Malam ini aku kembali diingatkan untuk bersyukur pada Allah subhanahu wa ta'ala. Bahwasanya pertolongan Allah itu sangat dekat, bahkan lebih dekat dari urat nadi kita.
Tetumbenan aku selesai shift siang jam 21.00 sudah selesai, tidak ada operan pasien, jaga aman dan berkah insyaallah. Seolah aku sendiri melupakan bahwa saat berangkat tadi ban motorku terasa agak kempes. "Ah palingan cuma kempes kayak kemarin. Nggak apa-apa lah." Begitu pikirku.
Saat aku akan pulang, bapak parkir yang biasa bantu ngurusin parkirku yang asal-asalan mendekatiku, "Bu Dokter, itu ban nya kempes lagi. Padahal kemarin baru kempes ya, ganti ban dalam aja, Bu. Atau ganti tubless sekalian" nasihat beliau.
"Nggih, Pak, memang tadi saat berangkat rasanya agak oleng ban nya. Tapi sudah malam nih, Pak. Bismillah aja, nanti bisa di isi angin dulu, besok baru di tambal." Jawabku.
Sebenarnya aku sendiri juga sangsi sih. Pasalnya memang udah kerasa kempes sekali. Ya, walau pun dipakai masih lumayan enak. Akhirnya aku berpamitan pada bapak parkir.
Belum jauh dari rumah sakit, ya sekitaran 500 an meter, aku hanya berjalan pelan. Sampai akhirnya di jembatan aku mendapati jalan berlubang yang cukup lebar. Qadarullah, seketika ban motorku langsung kempes pes. Sampai terasa velg nya.
"Wah kayak gini gak akan sampe ke Comal ini" batinku.
Aku melipir ke parkiran bank Permata. Kubuka handphone, lalu kuhubungi orang-orang yang kira-kira bisa membantu. Aku hubungi teman perawat yang malam ini jaga, barangkali ada yang mau meminjamkan motornya untuk kubawa pulang, sepi. Tidak dibalas. Aku ingat Pak Bahar yang supel dan selalu membantu siapa saja. Qadarullah di telp tidak diangkat. Desperate. Aku coba jalan pelan. Aku ingat ada tambal ban di dekat pom bensin setelah stasiun. Qadarullah tutup.
Oke, jalan terakhir. Aku titipkan motor di rumah sakit, pulang naik gojek, sambil minta tolong bapak parkir besok untuk mencarikan tambal ban.
Sembari terus berikhtiar, mulutku tak henti merapalkan dzikir-dzikir pada Allah. Untuk apa? Untuk ditolong Allah tentu saja, selain itu agar hatiku tenang, tidak panik atau justru gambreng di jalan. Hehehe.
Sebenarnya memang rasanya ingin menangis. Takut. Karena aku perempuan, posisi sudah larut, rumah jauh, dan tidak ada yang dimintai tolong.
Namun, ternyata pertolongan Allah sungguh dekat. Saat aku putar balik menuju rumah sakit, di kiri jalan qadarullah wa Alhamdulillah, ada tambal ban yang buka!
"Pak bisa nambal ban?" Tanya saya pada bapak-bapak di sekitar situ.
"Yang punya lagi pulang mbak. Ditunggu saja."
Oke.
10 menit.
20 menit.
30 menit.
Sampai hampir 40 menit. Rasa kuatir mulai kembali. Apalagi saat itu baterai HP tinggal 20%. "Duh ini kalau ada yang iseng tiba-tiba ngerebut hp atau kunci motor gimana nih?"
Aku coba telpon pak Bahar lagi. Setidaknya untuk menemani saja, daripada sendirian takut.
Tapi qadarullah ternyata HP tidak aktif.
Oke. Exhale, inhale.
Kali ini aku tidak mau salah fokus. Aku hanya pasrah sama Allah. Setidaknya ada tukang tambal ban yang buka aja sudah alhamdulillah. Ada secercah harapan kan. Aku yakin Allah pasti akan menolong kok.
Dan tetiba si bapak datang dengan sepeda ontelnya.
"Nunggu lama mbak?"
"Oh, ndak pak. Baru saja kok" jawab saya. Hihi tidak enak bilang kalau sudah lama, mungkin kan si bapak juga mau makan dulu mandi dulu, dll.
Singkat cerita, akhirnya ban dalamku diganti yang baru. Kondisinya memang sudah tidak bagus. Namun ada hal yang membuatku salut sama si bapak saat aku tanya kok masih buka jam segini disaat yang lain sudah tutup?
"Iya mbak, musim hujan, banyak lubang, banyak yang kebocoran. Saya kasihan, kalau malam tidak ada yang buka, jadi saya memilih untuk buka saja. Agar dapat membantu orang lain. Sekalian kan buat cari nafkah"
Masyaallah, masyaallah.
Kalau bukan Allah yang menggerakkan hati si bapak, mungkin detik itu aku masih gatau nasibnya. Kalau bukan Allah yang membuatku berpikir menitipkan motor di rumah sakit, mungkin saat itu justru aku sedang tertatih berjalan sangat pelan dengan kecepatan hanya maksimal 20 kilo perjam tanpa tau akan berakhir di tambal ban yang mana.
Ada banyak orang baik di sekitar kita. Namun, sayangnya kita baru bisa merasakan saat hal itu terjadi di saat kita kehilangan. Dan ironisnya, kita baru merasakan baiknya Allah justru disaat kita sedang terhimpit. Seharusnya kamu malu, Vi!
Iya aku malu, karena aku baru benar-benar berdoa saat benar-benar butuh. Padahal Allah sangat suka pada hamba-Nya yang berdoa. Alhamdulillahilladzi bini'matihi tathimus shaalihat.
Take home message nya adalah, di mana pun kita berada, sesulit apa pun keadaan kita, mintalah pertolongan Allah. Kuatir boleh tapi percayalah hanya Allah yang mampu menjadikan yang menurut kita mustahil menjadi suatu hal yang mungkin terjadi.
Hasbunallah wa ni'mal wakiil.. ni'mal mawla wa ni'man nashir
Barakallahu fiikunna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah mampir. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.