Kamis, 21 April 2022

Buka bersama 

Ramadhan adalah bulan yang mulia, di mana setial orang muslim diwajibkan untuk berpuasa selama satu bulan penuh dengan mengharap keridhoan Allah. 

Namun, Romadhan ini kerap kali dijadikan momentum untuk ajang mini reuni dan penjalinan ukhuwah dengan tajuk buka bersama. 

Buka bersama ini sangat beken di Indonesia. Orang-orang berkumpul di suatu tempat, memesan makanan dan menikmati first mealnya setelah 14 jam membiarkan perut mereka kosong. Kadang acara buka bersama ini sungguh memakan waktu, sehingga tak jarang orang memangkas waktu tarawih mereka dan asyik nongkrong dan ngobrol. 


Aku menemukan rasa lain di buka bersama tahun ini. Jauh dari keluarga, menjalani Ramadhan pertama saat berumah tangga. Seru? Iya, sometimes. Kadang jenuh juga dengan rutinitas harian, sampai beberapa waktu lalu aku dan suami hanya makan pecel, menu terpraktis bagi kami. Tinggal rebus dan cocol sambel kacang sinti. Enak udahan. 

Yang istimewa adalah ketika dalam satu komplek menyiapkan acara buk bersama, ada yang ingin menyumbang lauk untuk makan besarnya, ada yang menyumbang sirup, takjil dan lainnya. Yang menjadi titik berat dalam bahasan ini adalah prosesnya. 

Dulu, aku hanya terima beres takjil ditebar di meja makan. Tinggal cuci tangan, duduk dan siap bersantap ria. Tapi kali ini aku tidak bisa berleha-leha begitu. Aku harus bangun lebih pagi untuk menyiapkan sahur, aku juga harus merelakan waktu soreku untuk nguplek di dapur membuat makanan buka puasa. Jika sedang malas membuat takjil, jalan ninja adalah jajan di luar.

Ah, ini hal sepele yang banyak ibu-ibu berpengalaman di luar sana yang sudah melaluinya. Mereka sudaj berada di level acceptance. Namun berbeda dengan aku yang baru beberapa bulan ini berstatus sebagai istri. Kenikmatan yang kudapatkan selama single dan tinggal bersama ortu maupun bersama bulek, tinggal kenangan. 

"Oh, iya, ternyata menyiapkan takjil itu capek ya," kemudian dengan tenang aku tidak membantu apa-apa pekerjaan mamaku saat menyiapkan takjil untuk buka sendiri atau buka puasa di masjid. Membayangkan orangtua ku kecapekan membuat makanan, membuatku jadi orang yang yang sangat sedih saat ini. Karena aku telah menuai buah dari perbuatanku. 

Kita berbuat baik sesungguhnya kita berbuat baik untuk diri kita sendiri. Ya, dulu aku tidak membantu orangtuaku, semoga kelak anak-anakku tidak berlalu seperti akai. 

Jadi sekecil apapun kebaikan, tentu akan di balas oleh Allah, dan selalu berbuat baik di mana pun berada. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah mampir. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.

Tips Membuat Infografis dengan Canva

Hallo teman-teman… Apa kabarnya nih? Semoga sehat selalu ya… nah, teman-teman di sini adakah yang suka mendesain? Jaman now , desain itu tid...