Privillege atau privilese adalah sebuah istilah yang menggambarkan seseorang memiliki hak istimewa. Sementara Kamus Merriam-Webster mendefinisikan "privilege" sebagai "hak atau kekebalan yang diberikan sebagai keuntungan, manfaat, atau bantuan khusus". Makna lebih jauhnya yakni "hak atau kekebalan yang melekat secara khusus pada suatu posisi atau jabatan." (diambil dari artikel yang publish di Sulsel.idntimes.com).
Tentu saja, privilese ini tidak dimiliki oleh semua orang,
namun hanya segelintir orang. Orang-orang yang kaya, memiliki status sosial
yang tinggi kerap menjadi segelintir orang tersebut.
Sebenarnya, jika dipandangan dari kacatama orang yang memiliki
hak istimewa tersebut dan orang yang tidak, privilese ini memiliki dua sisi,
yakni positif dan negatif. Bagi orang yang memiliki privilese ini, tentu
privilese adalah hal positf yang bisa dia dapatkan. Bisa jadi privilesenya
merupakan warisan dari orangtua atau memang dia bangun. Sementara bagi orang
yang tidak mendapatkan privilese ini, tentu ini akan dipersepsikan sebagai
suatu ketidakadilan. Bagaimana tidak?
Orang yang memiliki kemampuan sama atau justru lebih unggul
kadang kalah dengan orang yang memiliki privilese. Contoh konkritnya adalah di profesi
saya, dunia kedokteran. Saat penerimaan PPDS (Program Pendidikan Dokter
Spesialis), ada orang-orang pintar yang ternyata kurang beruntung hanya karena
tidak memiliki privilese. Kalau di kalangan kami disebut sebagai darah biru. Orang-orang
dengan darah biru adalah orang yang memiliki orangtua dokter atau spesialis
atau kenalan dari orang di instansi pendidikan tersebut. Nah, orang-orang
dengan privilege ini tidak selalu mereka orang yang pintar, cerdas, dengan skor
nilai tinggi. Kadang mereka hanya cukup memiliki privilege itu saja untuk bisa
masuk menjadi residen.
Menurut saya pribadi, terkadang privilese ini tidak selalu kerkonotasi
negatif kok. Ada proses networking di sana yang dibangun tidak sebentar.
Mungkin, orangtuanya dulu pekerja keras yang memiliki kemampuan sosial yang
baik dalam menjalin hubungan sehingga terbentuklah networking itu sendiri. Seorang
guru saya, dr Hisyam Attamimi, SpJP (K), beliau pernah berkata, jika memiliki
jaringan maka manfaatkanlah jaringan itu, karena jaringan itu tidak dibangun instan.
Lalu bagaimana jika tidak memiliki channel/networking/jaringan?
Ya, dibangun!
Mau sampai kapan kita hanya meratapi melihat orang dimudahkan
dalam urusan-urusannya?
Dalam islam pun ada istilah menyambung silaturahim. Salah satu
pintu rezeki adalah dengan bersilaturahim. Nah, ini konsepnya adalah networking.
Jika seseorang hanya mengandalkan diri sendiri tentu tidak akan bisa. Bukan berarti
kta mengandalkan orang lain.
Dalam suatu kelas Career Class di bulan
Januari/Februari, kak Alya selalu menekankan kita (peserta career class) untuk
senantiasa membangun hubungan baik dengan siapa saja. Karena we don’t know
what we don’t know. Kita melakukan kebaikan adalah untuk kita sendiri. Kita
tidak akan pernah tahu kapan kita membutuhkan pertolongan. Bisa jadi yang
menolong kita adalah orang yang mungkin tidak kita suka namun karena kita berusaha
menjaga hubungan baik dengannya kita mendapatkan bantuan darinya. Beliau juga
menekankan, untuk tetap memanusiakan manusia. Memperlakukan bos kita, yang
mungkin menyebalkan, sebagaimana kita ingin diperlakukan.
Privilese juga kadang disalahgunakan. Ada banyak sekali
berita yang berseliweran di lini masa tentang hal ini. Contohnya saja para
koruptor yang memiliki privilese di penjara, atau bapak pol yang tidak sedang
bertugas namun di lampu merah menyalakan sirine demi tidak perlu berhenti di
lampu merah tersebut, dsb.
Privilese itu perkara bagaimana kita bisa memanfaatkannya
dengan bijak. Maudy Ayunda, adalah contoh privilese yang beberapa waktu lalu mencuat
karena kegalauannya memilih universitas. Orang-orang yang julid akan
berkomentar, “Iya lah, dia kan kaya, ortunya mendukung penuh. Gampang kalau mau
masuk ke universitas dunia.” Padahal jika dipikir, ya, dia memiliki privilese
itu. Dia kaya, memiliki support sistem yang bagus, sudah terbentuk
jalannya. Tapi Maudy juga gak bodoh kan? Dia memang pintar dan memiliki kualifikasi
untuk diterima di Stanford atau Harvard.
Ada hal yang lebih penting dari membangun hubungan dengan
manusia, yaitu membangun hubungan baik dengan Allah ta’ala. Bayangkan jika kita
memiliki privilese dari Allah. Semua urusan kita, insyaAllah akan dimudahkan. Bagaimana,
tidak? Kita memiliki hak istimewa dan yang memberikannya adalah Zat yang Maha Mengatur
Keadaan? Jadi yuk bisa, yuk, kita bangun privilese kita dihadapan Allah. Perkuat
kembali aqidah kita, tidak menyekutukan Ia dengan suatu apapun. Habluminallah
dulu baru habluminannas.
Tiga wasiat Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam, “Dari Abu Dzar
Jundub bin Junadah dan Abu Abdirrahman Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhuma,
dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda,
“Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada. Iringilah keburukan dengan
kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan menghapuskan (keburukan). Dan
pergauilah manusia dengan akhlak yang mulia.” (HR. At-Tirmidzi, dan dia
berkata: Hadits Hasan Shahih).
Sumber: https://muslim.or.id/25463-3-wasiat-nabi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah mampir. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.