adam, yaitu syaithan, tidak akan membuatnya semudah itu untuk dilakukan.

Memohon pertolongan kepada Allah agar dilindungi dari sifat marah, dan berusaha sekuat tenaga menepisnya. Semoga dimudahkan. 


Selasa, 15 Februari 2022

Self Love

Sebenarnya saya sendiri lupa kapan terakhir kali memberikan apresiasi untuk diri bertajuk self love.

Pasalnya selama dua miggu ini qadarullah saya sedang diberi cinta sama Allah. Saya harus bed rest untuk sementara waktu, tidak melakukan pekerjaan apapun termasuk pekerjaan domestik. Bosen memang, badan juga pegal-pegal. Namun hikmahnya tentu ada, banyak malah.

Saya jadi melihat sisi-sisi baik suami saya, lebih banyak bersyukur, lebih banyak menghabiskan waktu sendiri. Just thinking of me. Membaca berlembar-lembar buku yang saya targetkan minggu ini, mengulang online course, mendengarkan youtube ber jam-jam, menggambar yang aku sukai. Dan yang special adalah saya jadi lebih banyak waktu untuk bermunajat pada Allah ta’ala. Padahal seharusnya kita mengenal Allah di waktu lapang maupun sempit, namun entah mengapa dan entah sejak kapan saya lupa nikmatnya menyendiri dengan Tuhan saya.

Ada banyak hal yang saya syukuri setelah itu. Saya jadi mulai memikirkan dan memata masa depan. Tidak bisa terpuruk terus, bukan?

Bagi saya, self love adalah kita bisa mindful terhadap apa yang kita miliki. Kita bisa menjadi hamba sepenuh waktu untuk Tuhan kita. Self love adalah ketika saya memandang cermin dan merefleksikan diri saya, mengoreksi yang kurang, menyukuri yang sudah ada. Berusaha menjadi seqona’ah mungkin.

Saya bersyukur bisa memanfaatkan banyak waktu untuk saya sendiri. Tanpa sadar selama waktu bed rest ini justru membuat saya jadi banyak membaca, setidaknya ada peningkatan lembar buku yang saya baca.

Mencintai diri sendiri, juga berarti bahwa kita menerima apa adanya kita. Memahami Kembali konsep rezeki, bahwa apa yang melewati kita tidak akan terjadi untuk kita, dan apa yang terjadi untuk kita tidak akan melewati kita. Meskipun kita telah berusaha sekeras mungkin.

Tugas kita sebagai manusia adalah berusaha, and let God does the rest.

Ah, mencintai diri sendiri juga berusaha memulai Kembali habbit yang lama ditinggalkan, termasuk kebiasaan menulis ini. Semenjak bedrest awal bulan ini, saya sudah jarang menulis. Banyak ide berseliweran di kepala, namun dari banyaknya tidak ada satu pun yang tertuang dalam paragraph.

Padahal saya sendiri tau, untuk menjadi seorang penulis, maka saya memrlukan kebiasaan menulis, kebiasaan membaca. Padahal saya juga tahu, bahwa dengan menulis membuat alur berpikir kita lebih terarah. Ada sambungan sambungan baru di otak kita. Bahwa dengan menulis membuat kita mudah mengutarakan isi hati dan pikiran kita.

Tidak mengapa, jika tulisan saat ini tidak baik dan tidak beraturan, namun tetaplah mencoba. Tetaplah berjalan, jangan berhenti. Karena jika kita sudah mulai kata berhenti, untuk memulainya lagi akan aras-arasan (malas). Maka meskipun hanya 300 kata sehari, asalkan konsisten, engkau akan sangat mudah membuat 1000 kata sehari. Semangat!

Tips Membuat Infografis dengan Canva

Hallo teman-teman… Apa kabarnya nih? Semoga sehat selalu ya… nah, teman-teman di sini adakah yang suka mendesain? Jaman now , desain itu tid...